Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Misbun memukul kembali

Pemain malaysia yang diskors oleh komite olympiade karena dituduh urakan dan kena pengaruh dukun membalas dengan ancaman akan mengundurkan diri. (or)

2 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAYSIA mungkin tak jadi kehilangan pemain utamanya, Misbun Sidek. Komite Olympiade negara itu semula menjatuhkan skorsing karena pemain jangkung dan urakan itu absen tanpa alasan jelas di SEA Games Singapura. Tetapi Misbun pekan kemarin dinyatakan bebas setelah komisi disiplin yang dibentuk Persatuan Bulutangkis Malaysia ternyata tidak menemukan kesalahan pemain itu. Komite Olympiade Malaysia kelihatannya sudah tak tahan dengan tingkah laku Misbun. Sudah berkali-kali dia membikin kecewa. Tanpa alasan jelas dia tak mau muncul di Pesta Olah Raga Persemakmuran di Brisbane pertengahan 1982 dan mangkir di Asian Games, New Delhi. Di SEA Games Singapura yang lalu, pemain yang telah merajai arena Badminton Se-Malaysia sejak tahun 1980 itu, tadinya diharapkan mampu menolong regunya meraih emas. Namun Misbun tak pernah muncul sampai saat terakhir ketika timnya kalah dari Indonesia di final (2-3). Tingkahnya yang dianggap tidak keruan itulah yang menyebabkan Ketua Komite Olympiade Malaysia, Tan Sri Hamzah Abu Samah, naik pitam dan menjatuhkan skorsing terhadap Misbun dari semua pertandingan yang disahkan gerakan Olympiade. "Misbun merupakan pemain terbaik di kawasan ini. Tapi tak ada gunanya punya pemain seperti itu jika hanya mau caranya sendiri. Saya tak akan izinkan permintaannya untuk berlatih sendiri. Disiplin sangat penting dan paling utama," katanya. Misbun adalah kepribadian yang unik. Dia tak mau berlatih bersama dengan pemain lain. Bahkan menolak dilatih oleh pelatih yang terdiri dari bekas pemain nasional Malaysia seperti Eddy Choong dan Punch Gunalan: "Bagaimana saya bisa mematuhi mereka kalau saya tidak yakin terhadap mereka," katanya memberi alasan. Dan Misbun kabarnya lebih percaya kepada nasihat dukun. Dia kemudian meninggalkan kediaman orangtuanya di Banting (Selangor) dan menetap bersama seorang dukun. Sekretaris Persatuan Badminton Selangor, Hamzah Mohamad, setelah memperhatikan tingkah laku Misbun itu yakin dia terkena "ilmu pembenci". "Saya percaya Misbun telah kena pelet ilmu pembenci," katanya. Memang setelah mengalahkan King di SEA Games, Manila tempo hari, dia benarbenar memenuhi nazarnya mencukur rambut a la kepala suku Indian Mohican. Botak di kiri kanan dengan rambut tebal menjurai di tengah. Ketika bertanding di Hong Kong beberapa waktu kemudian dia tetap muncul dengan potongan rambut yang aneh itu. Misbun tidak mau duduk dan minum ketika berhadapan di final dengan King dalam kejuaraan Piala Alba, September uhun lalu. Bahkan kabarnya karena dilarang dukun, dia enggan bersalaman dengan Swie King sebelum perundingan. Adapun sang dukun sendiri, Mohamad Noor Hasan, yang kini sekaligus menjadi bapak angkatnya, merasa tak pernah mempengaruhi Misbun. "Tak ada untungnya saya menahan Misbun untuk tidak main dalam pesta olah raga Asia maupun Asia Tenggara. Saya dan Misbun ibarat ayah dan anak," katanya. Dan menurut Noor Hasan, Misbun hanya ingin mencurahkan perhatian pada pekerjaannya. Dan kalau ada waktu, bermaksud membimbing dua atau tiga pemain yunior yang berbakat di masa datang. Namun, dipengaruhi dukun atau tidak, ternyata pemain berusia 23 tahun itu bukanlah orang yang gampang ditundukkan, apalagi dikucilkan. Skorsing dari Komite Olympiade Malaysia itu berarti akan menutup kesempatannya untuk tampil di arena amatir dan hanya bisa main sebagai profesional. Misbun tahu kekuatannya. Dia balik memukul dengan menyatakan diri tidak mau main sama sekali. Berarti Malaysia terancam kehilangan pemain single andalan. Ancaman itu membangkitkan simpati dari kalangan pecinta bulu tangkis. Komite Olympiade Malaysia dianggap terlalu terburu-buru mengambil tindakan. Organisasi ini dipersalahkan karena tidak membela kepentingan bulu tangkis Malaysia. Orang mengungkit-ungkit bagaimana lemahnya organisasi tersebut dalam mempertahankan servis plintir yang dikembangkan Sidek bersaudara. Sehingga servis itu dilarang sekarang. "Sukar mencari pemain setingkat Misbun, tapi untuk mencari ketua Komite Olympiade sangat mudah," kata orang-orang bulu tangkis Malaysia. Misbun merasa mendapat dukungan dengan suara-suara yang beredar luas di kalangan publik. Karena itu dia balik memukul dengan menyaukan "menggantung raket". Karena balasan Misbun yang berani itu, Persatuan Bulutangkis Malaysia akhirnya membentuk komisi pengawas disiplin untuk menyelidiki kasus pemain top yang berdarah Jawa itu. Misbun juga diundang dalam pertemuan komisi tadi. Dalam pertemuan, Misbun mengetengahkan alasan mengapa dia tak muncul di Singapura. Katanya dia sakit, terserang flu, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Misbun tak bisa menyerahkan surat berhalangan itu kepada ketua kontingen Malaysia, karena sang ketua telah berada di Singapura. Sementara sekretariat Persatuan Bulutangkis Malaysia yang telah menerima surat itu gagal menyampaikannya ke kontingen yang sudah menunggu di Singapura. Akhirnya komisi menyatakan Misbun bebas dari kesalahan. Misbun, juara kejuaraan terbuka Swedia dan Jerman 1983 serta ranking ke-5 dunia itu memberikan kesan seorang yang tegar hati. Ketika ditanya wartawan menjelang sidang komisi, apakah dia akan menarik kembali niatnya menggantung raket, Misbun menjawab: "Kehadiran saya di sidang tidak berarti saya akan mundur dari rencana semula." Dia, katanya, malahan akan mempertegas kepada sidang niatnya untuk mundur dari semua kegiatan bulu tangkis. Dia ingin menumpahkan waktu dan bakatnya untuk pekerjaan sebagai manajer promosi perusahaan alat olah raga. "Saya akan kembali ke perusahaan itu setelah sekian lama saya tinggalkan karena harus berlatih delapan sampai sembilan jam sehari," katanya kepada Pembantu TEMPO, di Kuala Lumpur. Dia yakin dengan bekerja bisa simpan duit. Sedang kalau main, dia harus keluar uang sampai M$ 500 untuk keperluan latihan. Sementara tunjangan yang diberikan Komite Olympiade Malaysia hanya M$ 250. Kekurangannya harus ditombok sendiri. Belum pasti apakah Misbun teup akan mundur. Hanya ayahnya, Haji Sidek Abdullah Kamar, menyatakan keyakinannya bahwa anaknya itu akan kembali menggenggam raket setelah Lebaran. Karena ikatan Misbun dengan perusahaan yang mengontraknya belum habis. "Dan Misbun mafhum bahwa ambisinya sejak kanak-kanak untuk menjadi juara dunia akan menjadi kenyataan dalam tiga atau empat tahun mendatang," begitu kata sang ayah. Dalam kejuaraan terbuka Malaysia (2-6 Juli) Misbun belum akan muncul. Karena, menurut Haji Sidek, selama bulan puasa si Misbun tak bisa latihan siang hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus