Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemanah Arif Dwi Pangestu menjadi atlet Indonesia pertama yang meraih tiket Olimpiade Paris 2024.
Arif lolos ke Olimpiade 2024 meski menempati peringkat keempat di Kejuaraan Panahan Dunia 2023 di Berlin, Jerman.
Persatuan Panahan Indonesia menargetkan enam tiket Olimpiade Paris dapat diraih.
ATLET panahan Arif Dwi Pangestu menjadi olahragawan pertama Indonesia yang mendapat tiket Olimpiade Paris 2024. Meski menempati peringkat keempat dalam Kejuaraan Panahan Dunia 2023 di divisi recurve putra, Arif lolos ke Olimpiade setelah atlet Turki, Mete Gazoz, menjadi juara dunia. "Sebenarnya yang dapat tiket hanya peraih medali. Tapi, karena Mete Gazoz sudah dapat, jatah tiketnya turun ke peringkat keempat," kata Arif kepada Tempo melalui sambungan telepon, Senin, 28 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pertandingan memperebutkan medali perunggu, Arif harus mengakui kepiawaian Marcus D'Almeida dari Brasil. Ia kalah dalam duel yang berlangsung saat kondisi hujan dan berangin di Olympischer Platz, Berlin Olympic Park, Jerman, Ahad, 6 Agustus lalu. Arif sempat unggul di putaran pertama dan bermain seri di putaran kedua. Namun D'Almeida yang berperingkat pertama dunia bermain gemilang dengan mencetak nilai sempurna di putaran keempat. Arif menyerah dengan skor 4-6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun kalah, Arif mengaku puas karena berhasil merebut tiket ke Olimpiade. Atlet kelahiran Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 25 Maret 2004, itu, meski berada di peringkat keempat, berkesempatan ikut Olimpiade Paris 2024. Sebab, Mete Gazoz, juara dunia pada perhelatan ini, sudah lebih dulu memastikan tiket Olimpiade melalui divisi recurve beregu putra.
Dalam Kejuaraan Panahan Dunia atau World Archery Championships yang berlangsung 31 Juli-6 Agustus 2023 itu, Arif memulainya dengan mengalahkan pemanah Israel, Niv Frenkel, di putaran eliminasi, 48 besar, dengan skor 6-0. Kemudian ia juga mengalahkan Su Yu Yang dari Taiwan dengan skor 7-3 di babak 24 besar.
Di babak 16 besar, Arif menunjukkan konsistensinya dengan mengalahkan pemanah Turki, Tumer Berkim, dengan skor 6-2. Yang mengejutkan, di penyisihan delapan besar, Arif berhasil menyingkirkan Kim Woo-jin, juara dunia tiga kali dan pemegang rekor dunia busur recurve dari Korea Selatan, dengan skor 6-5.
Arif kemudian melangkah ke babak perempat final setelah mengalahkan pemanah Jepang, Saito Fumiya, 6-5. Sayang, langkahnya terhenti saat berjumpa dengan Peters Eric dari Kanada di babak semifinal. Arif kalah oleh Eric dengan skor 4-6. Eric kemudian mengamankan medali perak setelah dikalahkan pemanah Turki, Mete Gazoz, dengan skor 4-6 di final.
Bagi Arif, ini bukan pertama kalinya ia lolos ke Olimpiade. Di Olimpiade 2020 di Tokyo, ia juga tampil bersama rekan-rekannya setelah sukses merebut tiket dari divisi recurve beregu putra melalui tahap kualifikasi di Prancis. "Semoga Indonesia bisa tampil dengan kekuatan full di nomor regu putra dan putri. Saya berharap teman pelatnas juga bisa meraih tiket berikutnya," ujar atlet 19 tahun ini.
Keberhasilannya mengunci satu tiket ke Olimpiade, Arif menambahkan, tidak terlepas dari persiapan matang dengan dukungan Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). Ia mengatakan, sepekan sebelum bertanding di Berlin, kontingen Indonesia lebih dulu berada di Belanda untuk berlatih. "Untuk penyesuaian suhu di Eropa. Kami berlatih di Belanda selama seminggu," tuturnya.
Selain itu, Arif menjalani pemusatan latihan nasional sejak Februari lalu. Ia menjalani latihan rutin dari Senin hingga Sabtu. "Kami latihan pagi-sore. Programnya macam-macam. Latihan kekuatan, teknik, dan lari untuk daya tahan jantung juga dilakukan," katanya.
Arif menjadi bagian dari pelatnas panahan sejak 2019. Ketika itu, dia menjadi bagian tim nasional panahan yang mewakili Indonesia di SEA Games 2019 di Filipina. "Dapat satu emas di SEA Games 2019," dia mengungkapkan.
Sebelum tampil gemilang sebagai atlet panahan, Arif lebih dulu berlatih untuk olahraga pencak silat. Ia mengenal pencak silat pada umur enam tahun. Untuk panahan, Arif baru mulai berlatih ketika berumur delapan tahun. "Awal kenal panahan karena ikut kakak sepupu, yakni Oka Bagus Subekti, yang berlatih di Bibis Archery," ujarnya.
Pada 2014, ia pun mulai memilih panahan sebagai fokusnya. Ketika itu, Arif menghadapi jadwal yang bentrok antara pertandingan pencak silat dan panahan. "Saya akhirnya memilih panahan saja karena menurut saya olahraga ini unik." Pilihannya itu pun mengantarkan Arif mewakili Yogyakarta di Kejuaraan Panahan Nasional 2016. "Ketika itu, saya dapat 4 medali emas dan 2 medali perak," tuturnya.
Pelatih kepala panahan Indonesia, Hendra Setijawan, mengatakan masih mengincar lima tiket lagi untuk melengkapi raihan satu tiket melalui Arif. Ia berharap Indonesia bisa mengirimkan tim penuh untuk nomor perseorangan putra dan putri serta beregu putra dan putri. "Kami masih mengejar tiket berikutnya dan berusaha dapat full 6 tiket: 3 untuk putra dan 3 untuk putri," ucap Hendra melalui sambungan telepon, Senin, 28 Agustus lalu.
Untuk mengejar tiket Olimpiade berikutnya, Hendra mengatakan telah menyusun program latihan untuk turnamen terdekat. Ia berencana mengirimkan 12 atlet untuk tampil di Asian Games 2023 di Cina. Hendra berharap Indonesia meraih kesuksesan dengan melampaui raihan medali Asian Games 2018. "Kami lagi berlatih detail teknik sama sedikit build up fisik. Juga menambah latihan mental untuk menguatkan kepercayaan diri dan teknik yang sudah dimiliki," katanya.
Untuk meningkatkan fokus atlet, Hendra mengatakan pihaknya telah memindahkan lokasi pelatnas pada Juni lalu ke kawasan Jababeka, Bekasi, Jawa Barat. Sebelumnya, pelatnas panahan berlangsung di Gelora Bung Karno, Jakarta. "Di sini suasana jauh lebih bagus. Karena jauh dari hiruk-pikuk. Secara angin juga dapat di sini. Kalau di GBK, angin kurang karena banyak gedung," tuturnya.
Ketua Umum PB Perpani Arsjad Rasjid mengatakan akan berupaya memaksimalkan momen Asian Games untuk menambah raihan tiket ke Olimpiade 2024. Setelah Asian Games, dia berucap, akan ada dua kesempatan lagi di Bangkok melalui Kejuaraan Panahan Asia dan Asian Continental Qualifier. "Kami akan mengkaji kesempatan kualifikasi berikutnya sesuai dengan prestasi yang diraih atlet dalam Asian Games," kata Arsjad melalui jawaban tertulis, Rabu, 30 Agustus lalu.
Untuk meningkatkan raihan tiket ke Olimpiade Paris, Arsjad bakal melakukan kajian untuk melihat potensi latihan di luar negeri selepas Asian Games. "Yang sudah dilakukan adalah mengirim atlet-atlet bertanding di World Series, seperti di Antalya, Turki; Shanghai, Cina; Singapura; dan World Championships, lalu menjalani latih tanding dengan atlet pelatnas panahan Belanda."
Dengan turnamen-turnamen itu, Arsjad menjelaskan, atlet pelatnas terbiasa dengan iklim bertanding di level internasional dan memiliki mental serta jam terbang yang kompetitif. Selain itu, dia mengimbuhkan, uji coba menjadi kesempatan buat melihat peta kekuatan negara-negara lain. Juga untuk mencermati berbagai tantangan dan cara mencari solusi sehingga para atlet lebih maksimal dalam bertanding. "Salah satunya atlet kita harus lebih siap bertanding pada kondisi cuaca berangin dan hujan," dia menerangkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Pembuka Jalan Olimpiade Paris"