Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Encik, speak english, please

Sejumlah cendekiawan mengajukan protes atas keputusan pemerintah mengharuskan pemakaian pengantar bahasa inggris di perguruan tinggi.

5 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERDANA Menteri Mahathir Mohamad tak hanya mengakui "bahasa menunjukkan bangsa", tapi juga sebaliknya, "bangsa menunjukkan bahasa". Maka, beberapa lama lalu ia memutuskan agar di universitas dan akademi di Malaysia digunakan pengantar bahasa Inggris untuk mata kuliah teknologi dan kedokteran. Tampaknya Mahathir yakin, dipakainya kata pengantar bahasa Inggris akan menjadikan orang Malaysia lebih mudah menguasai teknologi dan ilmu kedokteran. Dan bila orang Malaysia maju, "dengan sendirinya bahasa Malaysia akan lebih dihormati." Atau itu tadi "bangsa menunjukkan bahasa". Tapi dua pekan lalu keputusan Mahathir itu diprotes. Delapan belas lembaga yang ada di bawah Kongres Cendekiawan Malaysia Ketiga setidaknya punya empat alasan untuk menolak keputusan itu. Pertama, bangsa Jepang, Cina, dan Korea Selatan, yang fanatik pada bahasa ibu mereka, toh mampu berkembang pesat. Alasan kedua, dikhawatirkan nantinya terjadi kesenjangan antara kelompok masyarakat "berbahasa Inggris" dan yang "berbahasa Melayu". Ketiga, hal itu akan menghambat kegiatan penerjemahan buku ilmu dan teknologi ke dalam bahasa Melayu, yang dibutuhkan oleh para pelajar dan mahasiswa. Keempat, mereka khawatir bahasa Inggris akan menggeser bahasa Melayu, dan orang asing tak berminat mempelajari bahasa (Melayu). Menanggapi protes itu, Mahathir menjelaskan bahwa keputusannya tak berarti meremahkan bahasa Melayu. Sesuai dengan kebijakan pendidikan nasional sejak Malaysia (Malaya) merdeka, tahun 1947, bahasa Melayu tetap menjadi bahasa utama. Dan di bidang pendidikan, bahasa Melayu sama pentingnya dengan bahasa Inggris. Selama ini bahasa yang digunakan di Malaysia tak hanya bahasa Melayu. Selain bahasa Inggris yang digunakan secara luas, juga ada bahasa Cina, Tamil, dan Iban, yang digunakan penduduk minoritas. Penerbitan berbahasa Inggris pun cukup banyak, antara lain 5 koran, 3 mingguan, dan 7 berkala. Televisi pemerintah pun memasukkan program berbahasa Inggris dalam daftar acaranya. Karena itu, pemerintahan Mahathir menilai bahwa keputusan tentang penggunaan bahasa Inggris di universitas bukanlah satu langkah yang mengejutkan. Di harian New Straits Times, ia pun menjelaskan tak ada tujuan lain di balik keputusan itu, selain karena "kami tak akan membiarkan negara ini ketinggalan dibandingkan dengan negara lain". Dalam masyarakat Malaysia -- bekas jajahan Inggris -- memang dirasakan menurunnya penguasaan bahasa Inggris. "Tapi itu sangat sedikit, hampir tak berarti," kata salah seorang rombongan pegawai Kementerian Penerangan Malaysia, yang pekan lalu berkunjung ke TEMPO. Tapi ia pun mengakui, jika penurunan yang sedikit itu berlanjut, boleh jadi beberapa dekade lagi bangsa Malaysia kurang menguasai bahasa Inggris. "Jadi, keputusan Mahathir lebih sebagai antisipasi masa depan," ujarnya. Mungkin ia benar, apalagi sepertiga mahasiswa Malaysia kuliah di Barat, dan mestinya mereka menguasai bahasa Inggris. Tapi inilah yang dicemaskan Kementerian Pendidikan Malaysia. Dibandingkan dengan mahasiswa yang kuliah di luar negeri, penguasaan bahasa Inggris mahasiswa Malaysia di dalam negeri sungguh kalah jauh. Maka, diputuskanlah soal pengantar bahasa Inggris di universitas dan akademi itu. Dan kenyataannya, kini industri di Malaysia menginginkan karyawan yang piawai beringgris-inggris, untuk menghadapi investor asing dan perdagangan internasional.Nunik Iswardhani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum