Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Putus tali senar, sidek kalah...

Verawaty jadi juara ke-II di kejuaraan bulu tangkis dunia piala alba II di Malaysia. begitu juga dengan liem swie king.(or)

25 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM babak yang menentukan dia sudah unggul 9-1 atas Liem Swie King. Tapi tiba-tiba tali raketnya putus. Misbun Sidek yang percaya pada mistik itu tampak seperti banteng yang mulai kehilangan tenaga. Konsentrasinya terganggu. Kesempatan ini tidak disia-siakan King. Ia memancing pemain utama Malaysia itu dengan dropshot yang tajam terukur. Begitu bola naik, ia membantainya dengan smash-smash keras. Agaknya kemenangan 15-12, 3-15 dan 15-12 atas Misbun Sidek itu merupakan kemenangan dramatis dalam karir internasional Liem Swie King yang hampir 10 tahun. Dia menjatuhkan Misbun, ketika pemain berusia 22 tahun itu, sudah hampir menduduki kursi kemenangan dalam final Kejuaraan Bulutangkis Dunia yang disponsori perusahaan jam tangan Alba, Minggu malam di Stadion Negara, Kuala Lumpur. "Gila. Saya kira saya kalah, terutama sesudah angka 9-1 dalam rubber set. Tetapi angka tiba-tiba berbalik untuk saya. Misbun sudah lelah dan saya terus mempercepat jalannya pertandingan. Dia seakan-akan memberikan kesempatan bagi saya untuk mempertontonkan permainan yang paling hebat," ujar pemain Indonesia berusia 26 tahun itu kepada wartawan. Yang kalah rupanya merasa teraniaya. Putusnya raket tadi begitu mengguncangkan perasaan Misbun. Dia membungkam kepada wartawan dan langsung dilarikan teman-temannya ke luar gelanggang pertandingan menuju sebuah mobil yang telah menunggu. Percaya mistik atau tidak--tapi Misbun muncul dalam Japan Open tahun lalu dengan kepala botak dengan sedikit rambut di ubun-ubun, mirip kepala suku Indian Mohikan. Inilah untuk pertama kali Misbun Sidek mengalami putus tali raket dalam turnamen akbar. Kekalahannya itu sendiri memang terlalu pahit. Dia justru ditundukkan ketika 10.000 penonton termasuk Yang Dipertuan Agung Sultan Ahmad Sah sudah membayangkan kejayaan Malaysia atas supremasi bulutangkis Indonesia yang semakin goyah. Sebelum maju ke final, Misbun menyisihkan favorit-favorit hebat, seperti juara All England, Morten Frost Hansen dan Prakash Padukone. Tak heran pecandu bulutangkis Malaysia, begitu juga pers setempat seperti terpukau memuja Misbun . Tetapi di final, nasibnya berbalik. Penonton yang sama kesurupannya dengan orang-orang di Istora Senayan, mengharapkan piala dan uang yang berjumrah sekitar Rp 5 juta jatuh ke tangan anak Melayu itu. Tetapi yang terjadi anak seberang, Liem Swie King, yang bertuah dan menerima tanda-tanda kemenangan itu langsung dari Yang Dipertuan Agung. Luapan kegembiraan meledak di antara penyokong King yang jumlahnya bagaikan se.itik air. Orang-orang Indonesia itu menyerbu ke lapangan dan mengangkat King tinggi-tinggi, bagaikan raja sungguhan. Buat King kemenangan tersebut merupakan kemenangan pertama setelah dia naik pelaminan setengah tahun yang lalu. Begitu pertarungan dibuka, permainan berlangsung agak lamban. Misbun mencoba untuk meng-counter pukulan-pukulan keras yang dilancarkan King dengan dropshot, lob tinggi dan penempatan bola lemah ke pojok-pojok yang sulit dijangkau. Misbun sempat memimpin set pertama itu dengan 12-9. Tetapi pemain Indonesia itu kemudian menghindar dari permainan lamban dengan rally-rally panjang. King mengeluarkan senjata smash sambil melompat dengan bola menyilang ke berbagai sudut. King memenangkan set ini dengan 15-12. PADA set kedua, Misbun kembali mau mendikte King dengan permainan raliy. Dia mendesakkan bola ke garis belakang. Begitu bola kembali disentilkannya pelan ke net. Bola naik disambarnya dengan chop-smash. Penonton bersorak-sorai menyambut permainan Misbun, ketika dia berhasil meninggalkan King 9-3. Dia tampak masih segar. Hanya sesekali dia melepaskan smash loncat. Misbun cuma memerlukan 16 menit untuk membalas kekalahan dengan 15-3. Misbun begitu asyiknya dengan kemenangan mudah itu. Dia menjadi tak sabar untuk membantai King secepatnya. Ia turun ke gelanggang 1 menit lebih dulu dari King. Begitu set penentuan dimainkan, Misbun maju mengumpulkan angka dengan meyakinkan, membuat King sempat kedodoran 9. "Telur busuk" itu baru pecah setelah Misbun membuat kesalahan. Dia men-smash terlalu menukik dan sangkut di net. Skor jadi 9-1. Dari angka itulah King bangkit. Dan entah apa yang terjadi setelah putusnya senar raket, pemain Malaysia itu nampak seperti kehilangan kepercayaan Lob, dropshot dan guliran-guliran bola di net yang tadi menjadi kemahirannya, sekarang buyar. Permainan netnya tumpul. King satu demi satu merebut angka. Ketika skor menunjukkan 11-11, Misbun tampak lelah sekali dan tak bisa membendung smash-smash keras sambil melompat yang dilepaskan King. Set itu berakhir 15-12. Perlawatan ke Kuala Lumpur itu membawa kemenangan ganda buat King. Sebab, selain menjuarai Kejuaraan Dunia Piala Alba 11, di gelanggang itu pula King membalas kekalahannya atas Han Jian beberapa waktu yang lalu, dengan menyisihkan pemain RRC itu di semi final. Adu otot dengan pemain kelas wahid dari RRC itu nampaknya memang disengaja tim Indonesia dengan mengirimkan pemain-pemain kelas satu, seperti King, Lius Pongoh dan Hadiyanto. Sementara itu membiarkan Icuk Sugiaro yang dianggap banyak pengamat sebagai "belum matamg", bertarung di Hongkong Open dua pekan sebelumnya. Icuk di Hongkong gasal membuktikan bahwa dia adalah pemain Indonesia terbaik setelah menggondol juara Indonesia Open. Ia malahan tak sempat masuk semi final. Kalau dalam tunggal putra perebutan untuk menjadi pemain paling top berlangsung dramatis, dalam tunggal putri permainan berlangsung tenang dan dingin. Penonton juga seperti kurang darah. Agaknya karena yang bertarung jago dari Indonesia (Verawati Fajrin) dan kampiun Denmark (Lene Koppen). Lene Koppen mengalahkan Vera dengan 11-2 dan 12-10, hanya dalam 33 menit. Dokter gigi dari Denmark itu tampak memang cerdik. Ia memanfaatkan pemain jangkung Indonesia itu (178 cm) dengan bola-bola rapat di net dan mendorongkannya ke belakang -- yang menjadi titik lemah Vera. Dalam 9 menit saja Vera sudah menyerah 11-2. Koppen yang sudah lima kali berhadapan dengan Vera tahu benar kelemahan lawannya. Backhand yang lemah dari Vera coba dimanfaatkan Koppen pada set kedua. Tetapi pemain Indonesia itu melawannya dengan lambungan bola yang sukar dijangkau perempuan Denmark itu. Vera sempat membuat kaget Koppen ketika dia berhasil mengejar angka menjadi deuce 10-10. Permainan net Vera memang dalam, sehingga Koppen terpaksa mengembalikannya melambung dan memberi kesempatan lawan untuk menyerang. Tetapi Vera ustru membunuh diri. Smash-nya dihadang net. Itulah kesudahan bagi Vera yang hanya berhasil menggondol juara ke-2 dengan hadiah Rp 1,7 juta. Sekalipun takluk, permainan Vera tidaklah mundur sejak perkawinannya tahun 1979. Peranakan Tionghoa yang sudah haji itu tidak menganggap kekalahan di Kuala Lumpur itu sebagai akhir dari karirnya. Kalah atau menang katanya, dia masih tetap akan main, baru kemudian mencurahkan diri pada rumah tangga. "Kalau sudah melahirkan anak dan tetap bermain bagus saya akan terus main," katanya kepada wartawan yang meliput kejuaraan tadi. "Akhirnya saya akan berhenti, karena usai 25 sampai 26 sudah cukup tua sebagai pemain wanita. Tapi bagaimanapun saya masih berharap untuk turut dalam All England tahun depan," kata pemain berusia 25 tahun itu. Sekalipun dalam kejuaraan ini dia berhasil mengalahkan dua pemain RRC, seperti Zheng Yuli, Vera merasa belum puas. Dia berharap bisa berjumpa dengan pemain yang dia anggap terbaik di dunia saat ini, Zhang Ailing. "Saya tak tahu mengapa dia absen di sini," katanya. Tidak di Kuala Lumpur ini, di Asian Games November mendatang, Vera barangkali bisa mengukur kekuatan dengan Ailing. Buat Indonesia sendiri Alba 11 di Kuala Lumpur itu hanya sekedar sasaran antara menuju Asian Games. Begitu juga antarmaster di Inggris, Oktober mendatang. Tetapi mampukah King, Icuk dan kawan-kawan membalas kekalahan pada RRC! Yang diderita pada Thomas Cup yang lalu dalam pesta olahraga yang berpusat di New Delhi itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus