Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bukan Orang Baru

Rektor IPB yang baru, Andi Hakim Nasution bertekad akan melanjuntukan perubahan atau penyempurnaan yang telah dilakukan pendahulunya, termasuk soal normalisasi kampus.(pdk)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI hujan, 2 kipas angin kecil dipasang juga di aula Institut Pertanian Bogor, Baranangsiang. Andi Hakim Nasution, 46 tahun, dilantik sebagai rektor ke 7 menggantikan A. M. Satari yang sudah 2 periode menjadi rektor IPB. Lalu ke mana Satari? "Saya akan kembali mengajar di Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB," kata Satari. Beberapa saat menjelang Satari habis masa dinasnya, ada yang sangsi apakah Andi Hakim bisa terpilih di antara 3 calon yang diajukan lantaran ia dikenal kelewat njelimet. Toh ia terpilih. Mengapa? Menurut seorang dosen yang ikut memilihnya, "karena konsepnya jelas." Antara lain, ia berhajat meningkatkan penelitian. Tapi menurut Andi Hakim sendiri "program saya ialah melanjutkan perubahan atau penyempurnaan yang sudah ada." Tentu saja termasuk proses normalisasi kampus. Meski begitu, mahasiswa IPB menerima kehadiran Andi Hakim. "Aspirasi mahasiswa tidak akan terganggu. Yang penting apakah mahasiswa bisa mendekatinya. Sebab orangnya rasionil sekali," ujar Ahmad Farid Rasyid, bekas ketua DM-IPB yang dibekukan yang kini muncul sebagai tokoh Keluarga Mahasiswa (KM). Rektor baru ini memang bukan orang baru. Bapak dari 3 anak ini 10 tahun lalu sudah tampil sebagai dosen Statistika dan Genetika Kwantitatif. Dan setelah jadi rektor mulai 2 Desember, 2 jabatan yang belum dilepasnya ialah Kepala Departemen Satistika dan Komputasi serta Direktur Sekolah Pasca Sarjana IPB. Gelar doktor untuk statistika, ia peroleh dari North Carolina State Universit. AS, 1964. Andi Hakim adalah sarjana pertanian ke-4 yang lulus dengan Cum laude dari lakultas Pertanian UI, 1958. Lulusan pertama dengan predikat sama, 1955, adalah Thoyib Hadiwijaya, bekas Menteri Pertanian yang kini jadi anggota DPA. Bersama Fakultas Kedokteran Hewan, tahun 1963 Fakultas Pertanian UI kemudian berkembang menjadi IPB sekarang . Tugasnya kini cukup berat. IPB harus mengetatkan ikat pinggang "Untuk anggaran tahun depan, kami menghadapi masa sulit," kata Andi Hakim. Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi Doddy Tisnaamijaya, anggaran untuk IPB mungkin tidak lagi naik 10% tiap tahun seperti biasanya. Dalam rangka penghematan itu. Misalnya program kuliah lapangan -- yang dianggap kurang terintegrasi -- akan ditinjau kembali. "Dari pada setiap jurusan menyelenggarakan kuliah lapangan sendiri, lebih baik diadakan sekalian sekaligus," kata Andi Hakim. Penelitian dengan pihak luar, yang banyak menyita tenaga dosen, akan ditinjau pula. Kalau dulu mahasiswa bisa mendapatkan bahan kuliah stensilan dengan gratis, dan karenanya banyak menyedot dana, kelak tak lagi cuma-cuma. Pengumpulan karya tulis, yang mendapat subsidi IPB, juga komponen yang mahal. Kelak, IPB akan merencanakan penyusunan karya tulis -- yang berkaitan dengan bidang ilmu tertentu --bekerjasama dengan instansi pemerintah atau swasta. Ada yang menarik dari pesan Satari kepada Andi Hakim. "Kita ini pegawai negeri yang harus tunduk pada atasan. Tapi IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi, dalam menghadapi masalah tertentu bisa berbeda pendapat dengan atasan. Instruksi kita jalankan, tapi soal pendapat kan boleh saja dong berbeda," kata Satari. Bagaimana 2 hal yang berbeda bisa dilaksanakan sekaligus? "Bisa saja. Intruksi-ya instruksi. Tapi kita lihat saja nanti hasilnya, siapa yang benar," katanya lagi. Yang dimaksud Satari adalah integritas IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi dan sikap rektor sebagai intelektuil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus