Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bila bangau merawat garuda

Perawatan pesawat garuda oleh jal di jepang. kontrak dengan klm tidak diperpanjang karena terlalu mahal. (eb)

2 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANGAU masih boleh berharap banyak dari Garuda tahun ini. Paling tidak, perusahaan penerbangan milik pemerintah Indonesia itu tercatat sebagai pemilik di antara 22 pesawat B-747 dan 16 pesawat A-300 yang akan mengalami turun mesin (overhaul) di pelabuhan udara domestik Haneda, Tokyo, di Pusat Perawatan (maintenance centre) JAL - maskapai penerbangan Jepang dengan lambang burung bangau itu. Kontrak pertanianan untuk dua tahun mendatang sudah ditandatangani, akhir April lalu. Meliputi perawatan menyeluruh (total maintenance) untuk B-747, dan pemeliharaan mesin untuk A-300 kontrak baru ini sama panjang dengan kontrak terdahulu, ketika Garuda memutuskan ikatan serupa dengan perusahaan penerbangan Belanda, KLM, dan berpaling ke JAL. "Karena ternyata JAL menawarkan harga lebih murah, kontrak denan KLM tidak diperpanjang," ujar Generar-Manager Garuda, Salman Hardani. Salman memang tidak menjelaskan berapa murah dan mahalnya jasa perawatan itu. Tetapi, menurut sumber TEMPO di Tokyo, sekitar Rp 12,5 milyar dari seluruh penjualan jasa maintenance JAL, yang mencapai sekitar Rp 42 milyar pada tahun lalu, datang dari setoran Garuda. "Bisa dikatakan, Garuda merupakan langganan utama JAL," kata sumber itu. Perawatan dilakukan di dua tempat: Narita untuk pemeliharaan badan B-747, dan Haneda untuk pemeliharaan mesin B-747 dan A300. Menurut sumber TEMPO di Pusat PerawatanJAL, Haneda, pemeliharaan mesin untuk pesawat Garuda tergolon ke dalam "perawatan berat modul" (module heavy maintenance), atau disebut MHM. Perawatan jenis ini dibagi ke dalam kategori satu, dua, dan tiga. Kasus mesin pesawat Garuda biasanya termasuk "kategori satu". 13alam istilah lain, perawatan jenis ini dinamakan "pemeriksaan C" - termasuk perawatan paling berat. Pesawat B-747 milik Garuda dilengkapi mesin JT-9D-7A buatan Pratt & Whitney, AS. Pesawat A-300 menggunakan mesin JT-9D-59A dari pabrik yang sama. Biasanya, "MHM terhadap mesin B-747 dilakukan sekali dalam setiap 4.000 jam terbang," kata seorang staf Pusat Perawatan JAL di Haneda kepada wartawan TEMPO, Seiichi Okawa. MHM itu sendiri membutuhkan waktu 40 hari. Tetapi, menurut pejabat hubungan masyarakat kantor pusat JAL di Tokyo, "pemeriksaan C" untuk B-747 Garuda biasanya dilakukan di Narita selama 52 jam. Mengapa harus ke Jepang? "Blaya overhaul sangat tinggi, terutama peralatannya," sahut Salman kepada Praginanto dari TEMPO. Bila perawatan pesawat itu dilakukan di Indonesia, jatuhnya akan sangat mahal, kecuali kita memlliki banyak sekali pesawat. Sampai saat ini, armada Garuda baru memiliki 6 B-747, 6 DC-10, 34 F-28, 21 DC-9, dan 9 A-300. JAL, menurut Salman, memiliki sekitar 50 pesawat Boeing, sehingga mereka dapat menekan biaya overhaul pesawat jenis ini. Demikian pula, misalnya, Swiss yang memiliki banyak pesawat DC-10. Itu sebabnya, khusus untuk pesawat DC-10, Garuda melakukan overhaulnya ke Swiss. Untuk menekan biaya overhaul pula, perusahaan-perusahaan penerbangan Eropa biasanya membentuk konsorsium, terutama di antara negeri yang sama-sama memiliki banyak pesawat sejenis. Di antara perusahaan penerbangan Jepang, "Setahu kami hanya JAL yang melakukan maintenance untuk perusahaan penerbangan asing, dalam hal ini Garuda," kata Haruguchi dari Bagian Penerbangan Internasional, Departemen Perhubungan Jepang. Tetapi, menurut seorang staf JAL, Garuda bukan satu-satunya langganan asing JAL. Perusahaan ini juga baru menandatangani kontrak pemeliharaan untuk jangka waktu lima tahun dengan maskapai penerbangan AS, Flying Tiger. Kantor perwakilan Garuda di Tokyo tak berbicara banyak mengenai penandatanganan kontrak itu. "Tidak ada informasi mengenai hal itu, copy kontrak pun tidak ada di sini," jawab seorang staf perwakilan. Mengenai isi kontrak dan jumlah pembayaran yang harus dipikul Garuda, sumber JAL sendiri Imengaku, dalam hal ini berlaku "prinsip tidak terbuka untuk umum". Sampai saat ini, Garuda memang tidak tergabung dalam konsorsium mana pun, sehingga bebas memilih perusahaan pemeliharaan. Narnun, tidak seluruh armada Garuda dirawat di luar negeri. "Sekarang, pesawat DC-9 dan F-28 sudah turun mesin di sini," ujar Salman Hardani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus