ADA-ada saja ulah Persebaya. Minggu pekan lalu, pengurus kesebelasan Kota Buaya itu kembali beraksi di Stadion 10 November, Surabaya. Kali ini mereka tak lagi memberikan instruksi main "sepak bola sabun", tapi mempergelarkan Pesta Musik Rock "Aku Haus Gol Kamu Persebaya 88". Tak tanggung-tanggung, pesta yang berlangsung leblh dari 13 jam itu berakhir menjelang Senin dinihari. Namun, semaraknya pesta musik itu tak membuat ejekan terhadap Persebaya berhenti - garagara mengalah 0-12 dari Persipura Jayapura hanya untuk mendepak PSIS Semarang dari 6 besar PSSI. Sementara itu bagi Persebaya sendiri, caci-maki itu nampaknya bukan tak ada pengaruhnya. Di kalangan pengurusnya, misalnya, tak semuanya setuju cara Agil Haji Ali, Manajer Tim, mengatur skor. Bahkan seorang pemain inti Persebaya, yang tak ikut main ketika itu, tegas mengecam keputusan pengurusnya. "Sejak dini pemain cadangan itu sudah diajar main sabun. Inilah penyebab munculnya kasus suap. Rusaklah persepakbolaan nasional," katanya berang. Pemain lain, seperti kiper Eddy Mujiarto dan Rae Bawa, juga pasrah. "Kami ini hanya wayang, segalanya terserah dalang," ,kata mereka. Kini pro dan kontra kasus Surabaya itu tampaknya memang menyangkut dendam. Dan dendam Persebaya itu, menurut Sartono, pelatih PSIS, sudah ada sejak musim kompetisi 1985. Ketika itu Surabaya mestinya bisa masuk 6 besar PSSI. Asalkan Semarang bisa menang dari PSM Ujungpandang dalam pertandingan di Senayan, Jakarta. Tapi yang terjadi Semarang urung menang. Skor yang sudah 1-0 untuk Semarang itu, hanya 15 menit sebelum babak kedua berakhir, berubah 1-1. Konon, gol terakhir itu merupakan gol bunuh diri PSIS yang dilakukan oleh bek kiri Budiawan Hendratmo. Kedudukan itu membuat PSM Ujungpandanglah yang masuk 6 besar, dan Persebaya terpelanting masuk 6 kecil. Seluruh pemain dan ofisial Persebaya menangis kesal ketika itu, dan berjanji menuntut balas. "Kita jelas melihat Budiawan menendang bola ke gawang sendiri dengan tumit belakangnya," tutur seorang pemain Surabaya yang menyaksikan pertandingan ketika itu. Benarkah? Sartono tegas membantah. "Semarang memang menurunkan pemain cadangan. Tapi gol itu di luar kemauan kami. Tak ada kesengajaan," kata Sartono. Berbeda dengan Sartono, Persebaya memang lebih terus terang. "Memang sudah diatur Persebaya akan mengalah, cuma skor tak diatur berapa," kata kapten Persipura, Metu Duaramuri. Bahkan ketika sudah unggul 10 gol, pemain Persebaya masih juga minta dua gol lagi. "Eh, Tuang (maksudnya Tuan - Red.) Allah, sudah sepuluh masih mau dua lagi," tutur seorang pemain Persipura. Persipura tampaknya sudah mengikat "kontrak" dengan Persebaya. Hengky Heipon kepada TEMPO mengatakan, di Senayan nanti Persipura tak main hanya untuk "kepentingan sendiri". Sebuah sumber TEMPO jelas mengatakan, Persipura akan dipakai Surabaya untuk melicinkan jalan ke tangga juara. Tapi bagaimana mengaturnya? "Belum ditentukan aturan mainnya. Kesepakatan baru sampai soal mengalahkan Persebaya," kata Hengky lagi. Ini strategi Persebaya. Namun, Agil, Manajer Tim, membantah. "Di Senayan kita akan menghadapi Persipura sebagai lawan," katanya. Toriq Hadad, Budiono Darsono, Zed Abidien (Surabaya), dan Bandelan Amarudin (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini