SEKITAR 14.000 penonton itu tiba-tiba bergairah, ketika Mike Tyson berhasil menyarangkan sebuah pukulan keras. "Lagi ... lagi ...," teriak mereka, ketika melihat jotosan itu merobek alis mata kiri lawannya, James Smith. Mereka tampaknya berharap ring tinju di Arena Hilton, Las Vegas (AS), Sabtu pekan lalu, itu akan kembali menjadi arena pembantaian. Karena itulah, tiket yang berharga US$ 1.000 (Rp 1,6 juta lebih) bukan main larisnya. Ternyata, harapan itu kandas. Sampai pertandingan 12 ronde itu berakhir, tak ada petinju yang tersungkur. Tak ada darah bercucuran. Tyson, 20, juara dunia kelas berat termuda itu, memang memenangkan pertandingan, tapi cuma dengan angka mutlak. Tak seorang pengamat pun yang meramalkan pertarungan akan begitu mengecewakan. Padahal, itu unification fight pertarungan penentuan siapa yang lebih jago: juara WBA (World Boxing Association) atau WBC (World Boxing Council). Kemudian, kedua petinju yang bertanding, Tyson (juara WBC) dan James "Bonecrusher" Smith (juara WBA), punya reputasi tersendiri. Tyson bukan juara dunia biasa. Data yang dimiliknya sungguh mengagumkan: memenangkan ke-28 pertandingan yang sudah dilakukannya -- 26 diselesaikannya dengan KO (malah 16 di antaranya terjadi pada ronde pertama), sehingga pers menjulukinya "Bocah Dinamit". Meski terhitung kecil untuk ukuran petinju kelas berat -- tinggi 1,8 m dan berat 99 kg -- Tyson memiliki pukulan yang keras dan cepat. Naluri berkelahinya juga luar biasa. Floyd Patterson, bekas juara dunia, saking kagumnya, pernah berkata, "Kalau dia ditarungkan dengan seekor gorila, saya tidak akan berani bertaruh untuk gorila itu." Bintang baru ini ditemukan oleh Pelatih Cus D'Amato, dari rumah penitipan anak nakal Tyron School, di New York. Tyson (ketika itu berumur 13) memang sering keluar-masuk tempat seperti itu karena suka memeras dan mencuri. Maklumlah, dia dibesarkan di kawasan kumuh (ghetto) di Brooklyn. Sekalipun ibunya, Lorna Tyson, diketahui sebagai seorang guru, siapa ayah anak ini tak jelas. Ketika, November tahun lalu, Tyson merebut gelar juara kelas berat versi WBC dengan memukul KO sang juara, Trevor Berbick, pada ronde ke-2, muncul ide Promotor Don King untuk menangguk duit dari popularitas anak asuh Mendiang D'Amato ini. Promotor itu melirik James Smith, juara dunia versi WBA, yang juga punya keunikan. Si James digelari pelumat tulang (bonecrusher) karena, dengan pukulannya yang keras, ia pernah mematahkan tulang rusuk dan hidung lawannya di atas ring. Sejumlah petinju beken, seperti juara Eropa Frank Bruno (Inggris), Mike Weaver, dan David Bey (AS), pernah dikalahkannya. Malah gelar juara dunia WBA direbutnya dari tangan Tim Witherspoon, Desember tahun lalu, dengan kemenangan KO di ronde pertama. Sekalipun cuma anak buruh perkebunan tembakau di Carolina Utara (AS), Smith cukup berpendidikan. Dia sarjana muda yang kemudian bekerja sebagai pegawai penjara. Mulai menjadi petinju pro pada usia 26. Ketika menjadi juara dunia, umurnya sudah hampir 32 tahun. Rekor Smith bernoda: pernah kalah 5 kali. Tyson akhirnya memang lebih unggul. Smith ternyata tak berusaha menyarangkan pukulannya yang bisa mematahkan tulang itu. Dia selalu melancarkan taktik berlari menghindari lawan dan, kalau terjebak, Tyson dipegang dan dipeluknya, sehingga frustrasi karena tak dapat melepaskan kepalan mautnya. Untuk itu, Smith berkali-kali diperingatkan wasit, malah sampai dikenai pemotongan angka pada ronde ke-2 dan ke-6. "Dia bukan mau bertarung, tapi cuma mau menyelamatkan diri," ujar Mike Tyson mengomel, sehabis pertandingan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini