Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ikan comberan sedang sakit

Wabah penyakit lele di yogya. semula ada dugaan kematian lele ini disebabkan oleh kotoran buangan pabrik yang banyak mengalir di sungai winongo. juga di hubungkan dengan hujan buatan di g. kidul. (ling)

13 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK ikan lele di Sungai Winongo (Yogya) mendadak menjadi jinak. Penduduk begitu mudah menangkapnya. Dalam seminggu mereka berhasil mengumpulkan ikan itu seberat 1,5 ton. Dalam minggu berikutnya mereka mengumpulkan sebanyak 250 kg lagi. Rezeki dalam Februari itu kemudian ternyata permulaan wabah. Dari Kali Winongo, wabah itu dalam Maret mengejutkan penduduk di sekitar Ambarukmo (Kabupaten Sleman). Di situ dalam tiga hari saja sebanyak 1,5 ton lele mati. Bagai tak berkesudahan, awal Mei, ikan lele di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo pula jadi korban. Dinas Perikanan DIY telah mencegah pengiriman lele ke luar DIY, namun wabah itu terus menjalar akhir Mei ke Magelang. Apa sesungguhnya penyakit itu? Semula ada dugaan kematian lele itu disebabkan oleh kotoran buangan pabrik yang banyak mengalir di Sungai Winongo. Tapi wilayah yang tak mendapat air dari Sungai Winongo ternyata juga terkena penyakit serupa. Penduduk kemudian menghubungkan wabah itu dengan hujan buatan-di Gunung Kidul. Soeyono Tani Cipta Baruno, Kepala Seksi Budidaya Ikan Dinas Perikanan DIY membantah hal ini. "Justru Gunung Kidul itulah, satu-satunya kabupaten yang hingga kini tidak terjangkit wabah," katanya. "Hujan buatan itu akan membuat ikan bertambah subur, sebab mengandung pupuk urea. " Dinas Perikanan DIY selain memberitahukan persoalannya pada Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM, juga meminta bantuan Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) Bogor. Penelitian sudah dimulai. Sementara itu, ikan lele yang korban kian bertambah -sampai pekan lalu mencapai lebih dari 5 ton. Di Kabupaten Sleman saja, dari hampir 46.000 mÿFD luas kolam yang ada, lebih 3 ton ikan lele yang mati. Berbeda dengan ikan air tawar umumnya, lele (Clarius relanoderma) tak bersisik. Ini menyebabkan ia mudah dihinggapi bakteri, jamur, virus, ataupun parasit lainnya. Jika diserang penyakit, lendir yang menyelimuti tubuhnya gampang menghilang, lantas kulitnya terluka, menembus dagingnya, dan akhirnya tulangnya menyeruak. Bahkan ikan lele di Yogya sungutnya menjadi putus, hingga ia kehilangan alat peraba, tak dapat mengenali makanannya. Lele hidup di lingkungan yang tidak hygienis. Seperti juga belut, ia hidup di comberan. "la senang terbenam dalam lumpur," kata Ir. Rustadi dari Jurusan Ilmu Perikanan Fakultas Pertanian UGM. Tergolong ikan liar, lele makan sembarangan, termasuk kotoran manusia. Oleh karena lingkungannya yang jorok itu, sungguh sulit mengatasi penyakitnya. Ngasem, pasar lele terbesar di Yogya sangat terpukul. Penjualan di situ merosot, akibat wabah lele ini. Juga pemilik restoran, seperti Mirota di Jalan Sala, Yogya, mengeluh. Tak banyak lagi orang memesan pecel lele, masakan yang banyak digemari di sana. "Pendapatan kami berkurang Rp 20 ribu sehari," ujar Budi Handoko pemilik warung itu. Kalium Permanganat Dan Suyat, 3 tahun, yang sehari-hari hidup dari menangguk lele di Kali Winongo, terpaksa menggantungkan jalanya. Ia kini terpaksa menjadi buruh bangunan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat Bogor menyimpulkan lele di DIY itu diserang bakteri Aeromonas hydraphila. Bakteri ini pula yang menyerang ikan di wilayah Jawa Barat bulan Oktober dan November tahun silam. Penyakit itu tak hanya menyerang ikan yang dipelihara di comberan, tapi juga yang di perairan umum. Akibatnya, terancam pula benih lele di perairan umum. "Untuk mengatasi kekurangan benih, ikan yang masih hidup harus dirawat secara baik," kata Rustami Djajadiredja, Kepala LPPD Bogor. Kepada petani di DIY konon akan diberikan lele dari Bangkok, yang sudah lama dibudidaya di daerah Jawa Barat. Dari penelitiannya itu, LPPD Bogor menjumpai betapa Dinas Perikanan Tingkat II perlu menyediakan oba-obat seperti kalium permanganat, dan antibiotika seperti terramycin. "Dan untuk pencegahan," kata Rustami, makanan ikan perlu diberi sulfamyracin. Akhirnya, dinasihatkan agar kebiasaan membudidayakan lele di comberan itu diubah. Lele yang dapat dipelihara seperti ikan air tawar lainnya kini di anjurkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus