SKORSING bukan pelor untuk mematikan atlet yang membangkang. Ini V dibuktikan Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PB PJSI) di markas Kopassandha, Cijantung, Jakarta, Sabtu pekan lalu. Dalam suatu upacara yang berlangsung khidmat dan intim, di ruang Serba Guna markas pasukan elite AD itu, mereka mencabut skorsing 7 dari 10 pejudo yang dijatuhkan sejak 31 Desember 183 itu. Mereka yang dianggap tidak disiplin Perry G. Pantouw, Kawi Wihardjono, Hengkie Phie, Oentoeng Putro Setiono, Jumantoro, Eddie Djunaedi, Enny Tri Astuti, Titi Indrawati, Sri Rahayu, dan Ida Irjani, dinyatakan bersalah karena menolak berlatih di bawah pimpinan pelatih baru Yono Budiono (TEMPO, 21 Januari 1983). Dalam surat keputusan pencabutan skorsing itu belum tercantum nama tiga pejudo lainnya: Sri Rahayu, Eddie Djunaedi, dan Oentoeng Putro Setiono. Tapi, kepada TEMPO, Brigadir Jenderal Wismoyo Ariesmunandar, ketua pelaksana harian PJSI, yang menjadi tuan rumah acara pencabutan skorsing itu, memastikan bahwa ketiga pejudo tadi akan dicabut skorsingnya bulan depan. Adalah komandan jenderal Kopassandha ini yang tampaknya gembira dengan pencabutan itu. "Saya, sih, maunya cepat-cepat. Tapi, mekanisme pencabutan skorsing harus atas permintaan pengda masing-masing," katanya. Yang tiga orang tadi, katanya, sudah mengajukan surat permintaan maaf langsung ke pengurus besar. Seharusnya lewat pengurus daerah dulu. "Agar pengda juga punya wibawa, dan PB jangan dicap sebagai tukang vonis," kata Wismoyo. Prosedur seperti itu, katanya, sudah ditempuh tujuh pejudo yang baru dibebaskan dari skorsing itu. Ketua umum PJSI A.R. Soehoed mengatakan, prosedur, disiplin, dan aturan organisasi harus dijalankan oleh semua pihak di PJSI. Sebab, hanya dengan cara itu organisasi bisa berjalan baik. Dari pemain, katanya, hanya dituntut disiplin, terutama karena "Itu salah satu syarat yang harus dilalui untuk mendapatkan prestasi yang baik." Sambil menyalami satu per satu para pejudo, dia kemudian memerintahkan mereka segera masuk ke pusat latihan di Ciloto, Jawa Barat. Maklum, setelah lima bulan "menganggur", para pejudo itu, yang sebagian besar pernah meraih medali dalam kejuaraan di Asia, kondisinya memang menurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini