SALING membom tanker di Teluk Persia antara Irak dan Iran, yang memanas sejak pertengahan Mei lalu, masih berlangsung sampai sekarang Tapi suatu krisis minyak seperti tahun 1979, menurut banyak pengamat, tak akan terjadi. Kebanyakan perusahaan minyak demikian buletin Petroleum Intelligence Weekly yang beredar di Jakarta pekan lalu, merasa aman dengan persediaan minyak terapung Arab Saudi sebanyak 55 juta barel ditempatkan di luar daerah Teluk. Jepang yang kebutuhan minyaknya terutama mengalir dari daerah Teluk, juga bisa tidur tenang, mengingat seluruh persediaan minyak negeri itu mampu memenuhi kebutuhan sampai 123 hari. Kepada koresponden TEMPO Seiichi Okawa di Tokyo, seorang pejabat Japan Natural Resources and Energy Agency menjelaskan bahwa Jepang sampai April tahun ini sudah menyimpan persediaan minyak mentah sebesar 30 juta kiloliter, dan 24 juta kiloliter bahan bakar minyak - keduanya oleh swasta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 97 hari. Sedangkan pemerintah Jepang sendiri menyediakan minyak mentah 15 juta kilo liter, tambahan untuk 26 hari. Dari persediaan selama 123 hari itu, sebanyak 6,4 juta kilo liter berada di tangan swasta, dan 5,4 juta kilo liter dikuasai pemerintah, yang disimpan di daratan dan di "gudang terapung" di lepas pantai. Terminal minyak di Mutsu Ogawara, Provinsi Aomori, di bagian paling utara Pulau Honshu, yang dibangun oleh MITI, kini menyimpan sebanyak 3,1 juta kilo liter minyak mentah. Mungkin agar Jepang bisa merasa lebih aman, menurut pejabat itu, Jepang akan menambah persediaan mmyaknya agar blsa mencapai 150 hari. "Dengan demikian, kebutuhan sehari di Jepang yang rata-rata 540.000 kiloliter bisa terpenuhi selama lima bulan," katanya. Beberapa perusahaan raksasa di Jepang pun mulai mencari pasaran di luar daerah Teluk. Perusahaan Marubeni, misalnya, sudah meneken kontrak dengan Mesir untuk membeli 10.000 barel minyak mentah jenis Suez Blend, berdasarkan harga 5pot US$ 28,05, mungkin sampai September tahun ini. Perusahaan Mitsui Bussan, yang seperti Marubeni merupakan suatu sogo shosha (perusahaan dagang raksasa), pekan lalu dikabarkan sudah menutup kontrak pembelian sebanyak satu juta barel Suez Blend, dengan harga spot yang sama. Mereka memilih jenis minyak ringan Mesir itu karena kualitasnya yang setaraf dengan Arabian Light Crude (ALC), yang umumnya banyak dipakai di Jepang. Nihon Keizai Shimbun, harian ekonomi berpengaruh di Jepang, awal pekan lalu juga menyebutkan, tiga Importir mmyak Jepang sudah memutuskan untuk mengimbangi kekurangan impor mereka dari Iran. Maruzen Oil Co. sudah membeli sejuta barel minyak Saudi, berupa campuran 60% jenis ALC, 20% jenis minyak berat Arab, dan 20% jenis yang medium, juga dari Arab Saudi, untuk penyerahan Juni ini, melalui Norbec Ltd. eksportir minyak Arab Saudi yang baru didirikan tahun lalu. Pembelian tadi, menurut seorang pejabat Maruzen, berdasarkan harga kontrak resmi. Hal yang sama akan dilakukan perusahaan Showa Oil dan Shell Sekiyu K.K. Jepang, lebih dari negeri industri yang lain, rupanya merasa waswas dengan pemboman lima tanker yang terjadi di Teluk Persia, dekat Selat Hormuz. Para pengusaha tanker di Jepang sejak dua pekan lalu sudah memindahkan tanker-tanker mereka ke bagian utara perairan Teluk yang dianggap lebih amam, antara lain di Pulau Al-Earisiyah, Arab Saudi. Mcreka juga mengendurkan lalu lintas tanker yang berbendera Jepang, dengan awak kapal Jepang. Sebagai gantinya, banyak perusahaan di Jepang memesan kebutuhan minyaknya dari Teluk dengan menambah angkutan carter dari perusahaan asing, sekahpun terpaksa membayar harga minyak yang lebih tinggi, karena naiknya blaya asuransi sampai dua kali lipat. Ketergantungan negeri itu dari aliran minyak Teluk memang luar biasa Kementerian Industri dan Perdagangan Luar Negeri Jepang (MITI) mencatat, setiap hari selama tahun 1983, minyak mentah yang masuk dari perairan Teluk ke berbagai pelabuhan di Jepang tak kurang dari 1.678.000 barel sehari. Terbesar dari Arab Saudi, 1,01 juta barel sehari, atau 281% dari kebutuhan total Jepang, yang sebagian besar diekspor dari pelabuhan minyak utama Ras Tanura. Lalu dari Iran sebanyak 400.000 barel sehari (11%) Zone Netral - lapangan minyak antara Arab Saudi dan Kuwait - 200.000 barel (5,7%), dari Kuwait sendiri hanya 58.000 barel (1,6%) dan dari Irak 10.000 barei (0,3%). Bagaimana dengan Indonesia ? Sampai akhir pekan lalu belum terdengarbahwa Pertamina sudah bisa menjual lebih banyak minyak ke Jepang, sekalipun Jepang, juga Korea Selatan, mulai mencari minyak di luar kawasan Teluk yang bergolak. Seorang pejabat pemasaran Pertamina tak bersedia memberi keterangan ketika dihubungi TEMPO, awal pekan ini. Tapi seorang pejabat dari Far East Oil Trading Co.(FEOT) di Tokyo, yang biasa membeli minyak dari Indonesia, mengatakan, "Pertamina, seperti biasa, selalu meminta agar kami bisa membeli lebih banyak." Tapi menurut pejabat FEOT itu "Pcrmintaan itu rasanya tak ada sangkut pautnya dengan suasana sekarang di Teluk Persia. " Salah satu alasan mengapa Jepang kurang tertarik pada jenis Sumatran Light Crude (SLC), menurut pejabat minyak itu, terbentur pada soal harga. Suez Blend, seperti halnya ALC, bisa diperoleh dengan US$ 28,05 per barel, US$ 0,95 di bawah harga resmi. Sedangkan SLC, yang harga resminya USS 29,53 per barel, setelah dipotong dengan segala "biaya administrasi", menjadi sekitar US$ 28,90 per barel. "Tampaknya Indonesia tak ingin tergesa-gesa," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini