KEPUTUSAN London High Court yang dibacakan Mr. Justice Goff
tempo hari sekalipun menampar muka IBF di mata pendukung RRC,
tapi induk organisasi tersebut tidak tampak bcrusaha untuk naik
banding. (LHC membatalkan keputusan sidang IBF yang menerima RRC
di Malmoe Sweden bulan Juni lalu). Sikap itu ditempuh IBF
mengingat keputusan dari suatu permohonan banding akan memakan
waktu yang lama dan biaya besar. Sementara keuangan IBF hanya
cukup untuk memutar roda oranisasi saja.
Untuk membangkang terhadap keputusan LHC itu, IBF terang tak
berani. Sebab setiap pembangkangan atas keputusan pengadilan
bisa dianggap kriminil. Pengurus IBF yang berdomisili di
Inggeris maupunyang masuk ke sanabisabisa ditahan polisi
lantaran itu. "Siapa yang mau ditahan," komentar Ketua PBSI,
drs. Sudirman, yang juga duduk dalam kepengurusan IBF.
Menyadari kenyataan yang tak elok itu, Presiden IBF, Stellan
Mohlin lalu mencoba mencari jalan keluar lain untuk memasukkan
RRC ke dalam federasi. Ia menjual ide perubahan Anggaran Dasar
IBF. Dalam lawatannya ke negara-negara Asia, awal September
lampau keinginan Mohlin itu tampak cukup mendapat dukungam
Pendukung-pendukung RRC kembali optimis bahwa perjuangan mereka
untuk memasukkan Cina Daratan itu ke dalam IBF akan segera
menemui bentuk pasti.
Tapi Mohlin menemui kenyataan lain dalam sidang ABC di
Hongkong, tanggal 14 September 1977. Ia menghadiri rapat
tersebut sebagai undangan. Keralnahan yang diterimanya di
berbagai negara yang disinggahinya tak lagi ditemuinya dari
beberapa peserta sidang. Ia dituding-tuding dan dimintai
keterangan atas pembatalan keputusan sidang IBF di Malmoe oleh
LHC. "Di Eropa, orang-orang telah marah terhadap kebijaksanaan
saya. (maksudnya: usaha menggawangkan RRC ke dalam IBF lewat
mayoritas sederhana). Di sidang ABC saya temui pula kenyataan
yang sama dalam prinsip lain," kata Mohlin kepada beberapa orang
delegasi ABC. Ia kemudian menambahkan sikap 'keras' ABC itu
malah akan mempersulit pemasukan RRC ke dalam organisasi. "Orang
akan kehilangan simpati oleh sikap ABC serupa itu."
Herbert Sheele
Di London, dalam sidang luar biasa IBF, Kamis 29 September
kemarin apa yang diramalkan Mohlin menjadi kenyataan. 34
delegasi yang membawa 72 suara segera terpecah dalam pendapat
ketika Richard Ivory, wakil Iran yang menjadi jurubicara ABC
menguraikan perjuangan organisasi regional tersebut dalam
memasukkan RRC ke IBF. "Sejak tahun 1973 kami sudah memulainya.
Sekarang kesabaran untuk menyadarkan IBF bahwa RRC menuntut hak
untuk menduduki tempat Cina yang diduduki Taiwan berakhir,
sudah," ucap Ivory. Ia menambahkan bahwa ABC tidak dapat
menerima keputusan pembatalan hasil sidang IBF di Malmoe oleh
LHC. "Pertemuan tahunan IBF adalah lembaga yang paling berkuasa
dalam bulutangkis, bukan pengadilan Inggeris.
Pidato Ivory itu yang juga menyebut kehendak ABC untuk
mendirikan Federasi Bulutangkis Dunia (WBF) sebagai jawaban
terhadap sikap yang ditempuh IBF selama ini segera ditangkis
oleh Herbert Scheele, bekas Sekjen IBF yang kini menduduki kursi
Sekretaris Kehormatan. "Tidaklah benar bahwa Taiwan menduduki
tempat RRC. Karena Taiwan hanya mengclaim daerah
perbulutangkisan di daerahnya semata-mata," balas Scheele. Ia
tak lupa memperkuat argumentasi dengan mengatakan RRC dulu
maupun sekarang tidak menguasai perbulutangkisan di Taiwan, juga
sebaliknya. Tangkisan Scheele itu ditopang oleh Taiwan,
Perancis, Inggeris, dan Irlandia.
Debat permasalahan keanggotaan Taiwan itu berakhir dengan
pemungutan suara. 19 suara menyetujui Taiwan dikeluarkan -- 2 di
antara suara itu diberikan oleh anggota ABC: Jepang dan
Indonesia. 36 suara menolak. Dan 17 suara blanko dari delegasi
ABC.
Esoknya, komite pelaksana ABC segera menuangkan pendapat yang
telah dilansir Ivory di depan sidang IBF. Sidang yang dipimpin
Chada, dari India itu melahirkan kata sepakat dalam mencetuskan
ide untuk mendirikan WBF. Tapi yang mendirikannya bukanlah ABC
melainkan diatas-namakan pada pribadi-pribadi tokoh
perbulutangkisan. Panitia persiapannya terdiri dari Chada, The
Gin Sooi dari Malaysia, Miyaga dari Jepang, Piensak dari
Muangthai, dan seorang lagi untuk wakil dari Hongkong (namanya
belum ditentukan).
Uang Kontribusi
Bagaimana dengan sikap Indonesia? Sudirman yang duduk dalam
komite pelaksana ABC itu memilih diam waktu sidang. Sebagai
pribadi di sana ia mengatakan bahwa ia taat pada keputusan yang
terbanyak. Tapi, "PBSI tidak dapat menyetujui pendirian badan
tandingan tersebut," kata Sudirman.
Sikap yang dilahirkan komite pelaksana ABC di London itu akan
dilaporkan kepada sidang tahunan ABC di Kuala Lumpur,
pertengahan Nopember depan. Baru kemudian ABC menentukan sikap.
Tapi dari sekarang sikap ABC sudah dapat ditebak. Kemungkinan
besar mereka akan menyetujui berdirinya WBF - maklum panitia
persiapan adalah orang-orang dari negara yang gigih mendukung
RRC.
Akan Indonesia, menurut Sudirman akan tetap bersama IBF. Ia
menambahkan bahwa dirinya tidak begitu yakin WBF akan berusia
panjang. Sudirman mengambil contoh dengan Ganefo yang semula
dimaksudkan untuk menyaingi Komite Olympiade Internasional.
,anefo hanya berusia 3 tahun dengan 2 kali kegiatan
masing-masing di Jakarta (1963) dan Phnompenh, Kamboja (1966).
Ia tak lupa menyatakan bahwa dalam tubuh ABC sendiri pun
terdapat ketidak-beresan. Misalnya, tidak disiplin dari negara
anggota dalam membayar uang kontribusi yang berjumlah 100 dolar
AS per tahun (sebelum 1977 cuma 30 dolar AS). Sampai awal
Oktober yang sudah melunasi iuran adalah Indonesia, Iran,
Hongkong, Burma, dan RRC.
Mungkinkah orang akan mengurus organisasi yang lebih besar
seperti WBF jika dalam kelompok regional yang lebih kecil serupa
ABC saja tidak begitu beres? Itulah masalahnya. Lalu sampai
kapan RRC akan berhasil masuk IBF? Jika WBF sendiri sudah
diragukan akan berusia panjang dan lebih tertib. "Saya kira
masih lama," jawab Sudirman tanpa mau menyebut periode tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini