Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Berita Tempo Plus

Benarkah Kendaraan Listrik Solusi Menurunkan Polusi Udara?

Penggunaan mobil listrik dianggap tak menyelesaikan persoalan polusi udara di Jakarta. Angka deforestasi juga meningkat.

3 September 2023 | 00.00 WIB

Satu  produk mobil listrik saat dipamerkan di JiExpo, Kemayoran, Jakarta, 26 Oktober 2021/Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Satu produk mobil listrik saat dipamerkan di JiExpo, Kemayoran, Jakarta, 26 Oktober 2021/Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERDALIH harganya menguras duit negara, penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, emoh mengendarai mobil listrik. Meski paham mobil listrik rendah emisi, ia memilih menggunakan mobil hybrid hitam untuk operasional keliling Jakarta sehari-hari. “Pemerintah enggak mampu beli, mending hybrid murah perawatan dan suku cadang,” kata Heru, Rabu, 30 Agustus lalu.  

Pernyataan Heru bertentangan dengan permintaan dia pada pertengahan Agustus lalu. Ia meminta pegawai negeri Jakarta membeli kendaraan listrik untuk menekan tingkat polusi udara. Heru bersedia membantu anak buahnya agar mendapat bunga rendah dari bank untuk mencicil kendaraan listrik. “Sekarang panggilan negara. Kamu harus mau, harus sanggup,” ujar Heru.

IQAir, platform informasi kualitas udara asal Swiss, mencatat indeks kualitas udara di Jakarta pada Sabtu, 2 September lalu, sebesar 169. Angka itu menempatkan Jakarta sebagai kota dengan polusi udara terburuk sedunia, dengan partikel halus PM2.5 sebanyak 91 mikrogram per meter kubik, 18 kali lebih tinggi dari standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam catatan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), ada tiga polutan utama di udara Jakarta, yakni partikel halus PM2.5, sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NOx). Tiga polutan itu bersumber dari berbagai aktivitas, dari pembangkit listrik, transportasi, sampai industri manufaktur.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Mutia Yuantisya dan Julnis Firmansyah berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit dengan judul "Emisi dari Panggilan Negara".

Erwan hernawan

Menjadi jurnalis di Tempo sejak 2013. Kini bertugas di Desk investigasi majalah Tempo dan meliput isu korupsi lingkungan, pangan, hingga tambang. Fellow beberapa program liputan, termasuk Rainforest Journalism Fund dari Pulitzer Center. Lulusan IPB University.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus