Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) akan melakukan evaluasi usai gagal meraih target medali pada SEA Games Vietnam. Wakil Ketua PB IPSI Erizal Chaniago mengatakan salah satu kegagalan pencak silat meraih target ialah ada peraturan baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Peraturan belum disahkan di internasional dan di nasional juga belum pernah menerapkan. Kami akan evaluasi total," ujar Erizal Chaniago, Kamis, 19 Mei 2022.
Pada pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara edisi ke-31 ini, PB IPSI menargetkan pencak silat bisa membawa pulang empat medali emas. Namun realisasinya, hanya satu nomor yang bisa menyumbangkan emas. Mereka adalah Riska Hermawan dan Ririn Rinasih yang turun pada nomor seni ganda putri.
Sedangkan secara keseluruhan tim pencak silat Indonesia mengirim 21 nama. Selain satu emas, Indonesia juga membawa pulang empat perak dan tiga perunggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil ini menempatkan Indonesia di urutan kelima dalam perolehan medali pencak silat. Vietnam di urutan teratas dengan enam emas, dua perak, dan lima perunggu.
Pencapaian ini menurun dibanding SEA Games 2019 di Filipina. Saat itu Indonesia menempati posisi teratas dalam perolehan medali dengan membawa pulang 2 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
"Saya sebagai Wakil Ketua Umum PB IPSI mohon maaf kepada Kemenpora. IPSI sudah bekerja keras tapi belum bisa memenuhi target yang diberikan kepada IPSI," ujar Erizal.
Erizal menuturkan PB IPSI sudah mengirimkan para atlet terbaik. Menurut dia, para pemain yang tampil di SEA Games 2022 merupakan juara-juara Asian Games 2018 dan PON Papua. "Selain itu, kami juga diberikan training camp jangka panjang oleh Kemenpora. Dan yakinlah kami akan memperbaiki hal-hal yang bersifat non teknis," tuturnya.
Di sisi lain, Erizal menduga ada sejumlah faktor yang disinyalir sebagai kecurangan. Pasalnya, beberapa atlet Indonesia yang turun berlaga di SEA Games Vietnam kerap mendapatkan ketidaksesuaian poin. Tak jarang, Erizal menilai keputusan wasit justru tak wajar sehingga merugikan Indonesia secara sepihak.
"Contohnya seperti cara bantingan yang bergendong-gendongan seperti MMA itu diperbolehkan. Jadi ciri khas pencak silat itu justru tergerus," ujar Erizal.
Atlet pencak silat Indonesia yang turun di nomor laga kelas B putra, Khoirudin Mustakim, mengatakan bersama pelatih sempat heran ketika mendapat penalti dalam beberapa detik jelang laga usai. Mustakim melakoni pertandingan penentu dalam final nomor tanding 50-55 Kg menghadapi wakil Malaysia, Muhammad Khairi Adib.
"Tendangan keras Mustakim yang dilayangkan bukanlah menyasar area terlarang (leher) pesilat Malaysia, tapi kita malah kena penalti," tutur Erizal.
Pengurangan poin tersebut tak dapat dikejar kembali oleh pesilat asal Klaten, Jawa Tengah itu. Sehingga medali emas harus direlakan kepada Muhammad Khairi Adib yang sebelumnya tertinggal poin 50-59.
Atas dasar itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga dan IPSI akan mengevaluasi evaluasi soal non-teknis di laga pencak silat. Erizal mengatakan bakal meneliti lebih jauh soal regulasi yang ditetapkan saat ini di SEA Games Vietnam.
Baca: Timnas U-23 Indonesia Siap Duel Lawan Thailand sampai 120 Menit