Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pukul, pukul, pukul

Sekilas pintas juara dunia kelas bantam yunior versi wba, khaosai galaxy. modal utama galaxy, adalah pukulan tangan kirinya amat keras. berlatih intensif untuk pertandingan melawan ellyas pical. (or)

24 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERAKANNYA masih lamban. Itu terlihat ketika dia memukul karung pasir, lompat tali atau berlatih tanding melawan sparring partner Khaokor Galaxy, abang kandungnya. Tubuhnya kelihatan tambun. Kegemukan memang selalu jadi masalah bagi Khaosai Galaxy, 27, juara dunia kelas bantam yunior versi WBA (World Boxing Association) dari Muangthai itu. Galaxy nama aslinya Sura Saenkam - tampaknva sulit menahan nafsu makan. Apalagi kalau sudah bertemu udang besar, lauk kesukaannya. "Saya selalu ingatkan dia. Kalau mau menang, jagalah makananmu," kata pelatihnya, Phong Thawornwiwathbuth. Selain itu, sang juara ini agak memanjakan diri dalam berlatih. Lihat saja, begitu mengalahkan penantangnya, Israel Contreras, petinju Venezuela, dalam suatu pertandingan di Curacao (Amerika Tengah), November 1986, dia langsung pulang ke kampungnya, Petchabun, provinsi di utara Muangthai. Dia baru mulai kembali berlatih di sasananya, di Bangkok, Kamis pekan lalu, atau enam hari setelah diperoleh kepastian bahwa dia akan bertanding melawan Ellyas Pical awal Maret di Jakarta. "Saya masih malas, gerakan masih lambat, karena terlaiu lama nganggur," kata Galaxy kepada wartawan TEMPO Yuli Ismartono, yang menemuinya di sasananya di Thonburi, kawasan sepi di tepi Sungai Chaophaya, di pinggiran Kota Bangkok. Maka, bobot tubuhnya pun menggelembung sampai 5 kg di atas berat idealnya sebagai petinju kelas bantam yunior, 52,5 kg. Tapi Galaxy, yang tingginya 155 cm, tak begitu peduli. "Itu bukan soal," katanya, sembari memukul karung pasir keras-keras. Dukk . . . dukk. "Lama-lama berat badan ini 'kan hilang juga." Dukk . . . dukk . . . dukk. Galaxy memang sudah berkali-kali membuktikan hal itu, tanpa kesulitan yang berarti. Sebelum berhadapan dengan Israel Contreras, misalnya, dia juga kelebihan bobot, karena hampir 11 bulan menganggur, tanpa bertanding dan berlatih. Yaitu sejak dia memukul KO Edgar Monserat (Panama) di Bangkok, Desember 1985. Toh, Galaxy tetap juara. Di atas ring, Galaxy adalah seorang yang dingin tapi ganas, dan terus-menerus menguber lawan. Biasanya, di ronde-ronde awal dia selalu kena pukulan, saat dia mengintai kelemahan lawan. Tapi, sebagaimana kebanyakan petinju Muangthai, Galaxy tahan pukulan. Gaya ini memberinya risiko yang lumayan: wajahnva dihias banyak bekas luka. Alis kedua matanya sudah 8 kali sobek kena pukul, dan terpaksa dijahit. Modal utama Galaxy, seperti diakui pelatihnya, adalah pukulan tangan kiri yang amat keras, sama dengan juara dunia versi IBF (lnternational Boxing Federation) dari Indonesia Ellyas Pical. Mereka juga punya persamaan lain: sama-sama petinju kidal, dan sama dipuja-puja seakan pahlawan oleh para penggemarnya. Prestasinya sebagai raja KO - dari 30 kali pertandingan yang dilakukannya selama menjadi petinju pro, 26 kali dimenangkannya dengan KO di bawah ronde ke-8 -membuat Galaxy menjadi buah bibir sampai ke pelosok desa. Setiap hari tampangnya muncul di TV setempat, sebagai bintang iklan berbagai produk. Manajernya, Niwat Laosuwanwat, juga memanfaatkan nama bekennya. Kompleks hiburan miliknya - panti pijat, tempat mandi uap, dan klub malam - diberinya nama Galaxy. Begitu pula gimnasium tempat Khaosai Galaxy berlatih, diberi nama yang sama. Bisa ditebak, kalau kelak Galaxy bertemu Pical, tentulah merupakan pertarungan yang keras. Galaxy mempersiapkan latihannya dengan lebih banyak memukul, misalnya dengan lebih banyak melakukan latih tanding dengan saudara kembarnya, Khaokor Galaxy. "Yang saya lakukan nanti kepada Pical ialah pukul . . . pukul . . . dan pukul," ujar Galaxy seraya memperagakan jotosannya. "Saya tidak tahu apa-apa tentang gaya atau kelemahan Pical. Yang saya tahu, Pical itu juara IBF dan pukulannya keras." Seusai berlatih sekitar 2 jam, Galaxy duduk di kursi sambil meluruskan kaki. Seorang pembantu cepat memberinya air minum di sebuah cangkir perak. Cangkir itu memang khusus untuk tempat air minum sang juara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus