DIA melompat tinggi-tinggi dan melemparkan raketnya tanpa arah.
Buat Icuk Sugiarto, akhir set ketiga dalam final melawan Liem
Swie King pada Kejuaraan Dunia di Kopenhagen itu, rupanya bukan
hanya berarti kemenangan. Tetapi juga datangnya kebebasan
setelah bertarung alot dan melelahkan dengan teman sendiri.
Sesaat ia kelihatan bingung disergap kilatan kamera yang
diarahkan kepadanya. Dia seakan-akan baru mendapat pegangan
setelah melihat Tahir Djide. Ia berlari, merangkul dan menangis
terisak-isak dalam pelukan pelatihnya itu.
Bisa dimaklumi bagaimana bergalaunya perasaan Icuk dalam
menyambut kemenangannya itu. Dia yang bersama Liem Swie King
berhasil maju ke final menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia
belum hancur sama sekali. Malahan membuktikan bahwa dalam
kejuaraan resmi seperti di Kopenhagen itu, Indonesia mampu
membuktikan dirinya sebagai yang terkuat dalam tunggal putra.
Dengan tidak memberikan kesempatan bagi pemain negara lain untuk
tampil sekalipun hanya sebagai runner-up.
Pertarungan Icuk-Liem yang berkesudahan 15-8, 12-15, 17-16 itu
juga menjadi tontonan yang paling menarik dari seluruh partai.
King, sebagaimana corak permainannya selama ini, tampil dengan
pola menyerang. Melepaskan drop, smash dan lob-lob yang tajam
mematahkan pinggang. Icuk tampil dengan permainan bertahan yang
amat fanatik. Sehingga dia kelihatannya tak ubah seperti robot
yang siap mengembalikan bola yang datang dengan jalan
bagaimanapun. Membuat King terkuras tenaganya dan kecewa karena
tak bisa menembus pertahanan Icuk yang ampuh bagaikan tembok.
Semula orang menduga kedua pemain Indonesia itu akan tampil
seadanya. Tetapi setelah pertarungan yang memakan waktu lebih
dari satu setengah jam, 6.000 penonton yang memadati Bronby
Hallen benarbenar merasa puas. Tepuk tangan panjang sebagai
tanda kagum terhadap teknik kedua pemain menggema beberapa
menit. Ratu Margarethe II tak ketinggalan memberikan aplaus.
Ratu seakan-akan datang hanya untuk partai tunggal dari
Indonesia itu. Sebab setelah pertarungan Icuk-Liem dia segera
meninggalkan gelanggang, meskipun masih ada beberapa partai
final yang lain.
Icuk kelihatannya benar-benar mempersiapkan diri. Kebetulan
mereka berdua tinggal dalam kamar yang sama. Hari menjelang
pertandingan, sebelum sarapan pagi, Icuk dipijat masseur Adi
Budiman. Ia juga meminta seorang temannya yang tinggal di
Denmark untuk membelikan pisau silet. Pisau itu digunakannya
untuk mengikis bagian tapak kakinya yang kulitnya menebal. "Biar
tidur sekamar. Makan semeja. Kalau di arena pertandingan ya,
harus bertanding sebagaimana seorang atlet," katanya pelan
kepada Lukman Setiawan dari TEMPO.
King tampaknya agak tegang. Juara All England 3 kali itu memang
harus menempuh jalan yang lebih keras untuk mencapai final. Dia
dihadang pemain kuat Denmark, Steen Flatberg. Dicegat pemain
RRC, Chen Chang-jie dan terakhir harus menundukkan musuh lama
yang paling dia takuti, Han Jian. Itulah makanya sejak kejuaraan
dibuka dia tampak selalu murung:
Beberapa saat menjelang pertandingan melawan Flatberg, King
mengeluh kepada Sumarsono. "Kok badan saya terasa amat panas,"
keluhnya. Sumarsono sempat berpikir keras untuk memilih WO atau
bertanding terus dengan batuan obat. Tetapi obat apa? King sudah
makan ginseng obat panas Neozep dan entah apa lagi.
Karena gejala panas itu tidak menghilang juga, Sumarsono
akhirnya memanggil dokter. Setelah diperiksa, King dianjurkan
"kalau bisa jangan main dulu." Dan kalau main juga harus menelan
obat yang diberikan dokter yaitu Paracetamol.
Dekat mejelang pertandingan suhu tubuhnya turun setelah menelan
obat yang diberikan dokter itu. Dan akhirnya dia tampil juga
bertanding. Sewaktu pertandingan mencapai set terakhir, King
merasakan badannya seperti melayang-layang. Ketika itu Flatberg
menggunakan kesempatan untuk meraih angka balasan. Untung King
bisa menyudahi pertandingan dengan straight-set. Seandainya
rubber-set. Tak tahulah apa yang akan terjadi. Karena begitu
sampai di hotel, King buru-buru mencari kakus dan tumpahlah isi
perutnya yang bercampur obat panas, Paracetamol itu.
Kejayaan Icuk dan Liem di Kopenhagen itu memang merupakan angin
penyegar bagi tim bulutangkis Indonesia yang sejak 3 tahun
belakangan ini menderita kekalahan beruntun di arena Thomas Cup,
All England dan Asia Games. Terutama dari pemain RRC. Dan
keunggulan dalam nomor tunggal putra ini masih juga harus
dibuktikan dalam Kejuaraan Terbuka Indonesia, Agustus mendatang
di Jakarta.
Pihak Indonesia berusaha keras untuk mempertahankan kedudukan
yang secara merangkak dicapai Icuk itu. Dalam kejuaraan itu
diharapkan pemain-pemain RRC tetap akan tampil bersama pemain
negara lain. Ada kabar RRC tidak akan ambil bagian, karena di
negara tersebut sedang berlangsung pekan olah raga nasional.
Tetapi para pemainnya sendiri berhasrat untuk datang. "Kirimlah
tiketnya segera. Pasti saya akan datang," kata Han Jian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini