Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Payudara 35 kilo

Nuraini,33, mengalami pembesaran payudara ketika hamil, diperkirakan beratnya 35 kg. kini ia dirawat di rsu palembang, dan akan dioperasi.pembesaran itu diduga krn hormon prolaktin yg berlebihan.

7 Desember 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hormon ekstrogen, progesteron, dan prolaktin berkumpul dalam payudara Ani. Semula, disangka parasit Vilaria dari Afrika. KEDUA payudara Nuraini, atau Ani, diperkirakan beratnya 35 kg. Warnanya kehitaman, kontras dengan kulit sawo matang Ani. Kulit di sekeliling puting retak dan keluar air. Dalam kepayahan itu, ia terbaring di Rumah Sakit Umum (RSU) Palembang, setelah pada 8 November lalu ia melahirkan anak lelaki yang beratnya 2,5 kg. Mula pembesaran itu, menurut Ani, ketika kehamilannya masih muda. Daging itu kian membesar hingga menutupi perutnya yang membuncit. Ketika ia hamil delapan bulan, kulit payudaranya yang mengencang itu lecet dan mengeluarkan darah. Keadaan itu masih dialaminya kini. Beberapa kali ia kehabisan darah. "Un- tunglah, ada donor darah," katanya. Pembengkakan itu disadari Ani baru Maret lalu. Mengingat ia hamil, waktu itu dikira bahwa gejala di payudaranya itu biasa. Karena tak punya uang, ia berobat hanya ke dokter umum. Ani juga tidak sulit melakukan aktivitas di rumah walau payudaranya membesar. Karena buah dadanya itu sampai Juli lalu kian besar, kemudian Ani memutuskan ke RSU Palembang. Setelah di sini, ia diharuskan istirahat total. Selain karena keadaan hamil besar, kondisinya tampak lemah. Sesudah menjalani perawatan, payudaranya tidak sekencang dulu, walau masih besar, sehingga kepayahan untuk duduk. Penyembuhan memang tidak lancar. Wanita berusia 33 tahun yang lulus SD ini tak punya uang menebus obat senilai Rp 100.000. Suaminya petani di Desa Epil, Musi Banyuasin. "Untuk makan sehari-hari saja susah," kata Ani. Ia pernah bekerja (sebagai TKW) di Arab Saudi. Sejauh ini payudaranya yang bengkak itu masih berfungsi untuk menyusui bayinya. Menurut Ani, warna air susunya bagus. Namun, bila bayinya menyedot air susu yang banyak keluar itu, barulah ia merasa kesakitan. Ibu lima anak ini dirawat Dokter Burmansyah. Ahli tumor ini menemukan Ani ketika sudah berobat di RSU Palembang kewalahan membawa beban di dadanya. Ia intensif memeriksa Ani. Buah dada Ani membesar, menurut Burmansyah, bisa karena tiga hal. Kalau tidak tumor, pembesarannya akibat hormon, atau karena parasit Vilaria. Mengingat Ani pernah menjadi TKW, Burmansyah mengira parasit Vilaria sebagai penyebab membesarnya payudaranya. Parasit itu, di Afrika, sering menyerang payudara. "Di Indonesia, parasit Vilaria banyak menyerang kaki, yang penyakitnya dikenal sebagai bengkak babi," ujar Burmansyah. Pada payudara Ani ternyata tidak ditemukan parasit. Setelah pemeriksaan intensif, para dokter ahli menyimpulkan bahwa membesarnya payudara Ani akibat hormon prolaktin yang berlebih. Pembesaran juga akibat pengaruh luar. Ketika itu terjadi, Ani suka pergi dan menyelesaikan sendiri kerja rumah. Ini membuat payudaranya bergayut ke bawah sehingga mempercepat proses pem- besaran. Para dokter di RSU Palembang belum mengukur perbandingan hormon ekstrogen, progestron, dan prolaktin yang mengeram dalam payudara Ani. Alat tersebut belum ada di sana. Pembesaran itu bukan disebabkan oleh terbendungnya air susu, tapi karena pembengkakan pada jaringan ikat dan jaringan lainnya dalam payudara. Makanya, air susu yang keluar itu tetap normal dan bagus. Ini, kata Burmansyah, keadaan yang aneh tapi nyata. Kasus yang dialami Ani itu termasuk jarang. Pengidap penyakit serupa Ani, di RSU Palembang, pernah ditemukan pada 1987 dan 1988. Dua pasien berusia belasan tahun itu kemudian kabur. Kini entah di mana mereka. Walau belum ada kepastian Ani harus menjalani operasi, daging yang tumbuh berlebihan itu memang harus dibuang. Kulit buah dada yang tertarik ke bawah itu mesti diperbaiki karena tidak akan kembali dengan sendirinya. Untuk mencegah menerusnya pembesaran, selama masa pengobatannya, Ani mendapat BH khusus. Satu lagi yang penting: ia sebaiknya tidak hamil lagi. Kisah Burmansyah, ketika Ani datang ke rumah sakit Kota Empek-Empek itu, para dokter tidak banyak berbuat. Mereka terpaksa menunggu menolongnya sampai Ani melahirkan kendati buah bersusunya itu membesar terus yang kini beratnya diperkirakan 35 kg. Penyakit ini, menurut Dokter Hakim S. Ponan, bisa terjadi baik pada wanita hamil maupun yang tidak. Penyakit tersebut juga karena dampak obat, terutama menyerang mereka yang makan obat terlalu lama. Khususnya obat dari jenis Penisillamine atau semacamnya. Menurut ahli kebidanan di RSU Palembang itu, payudara Ani membesar karena rangsangan hormon selama hamil. Buktinya, selama mengandung, payudara Ani membesar terus dan mengencang. Setelah ia melahirkan, payudara itu mengendur walau tetap besar. "Ini disebabkan hormon ekstrogen, progesteron, dan prolaktin bertemu di payudara," kata Hakim S. Ponan. "Tambahan lagi, payudara Ani mungkin sensitif terhadap ekstrogen." Jadi, penyembuhannya dilakukan dengan memberikan bahan antiekstrogen. Namun, obat ini tidak bisa diberikan pada wanita yang sedang hamil. Ketika belum melahirkan, Ani hanya diberi obat untuk menahan pertumbuhan payudaranya. Karena kondisi Ani makin membaik, tim dokter di RSU Palembang merencanakan mengadakan rekonstruksi terhadap payudaranya. Ani bakal menjalani operasi pengecilan payudara, yaitu membuang jaringan-jaringan yang tidak perlu. Pembedahan tersebut akan dilakukan Dokter Roni Saleh. "Bila ada daging yang dianggap mengganggu, maka dibuang dengan jalan operasi," kata ahli bedah itu. Bila memungkinkan, lewat sekali operasi saja kasus pembengkakan itu bisa diatasi. Kalau tidak, pada dua kali operasi diharapkan selesai. "Ani kembali memiliki payudara yang normal," kata Roni Saleh. Laporan Aini Ramiyati Aziz (Palembang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus