SINGAPURA tidak mengenal ungkapan "Hujan menghentikan
permainan". Hujan boleh tumpah sederas-derasnya tetapi upacara
pembukaan pesta olah raga antarbangsa Asia Tenggara tetap
berlangsung 28 Mei lalu. Memang sempat tertunda setengah jam.
Namun upacara yang cukup semarak berjalan terus. Dengan
kata-kata singkat, Presiden Singapura, Devan Nair menyatakan SEA
Games XII dibuka secara resmi tepat pukul 18.30 waktu setempat.
Beberapa saat setelah Devan Nair mengucapkan kata pembukaan,
E.W. Barker, ketua federasi SEA Games melangkah dari podium. Dia
melongokkan kepalanya yang culah itu ke langit dengan wajah
penuh kecemasan begitu mendengar suara dentuman meriam 21 kali.
Seperti para penonton, dia rupanya juga mengira suara dentuman
itu sebagai guntur yang akan membuat hujan tambah lebat lagi.
Upacara yang sudah dipersiapkan sejak lama ternyata tak luntur
dek hujan. Sembilan ribu anak-anak belasan tahun dari 26
sekolah, seperti tidak mempedulikan cuaca buruk di kepala
mereka. Di lapangan hijau Stadion Nasional Singapura yang becek
itu, mereka memainkan atraksi yang menarik. Gabungan antara
nyanyian dan tari, yang sekalipun gerakannya kelihatan sederhana
saja, membersitkan warna-warni cerah.
Warna-warni dari tengah lapangan itu berbaur pula dengan puluhan
ribu payung aneka rupa yang dipegangi para pengunjung stadion
yang berkapasitas 65.000 penonton itu. Tak terbayangkan
bagaimana indahnya pemandangan di stadion itu bagi 16 penerjun
payung yang meluncur dari ketinggian 3.000 m, sambil membawa
bendera negara peserta.
"Pembukaan ini merupakan salah satu overture paling mengharukan
yang saya alami selama 20 tahun menyaksikan acara-acara olah
raga di seantero dunia," tulis wartawan Inggris terkemuka, Alan
Hubbard. Dia sengaja ditugaskan koran lokal, The Sunday Times
untuk meliput upacara pembukaan tersebut.
Meskipun di tempat-tempat penampungan atlet sedang berkecamuk
wabah flu dengan korban utamanya Icuk Sugiarto, barisan berjalan
mengalir dengan tegap di bawah hujan yang terus-menerus
mengguyur. Seluruh atlet dan ofisial berjumlah 2.600.
Gadis-gadis cantik, pramugari dari perusahaan penerbangan
Singapura, SIA, memimpin di depan barisan kontingen.
Indonesia muncul setelah barisan Brunei dan Birma. Dipecah dalam
4 kelompok kontingen dengan komandan Gatot Suwagio itu berjalan
dengan keyakinan kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai
perebut medali terbanyak. Di belakangnya menyusul kontingen
terkecil Kampuchea yang berkekuatan 14 orang. Kemudian Malaysia,
Filipina, dan terakhir tuan rumah Singapura.
Tak heran barisan penutup iniiah yang mendapat sambutan paling
riuh. Pembawa bendera kontingen Singapura ini adalah perenang
Ang Peng Siong yang dipuja setengah mati masyarakat republik
berpenduduk 2,5 juta itu.
Bagi kontingen Indonesia yang sudah muncul di Singapura 5 hari
sebelum pembukaan, upacara di Stadion Nasional tadi terasa
seperti sebuah etalase belaka. Kontras dengan Singapura yang
keras menjalankan cara hidup yang bersih (sampai-sampai
pelepasan burung merpati ditiadakan ketika upacara pembukaan)
asrama Institut Teknologi Nan Yang, tempat penampungan atlet
Indonesia agaknya tidak pantas sebagai tempat tinggal.
"Kelihatannya asrama ini tidak dipersiapkan untuk perkampuhgan
atlet. Beda dengan asrama tempat kontingen yang lain, seperti
Muangthai," ujar dr. Sarengat, ketua bidang pembinaan PB PASI
yang turut ke SEA Games XII mendampingi atlet asuhannya.
Ketika mula-mula memasuki asrama itu, kotoran berserakan di
mana-mana. "Di dalam lemari saya masih banyak kertas rumus yang
tertempel di dinding. Di langit-langitnya pun masih banyak
sarang laba-laba," sambung Sarengat lagi.
Dengan kerja bakti, "sambutan" itu akhirnya bisa dibersihkan.
Dan menurut dia, sekarang tak ada masalah lagi. Kecuali angkutan
yang dirasakan memberatkan karena untuk mencapai gelanggang
pertandingan diperlukan perjalanan 1 jam dengan bis. "Perjalanan
ini saja sudah menguras tenaga," sambut pelatih bulu tangkis
Tahir Djide.
Suara-suara kurang puas terhadap penampungan itu menjalar dengan
cepat. Yang paling keras datang dari pemain bulu tangkis
Christian Hadinata. "Selama jadi atlet, baru kali ini saya
mengalami penampungan di bawah standar," gerutunya. Kakusnya
tidak terurus. Sehinga kabarnya dia hanya buang hajat besar
sekali sehari-semalam. Itu pun dengan mengungsi ke tempat lain.
Suasana kurang menyedapkan itu membuat Hercules atletik
Indonesia, Bob Hasan merencanakan akan memindahkan 74 atlet dari
cabang atletik ke hotel, sehari sebelum bertanding. "Kalau tidak
begitu, kondisi atlet bisa menurun," katanya.
Berbagai kalangan yang dihubungi menyayangkan mengapa tim
pendahulu yang dipimpin Gatot Suwagio yang berangkat ke
Singapura sekitar 3 minggu menjelang keberangkatan kontingen,
tidak mengadakan peninjauan ke tempat penampungan itu. Gatot
sendiri ketika ditanya wartawan tidak membantah kelalaian itu.
Masih mujur, suasana asrama yang mengganggu itu tidak menghambat
atlet berprestasi. Sampai berita ini diturunkan tanggal 30 Mei
malam, Indonesia masih memimpin dalam pengumpulan medali.
Medali-medali emas itu ditambang dari angkat besi dengan
bintangnya Warino Lestanto, Hadiwihardja dan Maman Suryaman.
Kemudian bulu tangkis beregu, loncat indah dan renang dengan
Lukman Niode merebut emas pertama dalam cabang ml melalui nomor
200 m gaya punggung.
Melihat sodokan-sodokan yang dibuat Singapura dalam angkat besi
dan terutama renang, banyak yang bimbang apakah Indonesia akan
bisa bertahan sebagai juara umum. M.F. Siregar, jauh-jauh hari
sebelum ke Singapura sudah mengisyaratkan Lukman Niode Cs berat
untuk mengulangi sukses 16 emas seperti di Manila 2 tahun lalu.
Sedangkan pelatih angkat besi Madek Kasman kelihatan agak
terpukul karena kegagalan anak asuhannya di hari pertama. Ia
juga pesimistis bisa memboyong sebanyak 19 medali emas
sebagaimana yang dicapai tim yang dipimpinnya di Manila.
Kegagalan pada hari pertama pertandingan itu, menurut Madek,
karena banyak menampilkan lifter muda, antara lain Lili Entong.
"Semangat mereka sih besar, tapi begitu di atas, dag-dig-dug,"
katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini