INILAH kata-kata Lev Yashin yang sulit dilupakan: "Memasukkan dan kemasukan gol merupakan karya bersama." Ucapan ini mengisyaratkan bahwa permainan sepak bola adalah permainan tim. Seorang penjaga gawang, bagaimanapun hebatnya, tetap merupakan kesatuan tim. "Kesalahan yang pertama dari barisan depan bisa menjalar ke bagian belakang, dan akhirnya bobollah gawang," katanya lagi. Lev Yashin, penjaga gawang legendaris dari Uni Soviet itu, telah tiada. Penyakit kanker lambung mengantar kepergiannya Selasa pekan lalu, di usia 60 tahun. Dunia sepak bola pun tiba-tiba merasa kehilangan. Kehebatan Yashin di bawah mistar diakui di berbagai negara. Pemain bola Inggris sampai menjulukinya "Si Macan Hitam". Dan orang Brasil menyebutnya "Si Laba-Laba Hitam". "Kemampuan Yashin merupakan suatu legenda. Setiap anak berusaha menirunya," kata Franz Beckenbauer, yang membobolkan gawang Yashin pada semifinal Piala Dunia 1966 di Stadion Wembley, Inggris. Ketika itu Soviet kalah 1-2 dari Jerman Barat. Awalnya, Lev Yashin menekuni olahraga hoki es. Tapi baru setahun bermain hoki es, ia sudah pindah ke sepak bola. Itu gara-gara penjaga gawang klub Dynamo Moskow, Komich, mengalami cedera. Komich-lah yang membimbing dan melatih Yashin. Ia mulai dipakai efektif pada 1953. Selama 15 tahun kariernya memperkuat tim nasional Soviet, Yashin turun 78 kali. Ia, yang selalu tampil dengan pakaian hitam-hitam, mampu membawa timnya keluar sebagai juara pada kejuaraan sepak bola Eropa 1960. Di kejuaraan serupa 4 tahun kemudian, Soviet hanya menempati urutan kedua. Di Piala Dunia, kesebelasan Soviet cukup disegani di masa Yashin. Dua kali masuk ke babak perempat final (1958 dan 1962) serta menempati urutan keempat pada 1966. Yashin sendiri dikenal sebagai pemain yang sportif. Pada 1963 dia dinobatkan sebagai pemain sepak bola terbaik Eropa (Football Player of the Year). Kehebatan Yashin, ia mampu mempertahankan gawangnya dari gempuran-gempuran penyerang lawan dengan gaya akrobatik. Ia selalu berada pada posisi yang benar. Tangkapan bolanya tak pernah lepas, bagai terkandung lem di tangannya. Bola menyilang dengan keras pun ditangkapnya. Yashin gantung sepatu pada 1972. Tapi ia tak sepenuhnya meninggalkan bola. Ia kemudian menjadi manajer bagi klub Dynamo Moskow. Kemudian ia menjabat Ketua Deputi Federasi Sepak Bola Soviet. Meski ia sudah mundur dari dunia sepak bola, sisa-sisa kejayaannya masih disegani oleh kawan serta lawan. Bob Wilson, misalnya. Bekas penjaga gawang Skotlandia yang menulis buku tentang penjaga-penjaga gawang terkenal dunia ini menuturkan kehebatan Yashin. "Yashin merupakan penjaga gawang terbesar yang pernah ada di Benua Eropa. Penonton tahu bahwa Lev Yashin tidak bakal membuat kesalahan," kata Wilson, yang kini sebagai pelatih dan wartawan televisi itu. "Lev Yashin seorang yang sangat menyenangkan dan mempunyai rasa humor yang tinggi," tambah Billy Wright, bekas kapten tim Inggris pada 1950-an. Pada 1984 salah satu kaki Yashin diamputasi karena trombosis. Namun, itu tak menghalanginya berkeliling dunia mengunjungi teman-temannya. Dan berkat jasa-jasanya itu Yashin mendapat bintang jasa The Order of Lenin dari Pemerintah Soviet. Bahkan awal bulan ini penjaga gawang yang pernah tampil di Stadion Utama Senayan, 1971, bersama klubnya, Dynamo Moskow, itu menjadi olahragawan Soviet pertama yang terpilih sebagai Hero of Socialist Labor. Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini