Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SEULAS senyum akhirnya merekah juga di bibir Suhardi Hassan begitu roda sepeda yang digenjotnya menyentuh garis akhir. Tepuk tangan dan teriakan penonton bergemuruh hampir tiada putus di depan Balai Kota Semarang. Tapi pemuda 21 tahun ini tak peduli. Dia pun enggan mengangkat tangan tinggi-tinggi. Kamis pekan lalu itu, pembalap asal Malaysia ini memang agak kecewa karena gagal memimpin etape kelima (Pekalongan-Semarang) lantaran kalah bersaing dengan sejumlah pembalap dari Indonesia. Namun ia masih dapat tersenyum karena masih bisa memakai kaus kuning sebagai pertanda menjadi juara umum klasemen sementara.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo