Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pesan Via Miller-marsh

2 pegolf tenar, Johny Miller dan Graham Marsh, dipakai Benson & Hedges dalam pertandingan promosi di beberapa negara termasuk di Jakarta.

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERUSIA 31 tahun, Johnny Miller sudah meraih lebih US$ 1 juta dari lapangan golf. Orang AS kelahiran San Francisco ini menjadi profesional segera sesudah dia selesai belajar di Universitas 9 tahun lalu. Arnold Palmer, bahkan juga Jack Nicklaus -- keduanya pegolf ulung di dunia -- mengakui kebolehan Miller. Maka nama Miller sudah terjamin untuk usaha promosi. Benson & Hedges, produsen sigaret dari London, memakai Miller pekan lalu untuk bertanding 4 ronde melawan Graham Marsh, pegolf Australia yang sudah tenar di Asian Circuit. Mereka berdua saja ditugaskan bertanding. Lebih mengasyikkan lagi ialah keempat ronde itu dilangsungkan secara berpindah Iapangan. Dimulai di Fanling (Hongkong, 5 Desember), mereka main di Pondok Indah (Jakarta, 7 Desember), kemudian di Kuala Lumpur (9 - 10 Desember). Di ibukota Malaysia itu, mereka pun tidak bermain di satu padang saja, tapi berpindah dari Subang ke Royal Selangor Golf lub yang bersejarah. Walaupun Benson & Hedges menonjol sebagai sponsor, pertandingan promosi ini jelas membawa pesan sampingan dari pihak lain. Umpamanya merek Dunlop yang tertulis di payung yang dipakai Marsh dan merk Maxfli yang terpampang di bag milik Miller. Tak ketinggalan pula promosi penerbangan Cathay Pacific yang memang mengkontrak Marsh. Tapi di Jakarta, tentu saja, promosi dinikmati juga oleh padang golf Pondok Indah yang masih baru, dan memang molek seperti namanya. Pondok Indah itu tempat perumahan elite yang membuat berita sedih ketika dilakukan aksi penggusuran atas penduduk setempat 2 - 3 tahun lalu guna pembangunannya oleh kontraktor real estate. Sedikitnya 5000 peminat golf berhondong-bondong di situ mengikuti gerak Miller-Marsh ke seluruh 18 holes yang 72 par. Suara petugas via megaphone terdengar memperingatkan: "Awas, walaupun dia jagoan, kemungkinan slice (terbang bola menceng ke kanan) ada." Para penonton rupanya yakin pada pukulan professional. Kedua pemain itu memang tidak membikin kesalahan slice ataupun book (menceng ke kiri). Pertandingan itu lebih merupakan pameran keunggulan masing-masing. Kalah-menang tampaknya bagi mereka bukan soal perbedaan puluhan atau ratusan ribu dollar, seperti dalam kompetisi besar yang ditempuh Miller biasanya, di mana permainan di bawah par saja yang ada harapan. Di Pondok Indah, tidak terang-terangan disebut hadiah uang yang diperebutkan. Menurut panitia, hanya US$ 1000 untuk pemenang. Jumlah itu seperti "kacang" saja bagi kaliber liller. Namun dia bermain sungguhan dan akhirnya mencatat 69, mengalahkan Marsh yang memperoleh par 72. "Bermain di tiga negeri yang berbeda dalam seminggu sungguh baru -- belum pernah saya alami sebelumnya," kata Miller. Memang "peristiwa ini unik," sambung Marsh, 34 tahun, bekas guru matematik yang mengumpulkan US$ 280.000 dari turnamen di berbagai negeri tahun lalu. Keempat ronde itu diakhiri dengan 85 untuk Miller -- unggul satu pukulan saja dari Marsh (286). Prestasi mereka boleh dianggap berimbang, yang berarti naik gengsi Marsh di mata sponsornya. Bagi Miller, ya memang sudah terbilang top.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus