Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Metode baru dari soviet

Tim nasional yang akan diterjunkan ke Asian Games di Beijing, hanya tiga pemain asal Perserikatan sedangkan selebihnya Galatama. Tim ini masih sangat memprihatinkan dan kini ditangani pelatih Soviet.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI KONI Pusat belum memberikan lampu hijau untuk pengiriman tim sepak bola ke Asian Games di Beijing, Cina, toh PSSI tetap saja jalan dengan proyeknya. Senin pekan ini, dalam suatu jumpa pers di Senayan, Jakarta, PSSI mengumumkan "Tim Nasional PSSI Asian Games". Ada 23 pemain yang diumumkan masuk dalam tim itu. "Daftar ini masih bisa mengalami perubahan. Sekarang ini masih merupakan kerangka dasarnya," kata Anatholy Polosin, 54 tahun, tamatan Graduated Kazakh Institute of Sports, satu dari dua pelatih asal Soviet yang menangani tim ini. Pelatih Soviet satunya lagi, I.V. Urin, 44 tahun, bekas pemain klub Torpedo dan tamatan Moskow Region Sports Institute, ikut mendampingi Polosin. Juga ada Danurwindo dari Indonesia, sebagai asisten. Pengumuman ini disebut Polosin sebagai tahap pertama. Pada tahap kedua, setelah latihan beberapa hari, tim diciutkan menjadi 20 pemain. Dan 23 pemain yang terpilih itu hanya 3 orang dari Perserikatan. Itu pun semuanya dari Persib Bandung, yakni Dede Iskandar (back kanan), Robby Darwis (stopper), dan Asep Sumantri (gelandang bertahan). Sisanya adalah pemain Galatama. Yang agak mengejutkan, penjaga gawang Persebaya I Gusti Putu Yasa tak masuk dalam tim. Kiper akan diperebutkan antara Edy Harto (Kramayudha Tiga Berlian), Eric Ibrahim (Petro Kimia Gresik), dan Indrayadi (Pusri Palembang). Sedangkan di lapangan tengah, Rully Nere -- pemain Pelita Jaya yang sejak 1979 hampir selalu berada di tim nasional -- kini tak masuk daftar. Di lapangan tengah itu, ada Maman Suryaman (Pelita Jaya), Jessy Mustamu (BPD Ja-Teng), dan Ansari Lubis (Medan Jaya). Di barisan belakang, Ferril Raymon Hattu, yang baru saja menyelesaikan masa skorsingnya -- buntut keributan pertandingan Petrokimia Putra lawan Perkesa Mataram -- tampil kembali di tim nasional. Ferril akan bersaing dengan Robby Darwis, Imron Asaat (Arseto), dan Sudirman (Arseto). edangkan di barisan back, tak ada nama Patar Tambunan (Persija). Kabarnya, Patar, yang tergolong lumayan, dinilai kurang berani "beradu" di lapangan. Patar kalah bersaing dari Aji Santoso (Arema Malang) dan Jaya Hartono (Petro Kimia). Di depan, ada nama baru yang cukup menanjak akhir-akhir ini: Kashartadi (Kramayudha). Ia mendampingi I Made Pasek Wijaya (Pelita Jaya) untuk sayap kanan, Noach Meriem (Pelita Jaya), dan Hanafing (Niac Mitra Surabaya) untuk sayap kiri. Barisan striker adalah Mustaqim (Asyaabab), Mecky Tata (Arema), Arizona (Kramayudha), dan Widyiantoro (BPD Jateng). Ricky Yacob, yang kini bermain di Jepang, juga sedang dijajaki kemungkinannya masuk tim. Ke-23 pemain ini mulai berlatih di Senayan pada akhir Maret. Tim nasional ini juga akan melawat ke Australia, lalu seminggu latihan di Bologna, Italia, untuk kemudian diterjunkan ke Piala Kemerdekaan di Jakarta pada Agustus mendatang. Mampukah Polosin dan Urin mengulang prestasi Berce Matulapelwa menjadi juara keempat Asian Games Seoul 1986? "Belum saatnya bicara target, kami baru mulai berlatih," ujar Polosin. Dari pengamatannya selama lebih sebulan di Indonesia -- menonton 14 pertandingan -- Polosin melihat lemahnya kerja sama antarpemain Indonesia. "Mereka bermain sendiri-sendiri, padahal letak kekuatan main bola pada permainan tim, kebersamaan," kata Urin. Dan keduanya sudah siap dengan terapi yang boleh dibilang agak baru di sini: complex exercise. Ini adalah serangkaian bentuk latihan yang sekaligus akan meningkatkan stamina, skill, dan teknik. "Kami sudah punya rencana detail, dari menit ke menit. Ini merupakan metode latihan modern," Polosin menjelaskan. Biasanya, satu paket bentuk latihan makan waktu sepuluh menit. Tanpa istirahat, selama enam menit tiap pemain akan dibenahi kekurangan teknik dasarnya, misalnya menendang, menyundul, dan menggiring, serta menghentikan bola. Dan setelah itu, masuk paket berikutnya. "Pokoknya, akan berat sekali latihan oleh kedua orang Soviet ini," kata Danurwindo. Teknik dasar rata-rata pemain Indonesia dinilai masih sangat memprihatinkan. Polosin dan Urin punya cara untuk melihat kekurangan ini. Misalnya, diterapkannya ketika Medan Jaya bertarung lawan Pelita Jaya di Lebakbulus, Minggu pekan lalu. Tiap pemain dinilai kemampuannya dalam umpan pendek, umpan sedang, dan umpan jarak jauh. Lalu, dilihat dribbling-nya, gerak tipunya, menyundul, dan menendang keras. Polosin menghitung: Berapa kali tiap pemain melakukan gerakan dan berapa kali gagal. Hasilnya: Edy Harto (kiper) angka kesalahannya 18%, Herry Kiswanto 28%, Parlin Siagian 41%, dan pemain belakang Achmad Didik sebanyak 37%. Padahal Polosin dan Urin mengharapkan tingkat kesalahan pemain nasional Indonesia paling tinggi cuma 25%. Polosin juga melihat stamina pemain Indonesia payah. Ukurannya sederhana: Berapa kali dalam 2 X 45 menit si pemain menyentuh (touch) bola -- dribbling, menendang, menyundul, atau mengoper bola. Di tim-tim tingkat internasional, sentuhan pada bola rata-rata pemain 650 sampai 700 kali. Di Indonesia, angka terbaik selama pengamatan Polosin dicapai partai Pusri Palembang lawan Pelita Jaya, 620 kali. Pertandingan lainnya berkisar antara 400-600. Umumnya, di babak kedua, angka sentuhan bola itu menurun drastis. Suatu bukti melorotnya ketahanan stamina dan fisik. Dengan kondisi begitu, pola yang terbaik untuk tim Indonesia adalah 4-4-2. Artinya, serangan akan banyak ditumpukan pada dua tombak, dengan harapan memenangkan duel di lapangan tengah. Agaknya falsasah kuno, menang di lapangan tengah kemungkinan besar akan membawa kemenangan pertandingan, masih dianut Polosin dan Urin. Toriq Hadad dan Liston P. Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus