BINTANG Ellyas Pical ternyata belum pudar. Sudah kalah dari Khaosai Galaxy dan kehilangan gelar juara dunia kelas bantam yunior versi IBF, Februari lalu, anak Saparua ini ternyata masih laris dan diperebutkan. Menpora Abdul Gafur, misalnya, untuk pertama kalinya menyediakan Pusat Sumber Daya Pemuda di Cibubur sebagai tempat berlatih Pical. Pusat Kesehatan Olah Raga (PKO), yang gedungnya terletak di halaman kantor Menpora, juga boleh digunakan Elly sepenuhnya. Kemudahan lain yang diperoleh Pical: dapat berganti-ganti manajer dan pelatih dengan "restu" dari atas. Mulanya, setelah kalah dari Cesar Polanco, ia bentrok dengan Simson Tambunan dan Anton Sihotang dari Sasana Garuda Jaya. Jabatan manajer dan pelatih - lewat SK Menpora tertanggal 21 Maret 1986 - lalu dipercayakan pada Dali Sofari dan Khairus Sahel. Kenyamanan itu cuma sebentar. Sebab, ketika Pical kalah dari Galaxy, lagi-lagi "talak tiga" terjadi. Pical pisah dengan Dali dan Sahel meski sebetulnya Elly masih terikat kontrak dengan Dali. Lewat media massa, Pical menyatakan bahwa ia kecewa soal "ketidakberesan" dalam pembayaran honornya. Elly lantas menunjuk penyanyi Melky Goeslaw dan pemusik Enteng Tanamal sebagai manajer dan wakil manajer barunya. Ia pun sesumbar untuk merebut gelar Juara dunia IBF dari tangan Tae Il Chang dari Korea Selatan. Untuk itu, ia menunjuk Wiem Gomies, sebagai pelatih. Melky, sudah siap. "Di rekaman, penyanyi cari produser yang berani bayar mahal. Di tinju, promotor yang paling bcrani bayar mahal yang kita cari," katanya. Bapopi, diketuai M.F. Siregar yang sisten Menpora, dan KTI juga sudah setuju Melky mendampingi Elly. Malah, agak janggal memang, Bapopl - yang semestinya mendapat masukan dari KTI - lebih dahulu mengeluarkan suara setuju. Akibatnya, "KTI juga setuju karena itu keinginan Elly Pical sendiri," tutur M. Anwar. Lalu bagaimana dengan kontrak Pical dengan Dali serta Cakti Enterprise yang masih berlaku? Anwar mengaku baru tahu beberapa hari yang lalu bahwa kontrak Pical--Dali baru berakhir Desember 1988 nanti. "Selama ini Dali tak pernah melapor soal kontrak itu pada KTI dan ketika ditagih juga tak segera memperlihatkan," tutur Anwar. Apa alasan Dali baru memperlihatkan kontrak itu minggu lalu? Cakti Enterprise, dalam suratnya pada Menpora dan KTI 4 Juni lalu yang ditandatangani Dali Sofari dan C.H. Mulyadi, antara lain menyebut tak ingin ribut di bulan Puasa. Ia membeberkan kekecewaannya pada Elly, antara lain soal ketidaksiapan petinju itu ketika kalah menghadapi Galaxy akibat ketidakdisiplinan petinju itu. Disebutkan, misalnya, bahwa Elly "telah berkencan sampai larut pagi dengan seorang wanita hingga menghambat program peningkatan Hb yang disyaratkan." Ketua Harian Cakti lebih tandas. "Cakti menganggap ia membangkang, karena itu tak akan pernah diberikan apa yang sudah dijanjikan," tutur Mulyadi. Nama Ellyas Pical Boxing Camp sudah diubah jadi Cakti Jaya Camp I. Pasalnya, Elly, yang dulu dikabarkan memiliki saham di sasana itu, ternyata tak menanamkan uang sepeser pun. Dali juga kecewa pada KTI dan Bapopi yang dianggap tak menghormati kontraknya. Kejadian itu, tulis Dali, berarti hilangnya kemurnian profesionalisme dan yang muncul hanya "profesionalisme ala KTI Pusat dan Bapopi". Toh KTI masih punya jurus berkelit. "KTI tidak ingin kehilangan aset prestasi. Elly dianggap masih mampu menjadi juara dunia lagi. Dalam kontrak memang tertcra dua tahun, tapi kalau dia tak cocok lagi, mau diapakan lagi?" kata Anwar. Menpora sudah turun tangan menengahi ricuh ini. Pekan lalu ia mengundang pihak Cakti Enterprise serta Elly untuk bertemu. Tapi tampaknya Dali telanjur patah arang. "Saya tak akan datang memenuhi panggilan Menpora," tuturnya tegas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini