Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WAJAH Lance Edward Armstrong memerah setelah menuntaskan laga balap sepeda amatir bertajuk Power of Four Bike di Pegunungan Aspen, Colorado, akhir pekan lalu. Tak ada gurat kecewa di wajahnya meskipun peraih tujuh gelar Tour de France ini hanya finis di tempat kedua. Dia kalah cepat lima menit dari ÂKeegan Swirbul, remaja tanggung berusia 16 tahun, yang berhasil menjadi juara.
"Luar biasa. Dia baru 16 tahun dan saya finis di belakangnya. Masa depannya sangat cerah," kata Armstrong, 41 tahun, sambil mencomot sepotong burger. Jarak 58 kilometer dalam lomba itu mungkin tak seberapa, tapi medan yang sulit tetap membuatnya kelelahan. Pembalap sepeda asal Belanda, Hennie Kuiper, pernah berujar, "Dalam kayuhan di ketinggian Aspen, salju yang putih pun lama-lama tampak berubah jadi hitam."
Dan, di ketinggian "salju hitam" inilah tampaknya Armstrong benar-benar harus mengakhiri sejarah panjangnya di dunia balap sepeda, yang ia rintis sejak 1981. Sebuah vonis dari badan antidoping Amerika Serikat (USADA) bagai kibaran bendera di garis finis kariernya yang cemerlang itu. Pria bernama asli Lance Edward Gunderson ini sebelumnya sudah resmi mundur dari dunia balap profesional pada 2005.
Dua hari sebelum Armstrong terbang ke Aspen, kabar tak sedap sebenarnya sudah masuk telinganya. USADA melucuti semua gelar juara yang diraihnya sejak 1 Agustus 1998, termasuk gelar juara Tour de France yang ia sabet berturut-turut mulai 1999 hingga 2005. Armstrong juga dilarang mengikuti balap sepeda profesional seumur hidup.
Keputusan paling dramatis sepanjang sejarah USADA itu tak pelak membuat geger dunia olahraga. Para penggemar Armstrong tak bisa menerima kenyataan itu. Wartawan pun sibuk mengabarkan berita ini ke seantero dunia.
Maklum, Armstrong telah menjelma menjadi ikon balap sepeda dengan segala kontroversi yang disandangnya. Dia juga menjadi simbol perlawanan terhadap kanker, yang ia derita sejak 1996. Seakan-akan tahu kegalauan para penggemarnya, Armstrong lalu menyabarkan mereka. "Jangan menangisi saya. Yang terpenting saat ini saya bisa tetap fit dan menikmati pemandangan indah ini," katanya di Aspen.
Ini memang klimaks dari kisah pergulatan sang juara melawan berbagai tudingan doping, yang sudah berlangsung lama. Kabar Armstrong akrab dengan doping pertama merebak pada 2004. Saat itu rekannya di tim Motorola, Stephen Swart, berkicau di mingguan The Sunday Times terbitan Inggris. "Kami biasa menyuntikkan EPO melalui jari, lalu berlari ke pemanggang roti untuk meningkatkan hematrocit (volume sel darah merah)," katanya. EPO atau synthetic erythropoietin termasuk jenis doping darah yang digunakan untuk menggenjot produksi sel darah merah.
Setahun kemudian, giliran harian olahraga Prancis, l'Equipe, yang menggedor Armstrong dengan tudingan doping. Mereka menurunkan laporan sepanjang empat halaman pada 23 Agustus 2005, memaparkan adanya kandungan EPO dalam sampel urine Armstrong yang diambil selama Tour de France 1999. Di halaman muka, l'Equipe menulis dengan huruf besar: "Kebohongan Armstrong".
Isu doping terus bergulir. Floyd Landis, rekan Armstrong di tim US Postal, giliran tampil. Pada akhir April 2010, ia melayangkan e-mail ke petinggi USADA dan Presiden Balap Sepeda Amerika Serikat Stephen Johnson. Dalam surat elektroniknya, Landis mengaku menggunakan EPO. Ia juga menyebutkan sejumlah pembalap sepeda lain, termasuk Armstrong, melakukan hal serupa.
Saat tes doping digelar, Landis terbukti menggunakan EPO. Gelar juara Tour de France 2006 yang diraihnya dicabut. Adapun Armstrong selamat. Ia mendapat pembelaan dari Pat McQuaid, Ketua Asosiasi Balap Sepeda Internasional (UCI). McQuaid menuding Landis berupaya menjatuhkan Armstrong. "Ia ingin membalaskan kekecewaannya terhadap mantan rekannya di tim US Portal," katanya.
Tyler Hamilton, pembalap sepeda dari tim US Postal lainnya, membela Landis. Saat diwawancarai stasiun televisi CBS dalam program 60 Minutes pada Mei 2011, ia bersumpah bahwa Armstrong memakai EPO. "Saya melihat EPO di lemari pendinginnya. Ia menyuntikkan lebih dari sekali," katanya.
Mantan tukang pijat Armstrong, Emma O'Reilly, ikut-ikutan "bernyanyi". Dia mengaku pernah diminta membuang bekas jarum suntik yang diduga dipakai Armstrong untuk menyuntikkan EPO ke tubuhnya selama Tour de France 1999.
Departemen Obat dan Makanan Amerika Serikat pimpinan Jeff Novitzky sebelumnya pernah menginvestigasi kasus Armstrong. Novitzky menemukan rasio kandungan testosterone-epitestosterone Armstrong selama 1993-1996 lebih tinggi dari normal, yaitu di atas 6,0-to-1. Normalnya, rasio testosterone-epitestosterone hanya 1-to-1. Doping membuat kandungan testosterone-epitestosterone melonjak hingga 6,0-to-1.
Toh, Armstrong tak pernah dilarang tampil di rentang tahun-tahun itu lantaran tak terbukti melakukan doping. Sepanjang 25 tahun kariernya, ia telah menjalani 560 kali tes doping yang dilakukan sejumlah lembaga antidoping. Tak satu pun yang menyatakannya positif. Sebanyak 24 tes doping yang dijalaninya selama 2008-2009 juga berakhir negatif. Armstrong lolos berkali-kali. "Saya tak pernah gagal saat tes doping. Tidak ada kasus bagi saya."
Namun langkah USADA memburu Armstrong tak pernah surut. Bermodal setumpuk kesaksian dan sejumlah hasil tes, mereka lalu menggugat Armstrong pada Juni lalu. USADA mengklaim memiliki sedikitnya 10 kesaksian plus sampel darah dan urine Armstrong yang diambil selama 2009-2010.
Armstrong, yang sejak awal terus membantah melakukan doping, tak tinggal diam. Pada Juli 2012, ia menuntut USADA ke pengadilan Federal Amerika Serikat dan meminta mereka mencabut semua tuduhan bahwa dirinya melakukan doping. Ia menilai semua tudingan itu hanya omong kosong.
Namun hakim federal Amerika, Sam Sparks, menolak tuntutannya. Sparks menilai gugatan Armstrong terhadap USADA hanya strategi kehumasan untuk membangun opini bersih. Pengadilan pada 20 Agustus 2012 kemudian memberi waktu tiga hari kepada Armstrong untuk menjawab gugatan USADA.
Pada tenggat yang diberikan, Armstrong pun tampil. Namun, alih-alih menentang, ia memilih mengibarkan bendera putih. Mantan kekasih musikus Sheryl Crow ini menyatakan tak akan membela diri lagi. Tapi, pada saat yang sama, ia juga menolak tudingan melakukan doping. "Ada satu titik dalam hidup seseorang ketika ia harus mengatakan cukup adalah cukup," katanya. "Bagi saya, waktu itu adalah sekarang."
Sepuluh tahun lebih menangkis semua tudingan telah membuat Armstrong lelah. Sehari setelah "bendera putih" berkibar, USADA langsung melucuti semua gelar yang diraihnya, termasuk tujuh gelar Tour de France. "Memang menyedihkan dan sangat menyakitkan," kata juru bicara USADA, Anne Skinner. "Namun itulah harga yang harus dibayar. Ini akan jadi peringatan bagi atlet yang bersih dan generasi atlet berikutnya."
Satu-satunya harapan Armstrong kini tinggal dari Asosiasi Balap Sepeda Dunia, yang belum menyatakan sikap atas sanksi USADA itu. Namun sepertinya itu tak penting lagi bagi Armstrong. Sebab, pertarungan lain yang tak kalah dramatis sudah menunggu: melawan kanker yang terus menggerogoti sebagian otak dan paru-parunya sampai kini.
Maka, dari Aspen, Armstrong memilih mencoret satu agenda balap yang sudah menantinya. Dia kembali ke rumah dan beristirahat. Dari sana, ia akan melawan "monster" mematikan yang menyusup ke tubuhnya sejak 1996 dan pernah mencapai stadium III itu.
Armstrong sepertinya akan melakukan segala cara, setelah pernah menjalani dua kali operasi dan empat periode kemoterapi. "Mungkin (saat ini) saya sudah mati sedikit."
Kini Armstrong akan 100 persen mengayuh hidupnya pada episode perjuangan lain. Dia sudah menyatakannya saat mengibarkan bendera putih atas tudingan doping itu. "Hari ini saya memilih membalik ke halaman hidup (berikutnya). Saya akan berkomitmen pada pekerjaan yang saya mulai sebelum memenangi Tour de France, yakni melayani orang dan keluarga yang menderita kanker. Saya tidak akan berhenti berjuang untuk misi tersebut."
Dwi Riyanto Agustiar (Reuters, AFP, Sports Illustrated, Telegraph)
Gelar juara Tour de France yang berturut-turut diraih Lance Armstrong (1999-2005). Setelah gelarnya dilucuti, runner-up yang berhak menggantikannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo