Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Prestasi yang tergantung

Kesebelasan belanda knvb kalah 1-0 oleh tim nasional belanda. ada 4 negara dijagokan sebagai juara dunia. prestasi persepakbolaan belanda sejak 1879. belanda sangat tergantung pada pemain bintang.

30 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESEBELASAN nasional Belanda, Koninklijke Nederlandsche Voetbalbond (KNVB), merayakan ulang tahun seabad berdirinya dengan kekalahan. Rabu malam pekan lalu, di depan 20 ribu penonton Olympisch Stadion Amsterdam, pasukan "Oranye" itu takluk pada "goyang samba" dari tim nasional Brasil, 0-1. Belanda memang selalu sial kalau ketemu Brasil. Sebelum ini, dalam dua kali perjumpaan, Belanda kalah melulu. Kendati pertandingan di stadion kebanggaan Belanda itu hanya persahabatan, kubu Amerika Latin boleh berbangga. Karena, kemenangan Juara Copa America (kejuaraan antarnegara se-Amerika Latin) 1989 atas pemegang Piala Eropa 1988 itu ditafsirkan sebagian pengamat sebagai langkah baik Brasil di Piala Dunia 1990 Italia nanti. Brasil, Belanda, Italia, Argentina, dan Jerman Barat memang disebut-sebut sebagai kandidat juara dunia. Justru Belanda calon juara paling "serius". Hasil pertandingan persahabatan tadi tak bisa dijadikan patokan. Rudi Dil (Ruud) Gullit masih cedera. Stopper Ronald Koeman bermain di bawah form, sehingga diganti di babak pertama. Walau harus dicatat, Antonio Careca (yang kini bermain di Napoli) baru bisa mencetak gol dengan sundulan kepalanya di menit ke-54, setelah Koeman keluar lapangan. Yang lain, Marco van Basten dan Frank Rijkaard absen dalam pertandingan itu. Keduanya belum pulih setelah, pekan lalu, di Tokyo memperkuat AC Milan merebut Piala Toyota dengan menundukkan Atletico Medellin, Kolumbia, 1-0. Toh, Libregts, pelatih Belanda, harus dipuji. Ia berani mencoba muka baru, Martin Laamer (dari klub Vitesse) dan Frank Breghuis (Volendam). Empat andalannya yang bermain di Mechelen Belgia: John Bosman, Erwin Koeman, Graeme Rutjes, dan Wim Honkens, juga tak bisa direkrut Libregts untuk pertandingan lawan Brasil itu. Di Italia, nanti, Belanda bergabung bersama Inggris, Irlandia, dan Mesir. Dan bertanding di Cagliari dan Palermo, tanah air para mafia Italia. "Kami gembira tak jumpa Jerman Barat. Hasil undian ini sama dengan Piala Eropa lalu," ujar Libgerts tentang "pool"-nya di Italia. Di Piala Eropa, Belanda menghantam Inggris, 3-1. Memang, masih banyak kemungkinan bisa terjadi sebelum Piala Dunia nanti. Siapa tahu, Gullit tak kunjung sembuh. Siapa tahu, Basten tiba-tiba cedera. Dan, siapa tahu, terulang lagi "kesialan" seperti lawan Brasil tadi. Masih terhampar jalan yang panjang. Mungkin, sama panjangnya dengan sejarah sepakbola di negeri Kincir Angin itu. Sepakbola dibawa ke sana oleh para buruh tekstil Inggris sekitar 1865. Dan lima tahun kemudian, anak-anak sekolah Pim Mulier di Noordwijk sudah menendang-nendang bola. Pada 1879, berdiri klub Haarlem Football Club -- kini, berada di urutan juru kunci dari 18 klub Divisi I. Pada 1889, berdirilah Nederlandsche Voetbalbond (PSSI-nya Belanda), yang merupakan organisasi sepakbola kedua tertua di Eropa setelah Inggris Raya. Dalam sejarahnya, Belanda-lah yang pertama kali menerapkan speed and power. Tapi, Belanda tak sempat menguji diri, karena absen pada Olympiade 1900 dan 1904. Pertandingan internasional pertama yang dimainkan Belanda adalah melawan Belgia di Antwerpen pada 1905, dan kalah 1-4. Sebulan kemudian, di depan publik sendiri di Rotterdam, Belanda kembali dipermalukan 0-4 oleh Belgia. Seminggu setelah kekalahan menyakitkan itu, masih pada 1905, Belanda bersama enam negara lainnya mendirikan FIFA (Federation International Football Association). Toh, itu tak mendongkrak prestasinya. Di Olympiade 1908, 1912, dan 1920, Negeri Keju itu cuma mampu meraih medali perunggu. Malah, pada Olympiade 1924, melorot di tempat keempat. Namun, itu prestasi besar di Eropa, mengingat bahwa Belanda selalu saja jadi korban bulan-bulanan lima tim "elite": Inggris, Denmark, Swedia, Austria, dan Prancis. Sekadar gambaran, antara 1907-1913, dalam sembilan perjumpaan dengan Inggris, Belanda selalu kalah dan hanya mampu mencetak 7 gol dan kemasukan 45 gol! Setelah Perang Dunia II, Belanda makin tertinggal. Apalagi klub-klub Eropa lainnya menerapkan profesionalisme. Meski lolos ke putaran final Piala Dunia 1934 dan 1938, di babak pertama Belanda sudah rontok, masing-masing dari Swiss dan Cekoslovakia. Pembaruan sepakbola Belanda, boleh dibilang, sejak KNVB membolehkan klub-klub dikelola secara profesional pada 1956. Mulailah Ajax, Feyenoord, dan PSV Eindhoven meraih berbagai kejuaraan di Eropa. Apalagi, ketika pada 1965 Ajax mendapat manajer pelatih Rinus Michels, yang dikenal sebagai pencipta total football. Pemain bintang, seperti Johan Cruyff, Rud Krol, Johan Neeskens dengan cepat melambungkan Ajax dan Belanda ke percaturan bola dunia. Tapi, Belanda sangat tergantung pada pemain bintang. Ketika Cruyff meneken kontrak dengan Barcelona pada 1973, kesebelasan Belanda pun pasang surut. Pada 1974 dan 1978 masih sanggup meraih runner-up dunia, tapi setelah itu terus merosot. Lalu, lahirlah bintang baru. Pada 1982, Marco van Basten, pada usia 17 tahun, sudah mampu menggantikan Cruyff sebagai striker Ajax. Lalu, pada 1979, ada seorang pemain berdarah Suriname berambut aneh, berusia 16 tahun, bermain di Haarlem dan kemudian bergabung dengan Feyenoord. Dialah Ruud Gullit. Yang sama-sama berdarah Suriname adalah Gerald Vanenburg, gelandang Ajax, dan Frank Rijkaard, poros halang Ajax. Kelak, generasi muda ini menjuarai Piala Eropa 1988, membuat pamor Belanda mencorong di seantero Eropa. Kini, Rinus Michels telah pensiun -- meski dia, kabarnya, masih bergerak di belakang layar -- dan Thijs Libregts naik panggung. Total football masih hidup, dan sekali lagi diuji: mampukah membawa Belanda juara dunia untuk pertama kalinya? Toriq Hadad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus