BERPALING lagi PSSI kepada Endang Witarsa. Dokter gigi ini pekan
lalu dinyatakan menggantikan Harry Tjong sebagai pelatih.
"Optimisme saya terhadap PSSI Utama bangkit lagi," kata manajer
tim Mercu Buana, Kamaruddin Panggabean. "Sebelumnya sudah di
titik nol." Banyak penggemar kesebelasan nasional agaknya merasa
lega seperti Panggabean.
Penunjukan Endang sebagai pelatih PSSI Utama kabarnya jadi
prioritas utama. Buktinya, tiga tokoh PSSI seperti Soeparjo
Pontjowinoto, Hans Pandelaki dan Syarnubi Said perlu mengadakan
pertemuan khusus di Singapura, tiga hari sebelum pengumuman
resmi di Senayan .
Kemampuan Endang pernah membawa kemenangan PSSI dalam turnamen
Piala Anniversary di Jakarta, 1972. Itulah sukses terakhir
kesebelasan nasional.
Tahun 1980, sewaktu tim PSSI Utama dibentuk, sebetulnya Endang
diminta lagi menanganinya. Tapi dulu ia menolak, dengan harapan
memberikan kesempatan pada pelatih muda. Kini berusia 64 tahun,
Endang Witarsa sudah menyatakan kesediaannya secara tertulis,
menurut Soeparjo.
Tak hanya Tjong yang diganti. Dua pemain PSSI Utama, Kasyadi dan
Wahyu Tanoto, sekembalinya dari Fiji juga langsung dipulangkan
ke klub masing-masing. Sisa 20 pemain tetap dipertahankan. Untuk
melengkapi tim ini, PSSI memanggil Risdianto, Syamsul Arifin,
Hadi Ismanto dan Aditya Nugroho Darmadi -- semuanya pemain
depan. Dari keempatnya diduga hanya Risdianto yang bimbang. Ia
pernah mengatakan kepada TEMPO, "Saya takut masyarakat yang
sudah begitu berharap banyak akan kecewa melihat permainan
saya."
Dari materi yang tersedia di peiatnas sekarang ini belum tentu
semua bisa dipakai Endang. "Saya menyukai pemain yang
berkepribadian dan punya otak," katanya. Ia belum memilih. Tapi
pemain pelatnas kini yang memenuhi persyaratannya mungkin tak
sampai sepuluh orang.
Bagaimana pemain yang layak im nasional? Menurut Kamaruddin,
jika ia ditunjuk memilih, persyaratan yang dikemukakannya: umur,
bentuk fisik, stamina, kecepatan, cara berlari, bakat teknis
(mengkop bola, mengambil posisi, feeling), dan kepribadian. "Itu
tidak bisa dilihat dari satu atau dua pertandingan saja," kata
Kamaruddin. "Minimal enam sampai tujuh kali penampilan."
Endang selama kompetisi Galatama tak diragukan lagi sering
mengamati sejumlah pemain berbakat. Menjadi pelatih UMS 80, ia
belakangan ini mengantar klubnya pada urutan ke-7 di antara 18
klub Galatama. Targetnya ialahUMS 80 masuk kelompok "5 Besar".
Dulu Endang -- sebagai pelatih tim nasional -- sama sekali tak
mendapat imbalan PSSI. Bila melawat ke luar negeri, uang sakunya
sama dengan yang diperoleh pemain -- US$ 5 sehari. Itulah yang
menyebabkan dirinya disegani PSSI . Biaya rumahtangganya
sehari-hari, menurut Endang, adalah dari pensiunnya sebagai
dosen Universitas Indonesia dan praktek di rumah.
Endang Witarsa (d/h Liem Soen Joe) di masa mudanya jadi pemain
gelandang. Ia mengaku nama Witarsa dipetiknya dari bintang PSSI
tahun 1950-an, Aang Witarsa.
Ia begitu cinta pada sepakbola. Bahkan suka berlebihan. Waktu
tim PSSI yang diasuhnya kalah, sesampai di rumah ia langsung
mengurung diri di kamar dan mematikan semua lampu, dan tak boleh
orang ribut. Rumahnya di Jalan Wahid Hasyim 63A, Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini