BAR & Restaurant Oasis di Jalan Raden Saleh, Jakarta, kedatangan tamu istimewa, Rabu pagi pekan lalu. Sejumlah mobil, yang membawa puluhan tokoh bulu tangkis Indonesia dari pelbagai kota di Pulau Jawa, terlihat berderet parkir di depan rumah makan milik Tirto Utomo, yang kebetulan juga ketua Bidang Dana PBSI. Adalah pengusaha ini, bersama ketua umum PBSI Ferry Sonneville, dan ketua Bidang Pembinaan Rudy Hartono, yang hari itu mengundang mereka bertukar pikiran setelah kegagalan tragis pemain bulu tangkis Indonesia di kejuaraan All England, di Wembley, London, bulan lalu. Tak berhasil menempatkan satu pemain pun ke final kejuaraan yang penuh prestise itu, tak kurang ketua umum PBSI, Ferry Sonneville, sendiri yang mengakui kegagalan itu sebagai pukulan berat buat bulu tangkis Indonesia. Bekas pemain tunggal yang pernah beberapa kali, sejak 1958, memperkuat tim Piala Thomas Indonesia itu terus terang pula mengatakan, kegagalan kali ini sebagai tamparan terutama bagi dia dan semua anggota pengurus PBSI. Banyak problem, katanya, yang kini membelit dia dan para anggota pengurus lainnya. Salah satu di antaranya adalah kurangnya waktu bagi dia dan para pembina lainnya untuk sepenuhnya mengurus PBSI. "Saya terlalu sibuk," kata pemilik perusahaan real estate PT Ferry Sonneville & Co. itu. Ferry, 54, selain lama dikenal sebagai pengusaha juga ikut aktif mengurus 15 yayasan pendidikan dan organisasi sosial di beberapa tempat di Jakarta. Misalnya, selama ini, ayah tiga anak im memegang Jabatan ketua Yayasan Perguruan Tinggi Trisakti dan Atmajaya.Semua jabatan tadi sudah dipegangnya sebelum ia menjadi ketua umum PBSI, September 1981, yang sampai kini masih ia pertahankan. Lebih dari tiga tahun, secara menyambi, bekas presiden Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) ini masih merasa mampu menjalankan roda organisasi PBSI kendati dengan hasil yang dinilai banyak pengamat "pas-pasan". Baru belakangan ini, setelah kekalahan pahit King dan kawan-kawan di All England - dan hanya dua bulan menjelang Kejuaraan Dunia di Calgary, Kanada, serta setahun menjelang pertarungan mempertahankan Piala Thomas, dia dan pembantu utamanya, Rudy Hartono, tampak agak cemas. Kecemasan itu bisa dimaklumi karena, dengan kondisi pemain bulu tangkis seperti sekarang ini, memang bisa dihitung cukup berat bagi PBSI bisa mengupayakan kemenangan-kemenangan. Bisa jadi karena kecemasan itu pula,belakangan ini, Ferry mulai kerap menyebut-nyebut soal pengunduran dirinya. Padahal, baru September nanti masa kepengurusannya akan berakhir. "Saya menyadari keterbatasan saya. PBSI ternyata, harus saya akui, masih jauh dari harapan. Karena itu, jika ada orang lain yang sekarang ini dianggap dunia bulu tangkis memenuhi syarat dan harapan, untuk memegang PBSI, saya amat bergembira untuk mundur," katanya kepada TEMPO. Mengapa soal kurangnya waktu itu baru dikeluhkan Ferry sekarang? Kepada TEMPO, anak Indo kelahiran Jakarta ini mengatakan, karena baru sekarang, setelah kekalahan pahit di All England, dia benar-benar menyadari sejumlah kelemahan dan kekurangannya. Beberapa tahun lalu, setelah kemenangan merebut Piala Thomas 1984, dan keluarnya Icuk sebagai juara Dunia di Kopenhagen, 1983, dia dan pengurus lain seperti terlena dalam kemenangan dan keberhasilan. Bahkan setelah itu, ketika terjadi beberapa kali kekalahan pemain bulu tangkis Indonesia di sejumlah kejuaraan dan turnamen, pengurus PBSI, kata Ferry, seperti tak mau menerima kenyataan pahit itu. Kini, semua itu diakuinya keliru. Untuk memperbaiki diri dan sekaligus menunjukkan tanggung jawabnya kepada bulu tangkis Indonesia, belakangan dia berunding dengan Rudy Hartono, untuk mengundang para tokoh bulu tangkis dan "kawan-kawan lama" yang dulu ikut bahu membahu merebut Piala Thomas dari Malaysia, Denmark, dan negara lainnya untuk urun-rembuk. "Saya sendiri yang menelepon tokoh-tokoh bulu tangkis itu agar mereka mau datang," kata Rudy Hartono. Ketua Bidang Pembinaan PBSI ini, sama halnya dengan Ferry, juga ikut mengaku bahwa tindakan memanggil para tokoh tadi "karena PBSI, kini memang sudah kepepet". (Lihat: Box).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini