Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Perkasa di Rumput, Tergelincir di Tanah Liat

Michael stich menjuarai tenis wimbledon mengalah- kan boris becker di final. namun kehebatannya be- lum teruji di berbagai lapangan seri grand slam lain. steffi dan martina telah membuktikan.

13 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sudah 22 tahun belum ada juara putra untuk seri grand slam. Stich memang juara Wimbledon, tapi ia belum tentu juara di semua lapangan seperti Steffi Graf atau Martina. SERVIS, itu senjata utama Michael Stich menaklukkan Boris Becker. Kecepatan servisnya di final Wimbledon, Minggu lalu, di lapangan rumput The All England Lawn Tennis and Croquet Club, London, adalah 200 km/jam. Sedangkan sang juara Wimbledon tiga kali "hanya" 196 km/jam. Uniknya, servis kedua Stich terlontar sama keras dengan servis pertama. Arahnya juga aneh, melintir tak keruan. Di final, dua kali Becker gagal menjangkau servis kedua Stich. Dari enam pertandingan termasuk final, Stich sudah menghasilkan 82 kali aces -- servis langsung masuk, bola tak tersentuh lawan. Tapi Becker yang mencatat aces terbanyak, 89 kali. Ada teori, pemain yang hebat di lapangan rumput akan hebat juga bermain di semua jenis permukaan lapangan. Yang membuat prestasi Stich prestisius, ia pertama kali menjuarai grand slam di Wimbledon, yang gengsinya paling top. Kehebatan Stich, yang meraih hadiah pertama sekitar Rp 750 juta, memang masih harus dibuktikannya di berbagai lapangan seri grand slam lain, misalnya lapangan keras di AS dan Australia Terbuka, atau lapangan tanah liat di Prncis Terbuka. Dalam sejarah tenis profesional, baru Rod Laver yang mampu menjadi "juara sejati", merebut empat gelar grand slam pada 1969. Namun, dalam status amatir, jago Australia ini pernah membabat empat gelar turnamen paling bergengsi di dunia itu pada 1962. Pada zaman baheula, orang pertama yang memenangkan empat grand slam adalah Frederick John Perry dari Inggris pada 1909. Lalu ada John Donald Budge dari Australia, yang meraih empat gelar tadi pada 1938. Jadi, sudah 22 tahun ini belum ada lagi petenis profesional yang mampu menjadi juara sejati. Ada saja turnamen yang selalu jadi sandungan. Boris Becker, yang sudah meraih lima gelar grand slam -- tiga kali di Wimbledon -- belum sekali pun mampu menjuarai Prancis Terbuka. Lapangan tanah liat Rolland Garros seolah-olah jadi momok bagi Becker. Yang juga selalu sial di Rolland Garros adalah Arthur Ashe, Petenis kulit hitam Amerika ini sudah merebut tiga gelar grand slam yang lain. Jimmy Connors juga selalu kalah di Prancis Terbuka. Wimbledon lebih angker. Ivan Lendl (Ceko), Ken Rosewall (Australia), Guillermo Vilas (Argentina), atau Mats Wilander (Swedia) belum sekali pun menjadi juara di sana. Lain lagi peta grand slam di bagian putri. Steffi Graf yang mengalahkan Gabriela Sabatini di final Wimbledon, Sabtu lalu, adalah satu dari empat petenis putri dunia yang pernah meraih juara empat seri grand slam. Anak Bruhl, Jerman, yang lahir 14 Juni 1969 ini punya catatan prestasi menakjubkan. Pada 1988, Graf membabat semua gelar juara empat grand slam. Plus medali emas tunggal putri Olimpiade Seoul. Selain Graf, Martina Navratilova, yang sekarang berusia 35 tahun, pernah menyapu empat gelar grand slam pada 1984. Bahkan sampai sekarang Martina tetap memegang rekor juara di Wimbledon dengan sembilan kali memenangkan turnamen lapangan rumput di London itu. Rekor grand slam lainnya dipegang Maureen Catherine Connolly (AS) yang menjuarai rangkaian grand slam terakhir pada 1953. Dan Margareth Court Smith pada 1970. Graf memang sudah berdiri di jajaran petenis yang sulit disaingi. Tapi Stich baru "merangkak" ke sana. Toriq Hadad (Jakarta) dan Rudy Novrianto (London)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus