Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah sudah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF Tragedi Kanjuruhan. Tim tersebut terdiri dari 13 orang yang diketuai oleh Menko Polhukam Mahfud Md.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu anggota dari TGIPF adalah Nugroho Setiawan. Ia tercatat sebagai pemegang lisensi FIFA Security Officer. Nugroho juga pernah menjabat Kepala Departemen Infrastruktur, Keamanan, dan Keselamatan federasi sepak bola Indonesia atau PSSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ihwal tragedi Kanjuruhan, Nugroho menilai peristiwa tersebut mirip dengan tragedi Hillsborough di Inggris yang juga memakan korban jiwa hingga puluhan orang. "Kejadian ini selalu jadi pelajaran di FIFA," kata dia kepada Tempo, Rabu, 5 Oktober 2022.
Ia menilai Stadion Hillsborough relatif mirip dengan Stadion Brawijaya di Kediri di mana ada elemen stadion yang berdekatan dengan bangunan di sekitarnya. Menurut dia, kondisi tersebut membuat pengurus stadion memilih menutup akses pintu untuk mencegah penonton dari luar yang menerobos. "Jadi untuk keamanan dikunci biar tidak ada yang masuk," kata dia.
Sementara untuk kondisi di Stadion Kanjuruhan, Nugroho Setiawan tidak bisa berkomentar banyak. Namun, dari pengalamannya saat mengawal pertandingan di Stadion Kanjuruhan, ia menyebut ada pintu tertentu yang selalu dalam keadaan terkunci karena bukan menjadi akses keluar.
Menurut dia, pintu-pintu tersebut seharusnya diperiksa kembali agar tidak ada hambatan jika diperlukan. "Mungkin (pengelola) lupa," kata Nugroho.
Oleh sebab itu, ia tidak bisa berkomentar ihwal dugaan pintu yang terkunci saat terjadi kericuhan di dalam Stadion Kanjuruhan. Meski demikian, dari pengalamannya mengawal pertandingan sepak bola di Indonesia, ia selalu meminta tim keamanan untuk berjaga-jaga di setiap pintu stadion. "Ditutup pintunya, tapi tidak dikunci," ujarnya.
Sebelumnya, manajemen klub Arema FC meminta publik menunggu ihwal insiden tertutupnya sejumlah pintu keluar Stadion Kanjuruhan saat terjadi kericuhan usai pertandingan Liga 1. Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana mengatakan manajemen sangat kooperatif dan sepenuhnya mendukung proses investigasi yang dilakukan pemerintah maupun pihak lain.
“Kami sangat terbuka untuk diinvestigasi. Kami dukung investigasi sampai ke akar-akarnya,” kata Gilang, saat ditanya perihal tertutupnya sejumlah pintu keluar dalam jumpa pers di kantor Arema FC.
Insiden terjebaknya para penonton di dalam stadion ramai tersebar di media sosial. Situasi itu memperparah kericuhan yang terjadi di dalam stadion akibat tembakan gas air mata oleh polisi. Akibatnya, 131 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.