Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Saya Kira Masih Lama

Sidang abc di hong kong mendirikan federasi bulu tangkis dunia (wbf) sebagai tandingan ibf. adanya kelompok regional (abc) untuk mendukung rrc masuk ke ibf. wbf diragukan dapat berusia panjang.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPUTUSAN London High Court yang dibacakan Mr. Justice Goff tempo hari sekalipun menampar muka IBF di mata pendukung RRC, tapi induk organisasi tersebut tidak tampak bcrusaha untuk naik banding. (LHC membatalkan keputusan sidang IBF yang menerima RRC di Malmoe Sweden bulan Juni lalu). Sikap itu ditempuh IBF mengingat keputusan dari suatu permohonan banding akan memakan waktu yang lama dan biaya besar. Sementara keuangan IBF hanya cukup untuk memutar roda oranisasi saja. Untuk membangkang terhadap keputusan LHC itu, IBF terang tak berani. Sebab setiap pembangkangan atas keputusan pengadilan bisa dianggap kriminil. Pengurus IBF yang berdomisili di Inggeris maupunyang masuk ke sanabisabisa ditahan polisi lantaran itu. "Siapa yang mau ditahan," komentar Ketua PBSI, drs. Sudirman, yang juga duduk dalam kepengurusan IBF. Menyadari kenyataan yang tak elok itu, Presiden IBF, Stellan Mohlin lalu mencoba mencari jalan keluar lain untuk memasukkan RRC ke dalam federasi. Ia menjual ide perubahan Anggaran Dasar IBF. Dalam lawatannya ke negara-negara Asia, awal September lampau keinginan Mohlin itu tampak cukup mendapat dukungam Pendukung-pendukung RRC kembali optimis bahwa perjuangan mereka untuk memasukkan Cina Daratan itu ke dalam IBF akan segera menemui bentuk pasti. Tapi Mohlin menemui kenyataan lain dalam sidang ABC di Hongkong, tanggal 14 September 1977. Ia menghadiri rapat tersebut sebagai undangan. Keralnahan yang diterimanya di berbagai negara yang disinggahinya tak lagi ditemuinya dari beberapa peserta sidang. Ia dituding-tuding dan dimintai keterangan atas pembatalan keputusan sidang IBF di Malmoe oleh LHC. "Di Eropa, orang-orang telah marah terhadap kebijaksanaan saya. (maksudnya: usaha menggawangkan RRC ke dalam IBF lewat mayoritas sederhana). Di sidang ABC saya temui pula kenyataan yang sama dalam prinsip lain," kata Mohlin kepada beberapa orang delegasi ABC. Ia kemudian menambahkan sikap 'keras' ABC itu malah akan mempersulit pemasukan RRC ke dalam organisasi. "Orang akan kehilangan simpati oleh sikap ABC serupa itu." Herbert Sheele Di London, dalam sidang luar biasa IBF, Kamis 29 September kemarin apa yang diramalkan Mohlin menjadi kenyataan. 34 delegasi yang membawa 72 suara segera terpecah dalam pendapat ketika Richard Ivory, wakil Iran yang menjadi jurubicara ABC menguraikan perjuangan organisasi regional tersebut dalam memasukkan RRC ke IBF. "Sejak tahun 1973 kami sudah memulainya. Sekarang kesabaran untuk menyadarkan IBF bahwa RRC menuntut hak untuk menduduki tempat Cina yang diduduki Taiwan berakhir, sudah," ucap Ivory. Ia menambahkan bahwa ABC tidak dapat menerima keputusan pembatalan hasil sidang IBF di Malmoe oleh LHC. "Pertemuan tahunan IBF adalah lembaga yang paling berkuasa dalam bulutangkis, bukan pengadilan Inggeris. Pidato Ivory itu yang juga menyebut kehendak ABC untuk mendirikan Federasi Bulutangkis Dunia (WBF) sebagai jawaban terhadap sikap yang ditempuh IBF selama ini segera ditangkis oleh Herbert Scheele, bekas Sekjen IBF yang kini menduduki kursi Sekretaris Kehormatan. "Tidaklah benar bahwa Taiwan menduduki tempat RRC. Karena Taiwan hanya mengclaim daerah perbulutangkisan di daerahnya semata-mata," balas Scheele. Ia tak lupa memperkuat argumentasi dengan mengatakan RRC dulu maupun sekarang tidak menguasai perbulutangkisan di Taiwan, juga sebaliknya. Tangkisan Scheele itu ditopang oleh Taiwan, Perancis, Inggeris, dan Irlandia. Debat permasalahan keanggotaan Taiwan itu berakhir dengan pemungutan suara. 19 suara menyetujui Taiwan dikeluarkan -- 2 di antara suara itu diberikan oleh anggota ABC: Jepang dan Indonesia. 36 suara menolak. Dan 17 suara blanko dari delegasi ABC. Esoknya, komite pelaksana ABC segera menuangkan pendapat yang telah dilansir Ivory di depan sidang IBF. Sidang yang dipimpin Chada, dari India itu melahirkan kata sepakat dalam mencetuskan ide untuk mendirikan WBF. Tapi yang mendirikannya bukanlah ABC melainkan diatas-namakan pada pribadi-pribadi tokoh perbulutangkisan. Panitia persiapannya terdiri dari Chada, The Gin Sooi dari Malaysia, Miyaga dari Jepang, Piensak dari Muangthai, dan seorang lagi untuk wakil dari Hongkong (namanya belum ditentukan). Uang Kontribusi Bagaimana dengan sikap Indonesia? Sudirman yang duduk dalam komite pelaksana ABC itu memilih diam waktu sidang. Sebagai pribadi di sana ia mengatakan bahwa ia taat pada keputusan yang terbanyak. Tapi, "PBSI tidak dapat menyetujui pendirian badan tandingan tersebut," kata Sudirman. Sikap yang dilahirkan komite pelaksana ABC di London itu akan dilaporkan kepada sidang tahunan ABC di Kuala Lumpur, pertengahan Nopember depan. Baru kemudian ABC menentukan sikap. Tapi dari sekarang sikap ABC sudah dapat ditebak. Kemungkinan besar mereka akan menyetujui berdirinya WBF - maklum panitia persiapan adalah orang-orang dari negara yang gigih mendukung RRC. Akan Indonesia, menurut Sudirman akan tetap bersama IBF. Ia menambahkan bahwa dirinya tidak begitu yakin WBF akan berusia panjang. Sudirman mengambil contoh dengan Ganefo yang semula dimaksudkan untuk menyaingi Komite Olympiade Internasional. ,anefo hanya berusia 3 tahun dengan 2 kali kegiatan masing-masing di Jakarta (1963) dan Phnompenh, Kamboja (1966). Ia tak lupa menyatakan bahwa dalam tubuh ABC sendiri pun terdapat ketidak-beresan. Misalnya, tidak disiplin dari negara anggota dalam membayar uang kontribusi yang berjumlah 100 dolar AS per tahun (sebelum 1977 cuma 30 dolar AS). Sampai awal Oktober yang sudah melunasi iuran adalah Indonesia, Iran, Hongkong, Burma, dan RRC. Mungkinkah orang akan mengurus organisasi yang lebih besar seperti WBF jika dalam kelompok regional yang lebih kecil serupa ABC saja tidak begitu beres? Itulah masalahnya. Lalu sampai kapan RRC akan berhasil masuk IBF? Jika WBF sendiri sudah diragukan akan berusia panjang dan lebih tertib. "Saya kira masih lama," jawab Sudirman tanpa mau menyebut periode tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus