Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Setelah keteter

Tim indonesia a yang disiapkan untuk sea games xvi manila keluar sebagai juara etape terakhir pada oskadon tour de indonesia 1991. juara umum beregu tetap dipegang tim tangguh korea selatan.

3 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembalap Indonesia yang disiapkan untuk SEA Games Manila sukses. Ada keajaiban? PEMBALAP Indonesia hampir mengenaskan. Turun ke jalan dengan pasukan paling banyak pada Oskadon Tour de Indonesia 1991, tim tuan rumah sempat keteteran. Namun, keajaiban terjadi di etape terakhir Gilimanuk-Denpasar. Jagoan Belanda, Roger Hendriks, kecelakaan. Ban sepedanya pecah sebelum memasuki Bajera, sekitar 40 km sebelum finis. Akibatnya, pembalap nasional yang memang sudah ngotot sejak start bertambah semangat. Hasilnya menggembirakan. Di etape terakhir Ahad lalu itu, tim Indonesia A berhasil keluar sebagai juara. Namun, untuk keseluruhan etape atau istilahnya juara umum beregu tetap dipegang tim tangguh Korea Selatan. Tim Indonesia A keluar sebagai juara umum beregu kedua dan di bawahnya Belanda. Untuk perorangan, Ronny Yahya (Indonesia A) keluar sebagai juara I. Saudara kembarnya, Robby Yahya, dari tim yang sama, juara II. Guntur, "pembalap alam" dari tim Jawa Timur, secara mengejutkan bisa menjadi juara III. Menyusul di bawahnya Chung Sung Keuw (Kor-Sel) dan Roger Hendriks (Belanda). Hasil ini menggembirakan Ketua ISSI Harry Sapto yang sengaja menunggu di finis bersama Gubernur Bali Ida Bagus Oka dan Menparpostel Soesilo Soedarman. Harry Sapto pantas gembira. Sejak start di Jakarta 14 Juli lalu, tim yang dipersiapkan untuk mengikuti SEA Games XVI di Manila ini sempat ngos-ngosan. Hingga etape ketujuh Solo-Kediri, tim Indonesia A, B, C, dan perorangan selalu keok. Hanya pada etape VIII Kediri-Malang, Ronny Yahya berhasil menyandang juara perorangan. Di sini pula, tim Indonesia meraih emas klasemen beregu. Sedangkan Ronny, sekalipun menjuarai klasemen perorangan, kaus kuning tetap disandang "sang penjagal" Roger Hendriks dari Belanda. Menurut Puspita Mustika Adya, jagoan track asal Malang, kegagalan regu Indonesia karena tidak kompak. "Kami kurang kerja sama," katanya. "Pada etape Malang-Surabaya, misalnya, tim kita yang biasanya main keroyok malah bersaing sendiri dengan sesama teman." Untung, pelatih tim Indonesia A, Erwin Anwar, masih tetap optimistis dan bersemangat memacu pembalapnya. "Siapa tahu ada keajaiban dari Tuhan," katanya setengah bergurau, ketika masih di Banyuwangi. Dan itu terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus