Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Posisi Nomor Dua untuk Sang Mentor

Juanma Lillo ditunjuk menjadi asisten Pep Guardiola.

11 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Juanma Lillo (kiri) bersama Josep Guardiola di Juegos Mediterraneos stadium, Almeria, Spanyol. REUTERS/Francisco Bonilla

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Juanma Lillo menggantikan Mikel Arteta sebagai asisten Pep Guardiola.

  • Lillo merupakan orang yang mengantar Guardiola dalam karier kepelatihan,

  • Pep Guardiola memerlukannya sebagai orang yang cepat dalam membaca permainan lawan.

MANCHESTER – Bukan Vincent Kompany ataupun Xabi Alonso yang dipilih Pep Guardiola untuk menjadi asistennya. Namanya sungguh asing: Juanma Lillo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya senang bergabung dalam tim kepelatihan Manchester City. Pertemananku dengan Pep sudah lama," kata Lillo, seperti dilansir situs resmi The Citizens.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Posisi nomor dua di klub berjulukan The Citizens itu memang lowong. Desember lalu, Mikel Arteta pergi ke Arsenal. Untuk sementara, posisi itu ditempati Rodolfo Borrell.

Namun, saat Liga Primer bergerak lagi, Pep Guardiola memerlukan sosok permanen untuk mendampinginya. Tapi, siapakah Lillo?

Lillo tidak muda lagi. Usianya sudah 53 tahun, lebih tua dari Pep Guardiola. Dari situ sudah kelihatan jam terbang pelatih ini, yang sama sekali tidak pernah mencicipi menjadi pemain sepak bola.

Tanpa pengalaman sebagai pemain, Lillo memulai karier sebagai pelatih. Pada usia yang masih muda, 16 tahun, dia sudah menangani klub Amoroz.

Kemudian dia berkelana ke beberapa klub. Tak dinyana, pada usia 29 tahun, dia masuk dalam catatan sejarah sepak bola Spanyol saat membawa Salamanca menerobos La Liga pada 1995.

Namun, tak lama setelah itu, manggung di La Liga berat bagi Salamanca. Kembali turun kelas, Lillo pun dipecat.

Lillo kemudian menangani Oviedo. Saat melatih klub itu, terjadi bagian penting dalam hidupnya.

Ketika itu, pada musim 1996/1997, timnya digasak Barcelona, 2-4. Meski kalah, Lillo senang karena timnya melakukan perlawanan dalam laga itu. “Kami bermain dengan baik,” katanya.

Bukan omong besar, rupanya. Setelah laga usai, Pep Guardiola, gelandang Barcelona, mendatangi Lillo di ruang ganti. Bahkan dia belum sempat bersalin baju.

"Pep datang untuk menyatakan bahwa dia menyukai cara saya meracik tim itu. Dia ingin terus berhubungan,” kata Lillo.

Sejak hari itu, hubungan mereka pun lekat. Hingga akhirnya, sebuah janji diucapkan Guardiola pada 2003. Lillo akan dijadikan pelatih Barcelona.

Tentu ada syaratnya. Pep menjadi bagian dari tim Lluis Bassat dalam pemilihan presiden Barcelona melawan Joan Laporta.

Kalau Bassat menang, Pep akan menempati posisi sebagai direktur teknik. Dengan jabatan itu, mudah bagi Pep untuk menunjuk Lillo menempatkannya sebagai pelatih kepala.

Namun, nyatanya, Laporta yang menang. Niat itu pun tak kesampaian. Yang terjadi malah sebaliknya. Pep ditawari ikut bermain di tim yang diasuhnya, Dorados.

Bermain di Liga Meksiko selama enam bulan cukup bagi Pep untuk mengeruk semua ilmu dari pelatih yang dikaguminya itu. Sebastian Abreu menceritakan bagaimana bergairahnya Pep dalam menimba ilmu.

Hampir setiap hari Pep dan Lillo berdiskusi tentang taktik permainan. Pep pun tak segan untuk banyak bertanya kepada mentornya itu. Hasilnya, dari Lillo, Pep mengaku lebih memahami sepak bola.

Selepas dari Meksiko, Pep melatih Barcelona B dan kemudian melompat menangani tim inti Blaugrana. Hasilnya, 14 trofi yang direbutnya tersimpan di lemari piala di Camp Nou.

Lantas kenapa Lillo dipilih menjadi tangan kanannya di Etihad? Tak salah lagi, Pep memerlukan orang yang bisa memberi masukan tentang strategi permainan saat laga dilangsungkan.

Lillo, dengan pengalaman menangani tim di tiga benua, diyakini memiliki kemampuan itu. Kehebatan Mikel Arteta dalam membaca permainan lawan membuat dia masuk dalam tim Manchester City.

Dari mentornya itu pula, Pep berharap bantuan itu akan didapatkannya dalam mengarungi sisa Liga Primer musim ini.

IRFAN BUDIMAN | GOAL | LIVESCORE 


 

Posisi Nomor Dua untuk Sang Mentor

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus