Prancis merebut Piala Davis dari Amerika Serikat. Gara-gara Pete Sampras tidak fit? "PIALA Davis ibarat kue raksasa yang ingin kami makan. Tak ada yang akan mencegah keinginan kami itu," kata Yannick Noah. Sesumbar kapten tim Piala Davis Prancis itu memang ampuh. Ia jitu menyusun pemainnya. Begitu Guy Forget menggulung Pete Sampras pada Ahad lalu, kemenangan Prancis sudah tak bisa dikejar Amerika Serikat. Posisi sudah 3-1 untuk Prancis, sehingga pertandingan antara Andre Agassi dan Henri Leconte tak berpengaruh lagi. Palais des Sports di Lyon, Prancis, tempat pertandingan puncak itu dilangsungkan, menjadi ajang pesta bagi 8.000 pendukungnya. Maklum, gelar juara Davis diimpikan Prancis selama 60 tahun. Maka, kapten tim, Noah, dan anak buahnya yang terdiri atas Guy Forget, Henri Leconte, Arnaud Boetsch, dan Olivier Delaitre dipenuhi semangat menang. "Kami ingin menang. Dan itu pasti dapat kami lakukan," ujar Leconte. Henri Leconte, 28 tahun, boleh disebut pahlawan Prancis. Turun di tunggal kedua, pemain peringkat 161 dunia itu bisa mempecundangi andalan AS, Pete Sampras, yang kini duduk di peringkat 8 dunia. Tunggal pertama diambil petenis AS Andre Agassi dengan menjungkalkan Guy Forget. Pada pertandingan ganda, Leconte dan Guy Forget mengalahkan pasangan AS yang sangat berpengalaman, finalis kejuaraan ganda dunia: Ken Flach dan Robert Seguso. Prancis sementara unggul 2-1 atas AS. Lalu ditambah satu angka penentuan lagi dari Forget sehari kemudian. Kekalahan tim AS, antara lain, bisa ditimpakan pada pemain tunggal AS Pete Sampras, yang tampak grogi sejak memasuki lapangan. Sorak-sorai penonton menyebabkan juara AS Terbuka 1990 itu kehilangan konsentrasi. Sehingga, ketika game pertama baru diawali, ia sudah membuat double fault. Ternyata, sudah beberapa bulan ini Sampras merasa ada gangguan pada tangan kanannya. Akibatnya, "Tubuh saya remuk secuil demi secuil. Padahal, saya baru 19 tahun, lantas bagaimana kondisi saya nanti di umur 24 atau 25 tahun?" kata Sampras kepada World Tennis. Apalagi baru kali ini ia terjun di kejuaraan beregu Piala Davis. Kini, kapten tim AS Tom Gorman banyak mendapat serangan akibat kesalahannya menerapkan strategi pertandingan. Padahal, sebelumnya, ia punya keyakinan terhadap timnya. Tapi, lapangan di Lyon itu milik Prancis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini