DI kawasan industri Pulogadung, Jakarta Timur, dibuka kursus
ketrampilan. ekitar 40 anak belasan tahun mengikuti tes pekan
lalu. Mereka telah satu setengah bulan mengikuti kursus itu.
Setelah ternyata lulus semua segera ditampung bekerja. Sejak
1973 PT JIFP (Jakarta Industrial Estate Pulogadung) menerapkan
hal itu.
"Ini merupakan program balas jasa," tutur Roesdal Naamin, Kepala
Bidang Program Ditjen Binaguna, Dep. Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Instansi ini terlibat pula dengan kursus tersebut.
Jelasnya, PT JIEP merasa berutang budi kepada penduduk
Pulogadung yang 'merelakan' tanahnya untuk dijadikan pabrik ini
dan itu. Maka peserta kursus diutamakan dari keluarga penghuni
Pulogadung, agar mendapat kesempatan kerja yang layak. Mereka
tidak perlu membayar satu rupiah pun. Bahkan tiap peserta dapat
tunjangan Rp 300 sehari.
Adalah angkatan ke-11 yang lulus pekan lalu itu. Kepada tiap
angkatan jenis ketrampilan yang diberikan agak berbeda. Kursus
itu memang disesuaikan dengan kebutuhan industri di situ.
Ada kalana diajarkan hal listrik, atau soal mengclas seperti
untuk angkatan ke-11 itu.
Tapi PT JIEP tidak mempunyai catatan berapa anak lulusannya yang
benar-benar bekerja di perusahaan industri di situ. PT itu hanya
memberikan rekomendasi, menunjukkan perusahaan yang membutuhkan
tenaga, kemudian anak-anak itu mengurus sendiri.
Pedagang Kaki Lima
Selama satu setengah bulan itu, dengan jam belajar pukul 08.00 -
12.15, tak hanya ketrampilan yang diberikan. Ada pula pelajaran
soal kependudukan dan perburuhan, bahkan P-4.
Jumlah peminat kursus selalu melebihi daya tampung PT JIEP.
Selalu kurang dari separuh jumlah mereka yang mendaftar yang
akhirnya diterima. Maka seleksi terpaksa diadakan.
PT JIEP tak sendirian dalam hal ini. Kursus ketrampilan yang
lebih serius, misalnya, dibuka oleh PT Siemens Indonesia, sejak
1977. Subingar, direkturnya, mengatakan perusahaannya memerlukan
"tenaga trampil yang siap pakai." Menurut prngamatannya, lulusan
sekolah kejuruan seperti STM belum bisa langsung bekerja.
Kursus PT Siemens, yang terbatas pada bidang elektronika,
menerima lulusan SLTP (boleh SMP atau ST). Dengan peralatan
praktek yang modern dan lengkap, menurut Subingar, lulusannya
lebih trampil daripada lulusan STM jurusan Listrik. Kursus PT
Siemens ini untuk dua tahun secara cuma-cuma tapi tidak
mengikat. Tiap tahun disediakan dua setel pakaian praktek. Ada
uang saku Rp 12 ribu untuk tahun pertama, dan Rp 15 ribu untuk
tahun kedua.
Angkatan ke-3 sekarang, terdiri dari 20 peserta, disaring dari
sekitar 700 pelamar. Jam belajar pukul 07.00 sampai 15.30.
Pelajarannya: 80% praktek, 20% teori. Dalam teori ada bahasa
Inggris, matematika dan Pendidikan Moral Pancasila. "Dibanding
di STM, pelajaran teorinya kalah. Tapi prakteknya, boleh
dibandingkan," tutur Sumardi, 17 tahun, seorang peserta kursus
di PT Siemens itu.
Betapapun, kursus yang diselenggarakan PT JIEP dan PT Siemens
Indonesia merupakan bentuk pendidikan oleh masyarakat. Dulu,
Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, sebagai Ketua 11 Komisi
pembaharuan Pendidikan Nasional, pernah menghimbau agar ada
kerjasama antara sekolah kejuruan teknologi dan masyarakat
(pabrik-pabrik).
Himbauan seperti itu tampaknya masih perlu diulang-ulang.
Banyak perusahaan lain yang belum terpanggil untuk membuka
kursus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini