ABSENNYA Monica Seles -- ditusuk seorang penonton di lapangan tenis, April tahun lalu -- dalam berbagai turnamen dunia membuat Petenis Steffi Graf sulit ditandingi. Di final kejuaraan tenis seri grand slam Australia Terbuka Sabtu pekan lalu, Graf yang diunggulkan di tempat teratas itu hanya membutuhkan waktu 57 menit untuk menghentikan perlawanan unggulan kedua Arantxa Sanchez Vicario. Di hadapan sekitar 12.000 penonton yang memadati Stadion Flinders Park, Melbourne, Graf, dengan pukulan forehand andalannya, berhasil menundukkan Sanchez dengan 6-0 dan 6-2. Sanchez, petenis asal Spanyol, yang diharapkan mampu menghadang lajunya Graf dari Jerman, ternyata tak bisa berbuat banyak di lapangan keras dengan permukaan rebound ace itu. Graf hanya membutuhkan waktu 24 menit untuk memenangkan set pertama dengan 6-0. "Permainannya hari ini sangat luar biasa dibanding pertandingan saya dengan Graf terdahulu," ujar Sanchez tentang penampilan Graf di lapangan. Dengan hasil ini, rekor pertandingan antara Graf dan Sanchez makin jauh: 22-5 untuk keunggulan Graf. Sanchez, antara lain, mengalahkan Graf di final Perancis Terbuka 1989 lalu. Sebelum turnamen ini dimulai, dengan tak hadirnya juara bertahan Monica Seles, Graf sudah diramalkan keluar sebagai juara. Tanda-tandanya, tak ada satu pun lawannya, sejak babak pertama hingga semifinal, yang mampu mencuri satu set pun dari Graf. Semuanya dibabat Graf dengan dua set langsung. Kemungkinan besar, penampilan Graf yang lain ini berkat raket barunya dari Wilson, yang membuat pukulannya makin bertenaga. Sebelumnya, Graf memakai raket Dunlop. Kemenangannya kali ini membuat Graf untuk keempat kalinya merebut gelar juara Australia Terbuka, sejak 1988. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, 1991 hingga 1993, Graf harus mengakui keunggulan Monica Seles. "Saya sangat bangga dengan kemenangan kali ini. Apalagi saya dapat bermain sangat bagus hari ini, dan ini mempunyai arti khusus bagi saya," ujar Graf seusai menerima piala. Prestasinya ini menjadikan Graf mampu meraih gelar grand slam -- julukan bagi pemain yang mampu merebut gelar juara di kejuaraan tenis seri grand slam: Perancis Terbuka, Wimbledon, Amerika Terbuka, dan Australia Terbuka -- meskipun kemenangannya kali ini tidak dicapai dalam tahun yang sama. Itu berarti untuk kedua kalinya petenis kelahiran Bruhl, Jerman, ini merebut gelar grand slam. Bahkan, pada tahun 1988 ia meraih gelar golden grand slam. Sebab, di samping menjuarai empat turnamen penting di dunia, petenis berhidung mancung ini juga merebut medali emas tunggal putri Olimpiade Seoul. Menurut Graf, perjuangan merebut gelar juara kali ini selangkah lebih berat dibandingkan dengan tahun 1988. "Kompetisi sekarang ini lebih kuat, dan penampilan saya juga lebit kuat," ujarnya. Bagi petenis berusia 24 tahun ini, juara di Australia Terbuka 1994 merupakan gelar turnamen grand slam yang ke-15 selama kariernya di dunia tenis profesional. Dan dia hanya kehilangan enam pertandingan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Prestasi ini makin memperkukuh posisinya sebagai petenis nomor satu dunia. Di samping itu, uang tabungannya dari hasil bermain tenis bertambah US$ 322 ribu (sekitar Rp 685 juta). Selama kariernya, ia telah mengumpulkan hadiah uang sebanyak US$ 13,2 juta. Bagian putra -- seperti yang diramalkan -- menghasilkan juara baru. Petenis nomor satu dunia, yang diunggulkan di tempat pertama, Pete Sampras, akhirnya keluar sebagai juara. Di final, di hadapan sekitar 15.000 penonton, Ahad lalu, Sampras berhasil mengalahkan rekan senegaranya, Todd Martin, unggulan kesembilan. Martin, peringkat 12 dunia, yang mengandaskan ambisi Stefan Edberg di babak semifinal, ternyata mampu memberikan perlawanan sebelum mengakui keunggulan Sampras. Bagi Martin, ini merupakan prestasi tertinggi, mampu masuk babak final turnamen grand slam, selama kariernya di dunia tenis. Namun, sebelumnya Sampras sempat diragukan mampu merebut gelar di Australia Terbuka, mengingat prestasinya yang jelek di Qatar Terbuka -- ia dikalahkan pemain Maroko di babak kedua. Dengan tekad yang kuat, ia memupuskan semua keraguan itu. Apalagi, di semifinal, Sampras mampu menumbangkan sekaligus menggagalkan ambisi juara bertahan Jim Courier untuk menjadi juara tiga kali berturut-turut, dengan mengalahkannya telak: 6-3, 6-4, dan 6-4. "Ini merupakan awal yang baik untuk lebih berprestasi di tahun ini," ujar Sampras di hadapan penonton di Stadion Flinders Park seusai menerima piala. Bagi Sampras, ini merupakan gelar keempat di kejuaraan grand slam selama kariernya di dunia tenis profesional, di samping 22 gelar juara di kejuaraan tenis tingkat dunia lainnya. Prestasinya merebut gelar juara di Australia Terbuka ini makin memperkukuh posisinya sebagai petenis nomor satu dunia. Sampras, yang dilahirkan di Washington, D.C., 22 tahun silam, mulai mengayunkan raket tenis pada usia tujuh tahun. Bahkan, ia pernah menjadi teman latih tanding Ivan Lendl. Ia mulai terjun ke dunia profesional pada usia 17 tahun. Selama kariernya di dunia tenis, Sampras sudah mengumpulkan uang sebanyak US$ 11,6 juta. Itu belum termasuk hadiah yang diraihnya sebagai juara tunggal putra Australia Terbuka ini, sebesar US$ 322 ribu.Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini