Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pertunjukan tanpa hendarsin

Hendarsin Hendamihardja, ketua bidang pembinaan KONI pusat mengundurkan diri. Ia merasa seolah-olah menjadi bulan-bulanan di kalangan pengurus KONI pusat. Konon para pengurus KONI pusat tidak kompak.

5 Maret 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA gejolak di tubuh KONI Pusat. Hendarsin Hendamihardja, 62 tahun, kini tak lagi menjabat Ketua Bidang Pembinaan KONI Pusat. Sejak pertengahan Februari lalu, secara mendadak ia mundur dari jabatan yang sudah dipegangnya sejak Juni 1986 lalu. "Saya tidak emosional dan ini keputusan yang berat," kata Hendarsin pekan lalu dengan nada parau. Rupanya, Hendarsin secara diam-diam melayangkan sepucuk surat tertanggal 13 Februari 1988 kepada Ketua Umum KONI Pusat Surono. Isinya: ia menyatakan mundur dari KONI Pusat. Ada apa di balik itu? "Tidak ada apa-apa, kok. Alasannya sangat pribadi," Hendarsin mengelak ketika ditanya mengenai sikapnya itu. Namun, ia tetap tak mampu menyembunyikan perasaannya. "Saya tak bisa melanjutkan tugas di KONI, yang rasa-rasanya sudah tidak sejalan lagi," kata Hendarsin lirih. Ia menyiratkan ada "sesuatu" dalam tubuh kepengurusan KONI Pusat. Hendarsin memang pernah terlibat dalam konflik intern pengurus KONI Pusat. Beberapa waktu lalu, ketika masih menjabat Ketua Bidang Pembinaan, ia pernah mengumumkan sejumlah cabang dan atlet Indonesia yang disiapkan untuk Olimpiade Seoul, September mendatang. Pengumuman itu kemudian dianggap "melangkahi" karena tanpa di ketahui pimpinan KONI yang lain. Ia juga kemudian - atas persetujuan pengurus harian KONI - memprakarsai pelatnas yang dimulai 18 Januari untuk para atlet yang disiapkan ke Olimpiade Seoul dengan anggaran Rp 1,2 milyar. Namun, setelah itu besarnya jumlah anggaran itu dianggap tidak realistis. "KONI Pusat tak memiliki dana sebanyak itu," ujar Sekjen KONI Pusat Sarengat ketika itu. Walhasil, proposal pelatnas Olimpiade ditolak. Diputuskan bahwa para atlet ditangani oleh induk organisasi masing-masing sampai Juni nanti. Setelah itu barulah KONI menangani pelatnas untuk semua atlet dari cabang yang akan dikirim ke Olimpiade. Akibat perubahan kebijaksanaan ini cukup pahit buat Hendarsin. Ia seolah-olah menjadi bulan-bulanan di kalangan pengurus KONI Pusat. "Para pengurus KONI memang tidak kompak," keluh seorang pejabat teras di KONI Pusat kepada TEMPO. Betulkah itu? "Saya kira tidak. Biasa saja. Yang saya tahu kepengurusan di KONI tak ada masalah dan kami ini kolektif," bantah Sarengat. Banyak pihak yang menyesalkan mundurnya Hendarsin secara mendadak itu. Apalagi ia tak cuma dikenal sebagai orang yang lurus tapi juga ramah. "Pribadinya mengasyikkan, kalau sudah ngobrol, ya gayeng," komentar Sekjen KONI Sarengat. Ia juga kaya akan gagasan dan konsep untuk memajukan prestasi olah raga Indonesia. Hendarsin memang dianggap ideal untuk men)adi contoh pengurus organisasi olah raga. Ia - seperti halnya Sarengat - berangkat dari seorang bekas atlet yang pernah mengenyam sukses. Ia pernah tercatat sebagai pemegang rekor nasional untuk nomor lompat jangkit. Dalam Asian Games I di New Delhi 1951, ia berhasil merebut medali perunggu untuk nomor yang sama. "Seorang pengurus organisasi olah raga harus menunjukkan minat besar dan tahu tentang olah raga yang diurusnya," kata Hendarsin, yang juga ayah 7 anak dan kakek 7 cucu. Menurut dia, itulah pangkal sebabnya di Indonesia sulit mencetak atlet-atlet berprestasi internasional. Apalagi, katanya "kurikulum di sekolah-sekolah belum mencantumkan olah raga sebagai mata pelajaran yang pokok," katanya. Pengalaman Hendarsin di mancanegara ternyata banyak membawa manfaat bagi wawasannya terhadap dunia olah raga. Pria asal Bandung itu pernah menjadi atase pendidikan di Amerika Serikat dan Jerman Barat. Maka, tak heran jika ia pernah duduk sebagai administrator PBSI zaman kepengurusan Ferry Sonneville. Walaupun usianya sudah menjelang senja, Hendarsin toh masih tetap energetik. Ia tak meninggalkan aktivitasnya sebagai Ketua PAVI (Persatuan Atletik Veteran Indonesia). Lalu siapakah yang menggantikan kedudukannya di KONI Pusat? "Kami jalan terus, melanjutkan konsep pembinaan prestasi atlet yang sudah digodok bersama Pak Hendarsin. Tak ada yang terputus," tutur Ny. Mans Muskita yang duduk sebagai Wakil Ketua Bidang Pembinaan KONI Pusat. "The show must go on," kata Sarengat tertawa. Tri Budianto Soekarno dan A.K.S. (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus