Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Klub Harimau Tapanuli dihukum PSSI tak boleh bertanding 9 bulan. Pesta kemenangan tetap meriah. "HARIMAU itu raja hutan," kata Johny Pardede, putra tokoh sepak bola Medan T.D. Pardede. Dan Johny pun membentuk klub sepak bola Harimau Tapanuli dengan maksud bisa menjadi raja dan bermental juara. Ternyata, nama itu dihayati anak buahnya. Sang Harimau keluar sebagai juara antarklub PSSI pada 18 Juli lalu -- setelah mengalahkan Perbanas 2-1 di Stadion Senayan, Jakarta. Senin pekan ini, pesta kemenangan digelar. Johny dinobatkan menjadi putra terbaik Tapanuli. Pesta itu dilakukan para pemangku adat Tapanuli Utara di Balige, tepi Danau Toba, disaksikan 50.000 undangan. Ratusan ekor kerbau, kambing, dan lembu disembelih menjamu hadirin. Untuk pemainnya, Johny menghadiahkan 16 Honda Astrea. Namun, sebelum kegembiraan itu, sebuah tendangan dari Pengurus PSSI melayang pekan lalu. Harimau dihukum 9 bulan tak boleh bertanding. Inilah buntut kericuhan yang terjadi ketika Harimau bermain melawan Pusri Palembang di Senayan, 16 Juli lalu. Pusri hanya dihukum "peringatan keras". Waktu itu, skor 0-0 hingga turun minum. Pada menit ke-60, terjadilah insiden kecil. Asri, pemain Pusri, menabrak Amri Siregar dari Harimau yang tengah menggiring bola. Wasit Syahril Gani tak meniup peluit. Untung, Iskandar Jalil, rekan Siregar, bisa menguasai bola. Ia bahkan berhasil menembus jantung pertahanan Pusri. Saat bola akan ditembak Jalil ke gawang Pusri, baru terdengar peluit wasit. Merasa tak bersalah, Siregar memukul Asri. Saat itu pulalah suporter Harimau dari tribun timur menghambur ke lapangan dengan meloncat pagar. Petugas keamanan kurang. Suasana pun ingar-bingar. Pemain Pusri diuber dan dihajar pendukung Harimau. Baku pukul pun tak terelakkan. Hasilnya, dagu penjaga gawang Pusri, Indrayadi, robek disabet pisau penonton. Kawannya, Setyo Cipto, Sobirin, Agul Haris, dan Supriono, luka-luka hingga perlu dirawat. Pemain Harimau yang cedera: Amri, Bernard Siahaan, Viktor Simamora, Sabda Lumbantoruan, dan Jalil. Hasil lain, Pusri menolak meneruskan pertandingan dan dinyatakan kalah WO: 0-5. Manajer Pusri, Rozali Jailani, kaget mendengar hukuman terhadap Harimau ringan. "Sama dengan bohong, dong," katanya pada Taufik T. Alwie dari TEMPO. Sebab kalau 9 bulan, tahun depan Harimau bisa ikut kompetisi lagi. Ketua II PSSI, A. Wahab Abdy, menyebutkan hukuman itu keluar setelah komisi disiplin rapat dua kali. PSSI mengakui faktor keamanan lemah, tetapi penyebabnya adalah pemain. Sebaliknya, Komda PSSI Sum-Ut, Amru Daulay, menilai hukuman itu tidak adil. Apalagi putusan itu keluar tanpa lebih dahulu memanggil dan memeriksa panitia pertandingan, manajer tim Harimau dan Pusri, serta para pemain yang terlibat kerusuhan. Namun, Johny hanya kesal hukuman itu diketahuinya baru dari koran. SK-nya belum muncul di Medan. Meski begitu, ia akan membawa anak buahnya tur ke Eropa atas nama Perstu (Persatuan Sepak Bola Tapanuli Utara), bukan Harimau. Pemain Harimau memang merangkap pemain Perstu. "Yang dihukum kan klub, bukan pemainnya," kata Johny. Klub Harimau punya prospek bagus. Padahal, sebagian besar pemainnya adalah bekas pemain antarkampung di Sum-Ut. Hanya empat orang yang direkrut Johny dari PSMS dan PSDS. Tapi karena pelatihnya Jairo Matos asal Brasil, "pemain kampungan" itu jadi juga. Selain Jairo, ada juga Syarief Siregar dan Kamaruddin Panggabean dalam tubuh Harimau. Syarief, bekas Ketua Umum PSMS dan Kamaruddin, siapa lagi jika bukan pemrakarsa Marah Halim Cup -- kalender resmi FIFA -- yang masih bergulir hingga kini. Itu yang membuat Harimau mengaum. Bersihar Lubis dan Affan Bey Hutasuhut (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo