Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu meninggalnya ratusan korban akibat kerusuhan pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya jumlah korban tragedi Kanjuruhan meninggal disebutkan sebanyak 130 orang. Kapolri Jenderal Sigit Sulistyo mengklarifikasi korban meninggal dalam kerusuhan Kanjuruhan sebanyak 125 orang. “Hasil verifikasi 125, ada yang tercatat ganda,” katanya di Stadion Kanjuruhan, Ahad 2 Oktober 2022.
Profil Stadion Kanjuruhan
Mengutip laman malangkab.go.id, stadion Kanjuruhan merupakan stadion sepak bola milik pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Stadion ini terletak di Jalan Trunojoyo, Kepanjen, Kabupaten Malang. Stadion berjuluk “Kandang Singo Edan” ini mulai dibangun pada tahun 1997. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden RI ke 5 Ibu Megawati Soekarnoputri pada pada 9 juni 2004. Peresmian itu bertepatan dengan pembukaan bergulirnya pertandingan sepak bola divisi 1 Liga Indonesia antara Arema kontra PSS Sleman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama Kanjuruhan diambil dari nama kerajaan Hindu yang berdiri di Malang pada abad ke 6 Masehi. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Kanjuruhan adalah prasasti Dinoyo yang dikenal dengan Batu. Prasasti ini menjelaskan tentang eksistensi kerajaan tersebut sebagai pusat dari aktivitas budaya dan politik pada tahun 760 sampai 1414. Prasasti ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno, dibuat pada masa pemerintahan Ken Arok yang merupakan raja dari kerajaan Singosari, Malang.
Stadion Kanjuruhan kerap dijadikan sebagai tempat untuk acara-acara penting, terutama sepak bola, baik nasional maupun internasional. Hal ini karena Stadion Kanjuruhan merupakan kandang klub sepakbola kebanggaan warga Malang dan sekitarnya, Arema FC. Stadion dapat dikatakan sudah menjadi salah satu ikon dari masyarakat Malang. khususnya bagi “Singo Edan”, julukan lain Aremania, pendukung Arema FC.
Stadion ini juga sudah banyak menjadi saksi kesuksesan Arema FC. Beberapa kejuaraan yang dimenangkan Arema FC di kandangnya yaitu juara Copa Indonesia 2005 dan 2006, juara Indonesia Super League (ISL) 2009-2010, dan juga juara Piala Presiden 2019 lalu. Tidak hanya itu, Aremania dan panpel dari Arema juga pernah terpilih menjadi supporter terbaik, bahkan menjadi rata-rata penonton tertinggi se-Asia pada 2009-2010 di stadion ini.
Stadion Kanjuruhan yang memiliki luas kurang lebih 3,5 hektar ini mempunyai area tempat parkir yang cukup luas. Keadaan ini memungkinkan stadion tersebut digunakan untuk acara-acara di luar sepak bola. Tak jarang area parkir ini digunakan sebagai tempat balasan motor drag, baik legal atau tidak. Padahal lokasi ini sama sekali tidak aman untuk balapan karena memang bukan sirkuit khusus balapan motor liar. Apalagi banyak terdapat tiang penyangga lampu di area parkir stadion Kanjuruhan ini.
Stadion Kanjuruhan sempat menjadi stadion yang “angker” lantaran ditinggal para “penghuninya”. Peristiwa itu terjadi pada ISL musim 2011-2012. Saat itu terjadi dualisme klub Arema, menyebabkan hanya terisi tak lebih dari seribu orang saja di tiap laga yang dilakoni Arema selama putaran pertama. Namun di putaran kedua stadion ini kembali penuh oleh lautan biru Aremania.
Pada awal musim 2014, stadion ini mengalami renovasi dengan penambahan satu tribun, yakni tribun berdiri. Tribun ini berada di sekeliling sentelban dengan pagar yang memisahkan tribun dengan lapangan. Renovasi ini praktis menambah kapasitas stadion mencapai 45 ribu penonton. Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris menyatakan penambahan tribun ini dimaksudkan untuk mengantisipasi membludaknya Aremania pada laga-laga tertentu saat big-match.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.