Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Seulas Senyum di Garis Akhir

31 Agustus 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEULAS senyum akhirnya merekah juga di bibir Suhardi Hassan begitu roda sepeda yang digenjotnya menyentuh garis akhir. Tepuk tangan dan teriakan penonton bergemuruh hampir tiada putus di depan Balai Kota Semarang. Tapi pemuda 21 tahun ini tak peduli. Dia pun enggan mengangkat tangan tinggi-tinggi. Kamis pekan lalu itu, pembalap asal Malaysia ini memang agak kecewa karena gagal memimpin etape kelima (Pekalongan-Semarang) lantaran kalah bersaing dengan sejumlah pembalap dari Indonesia. Namun ia masih dapat tersenyum karena masih bisa memakai kaus kuning sebagai pertanda menjadi juara umum klasemen sementara.

Sampai akhir pekan lalu, Hardi, begitulah pembalap nasional negeri tetangga itu biasa disapa, memang tak tertandingi dalam kejuaraan balap sepeda Tour d'ISSI-Java. Berpacu dari Jakarta hingga Semarang sejauh 664 kilometer, ia masih yang tercepat dengan catatan total waktu 16 jam, 21 menit, dan 11 detik. Saingan terdekatnya Amin Suryana (Jawa Barat), yang ketinggalan hanya 8 detik dari Hardi. Urutan ketiga dipegang oleh Musairi Musa (Malaysia), posisi keempat dikuasai oleh Nunung Burhanuddin (Jawa Barat), dan kelima Kaswanto (Lampung).

Setelah menyelesaikan etape keenam (Semarang-Yogyakarta), Jumat pekan silam, posisi Hardi juga tak tergoyahkan. Pada etape ini ia berada di urutan ketiga, hanya berselisih 6 detik dari pembalap Malaysia lainnya, Syahrul Neeza Razali, yang menjuarai etape ini. Posisi kedua dipegang oleh Rochmat Nugraha (DKI Jakarta), yang tertinggal 4 detik dari Syahrul.

Balapan memang belum usai. Hanya, keberhasilan Hardi memimpin perlombaan sampai etape keenam (dari sembilan etape yang akan ditempuh) patut diacungi jempol. Ia dikenal jago mengayuh di tanjakan dengan menaklukkan sejumlah tanjakan yang berat pada etape pertama (Jakarta-Cianjur), etape kedua (Bandung-Tasikmalaya), dan juga etape keenam.

Resepnya? Latihan keras selama bertahun-tahun. Setiap akhir pekan Hardi harus menerjang rute tanjakan di Genting Highland dan Bukit Frezer, Malaysia. Bersama kawan-kawannya, ia ditangani pelatih andal Ng Joo Ngan, bekas pembalap Malaysia yang menjuarai Tour d'ISSI 1970. Selain berlatih di tanjakan, Hardi menjalani penggemblengan rutin. "Kami berlatih enam hari dalam sepekan, pagi di jalan raya dan petang di trek," tutur Zulaihi Seri, manajer tim Malaysia.

Hardi mengawali kiprahnya di balap sepeda pada 1998. Lantaran memiliki bakat besar, dua tahun kemudian ia langsung masuk tim nasional. Lelaki yang gemar memakan bakso ini sudah menjadi andalan tim Malaysia saat menyabet emas nomor jalan raya pada SEA Games 2001 di Kuala Lumpur. Tahun lalu, ia menjadi juara kedua dalam kejuaraan Eagle Tour of Malaysia di bawah usia 23 tahun.

Pada Tour d'ISSI kali ini, Hardi kawan-kawan merajalela karena absennya tiga pembalap andalan Indonesia, yakni Tonton Susanto, Sama'i, dan Wawan Setyobudi. Mereka lebih suka berlaga di lomba Tour of Qinghai Lake di Cina.

Tanpa Tonton dan kawan-kawan, peluang pembalap Indonesia untuk menjuarai Tour d'ISSI memang cukup berat. Hanya, tampilnya Ferianto (Jawa Timur) menjuarai etape kelima melecut semangat pembalap lainnya. Sejak saat itu, tim Malaysia mendapat perlawanan yang ketat.

Jangan heran jika Amin Suryana, 26 tahun, amat optimistis. Menurut pembalap asal Jawa Barat ini, secara kualitas sejumlah pembalap Indonesia sebenarnya tak kalah. Mereka hanya kalah jam terbang. "Lagi pula pembalap kita terpecah-pecah di daerah masing-masing," kata Amin, yang menjadi runner-up dalam Kejuaraan Nasional Tanjakan 1996.

Perlombaan yang menghabiskan dana sekitar Rp 1,6 miliar ini memang dipakai sebagai ajang kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI, yang digelar tahun depan di Sumatera Selatan. Itu sebabnya para pembalap dari Indonesia tak terlalu berambisi untuk menjadi juara di nomor individual. Mereka lebih mengutamakan prestasi daerahnya agar lolos ke PON.

Dari Indonesia, Amin Suryana berkesempatan besar untuk menyalip Hardi karena selisih catatan waktu keduanya amat tipis. Seperti saingannya, lelaki kelahiran Sumedang ini punya kemampuan yang komplet, jagoan di tanjakan dan rute datar. Gara-garanya, sejak kecil Amin terbiasa mengayuh sepeda di perbukitan. Ia pun menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum berlomba. Dalam enam hari setiap pekan Amin menggenjot sepeda sepanjang 1.000 kilometer.

Peluang hampir sama dimiliki oleh Nunung Burhanuddin, 26 tahun, dan Ryan Ariehan, 29 tahun—keduanya juga berasal dari tim Jawa Barat. Mereka memiliki catatan waktu yang baik dan setiap saat bisa menandingi bintang muda dari Malaysia itu.

Di luar pembalap dari tim Jawa Barat, ada nama Suwandra, 33 tahun. Sampai Kamis pekan lalu, pembalap asal Kalimantan Barat ini berada di urutan kedelapan klasemen sementara atau berselisih 1 menit 8 detik dengan Hardi. Kendati sudah tua, ia amat kencang mengayuh di jalur datar. Dia juga dipersiapkan sebagai pembalap spesialis sprint untuk SEA Games 2003. Untuk menyesuaikan diri dengan rute tanjakan, ia bersama timnya perlu datang ke Malang, Jawa Timur, tiga pekan sebelum Tour d'ISSI dimulai. Sebab, "Di Pontianak tidak ada tanjakan," katanya.

Bagi peraih medali emas nomor 4.000 meter individual pursuit di SEA Games 2001 itu, ketenangan batin menjadi kunci suksesnya dalam perlombaan. Berbekal pengalaman segudang, ia yakin bakal menembus papan atas. Apalagi tiga etape terakhir didominasi rute datar.

Kalau mau meredam kejayaan Hardi dan pembalap Malaysia lainnya, pembalap dari negeri ini memang perlu menggenjot habis-habisan di jalur datar. Ini bisa mereka lakukan pada rute Yogyakarta-Madiun dan Madiun-Surabaya. Soalnya, pada etape terakhir (Surabaya-Malang), yang digelar Selasa pekan ini, jalan yang penuh tanjakan sudah menanti.

Pada rute pamungkas itu, kemungkinan besar Hardi bisa berjaya lagi. Jika ini yang terjadi, tak hanya menyodorkan seulas senyum, ia tentu akan mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Sapto Yunus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus