Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Bom-Bom Maut Hambali

31 Agustus 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapakah Hambali? Mengapa penangkapan sosok bernama asli Encep Nurjaman itu dianggap begitu penting hingga tak kurang dari Presiden Bush yang pertama kali mengumumkannya? Apa yang terjadi pada pria yang dilahirkan di Cianjur 39 tahun silam itu hingga ia diburu oleh aparat keamanan berbagai negara? Benarkah ia seorang teroris kelas dunia? Keluarga dekat Hambali merasa keberatan dengan tudingan itu. Mereka mengenal Encep sebagai juru dakwah keliling yang santun, sosok yang bertanggung jawab dan taat beribadah. Anak kedua dari 12 bersaudara ini membantu ekonomi keluarga dengan pergi merantau ke Malaysia pada usia 19 tahun untuk berdagang sambil aktif mengikuti pengajian, terutama yang diadakan oleh mendiang Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir. Beberapa tahun kemudian, ia pergi berjihad ke Afganistan untuk membantu saudara seiman mengusir rezim yang kafir. Di medan laga itulah putra guru SD ini bertemu dengan saudara seperjuangan dari berbagai penjuru dunia dan menjadi bagian dari jejaring internasional yang punya satu tujuan dan pernah merasa sukses dalam memilih aksi kekerasan. Setelah tiga tahun berjihad di Afganistan, Hambali kembali ke Malaysia dan aktif berceramah di berbagai pengajian. Dalam ceramahnya, ia dikabarkan kerap menceritakan pertemuan-pertemuannya dengan Usamah bin Ladin, bahkan diberitakan menjadi anggota Dewan Syura Al-Qaidah yang dipimpin tokoh kelahiran Arab Saudi itu. Selain itu, Hambali diduga menjadi pemimpin operasional Jamaah Islamiyah, organisasi rahasia yang didirikan Abdullah Sungkar dan bercita-cita mendirikan kekhalifahan Islam di Asia Tenggara. Polisi mencurigainya sebagai dalang di belakang 41 aksi pengeboman di Indonesia, termasuk atas puluhan gereja di 10 kota pada malam Natal tahun 2000 yang mengakibatkan 18 orang tewas dan puluhan lain luka-luka, rumah Duta Besar Filipina di Jakarta, Sari Club dan Paddy's Cafe di Bali, bahkan juga Hotel Marriott. Bukan hanya polisi Indonesia yang mengejarnya. Polisi Filipina menuding Hambali menjadi perencana berbagai aksi teror di negeri itu. Memang tak semuanya terlaksana—seperti niat membunuh Sri Paus dan meledakkan pesawat AS—tapi beberapa aksi pengeboman termasuk di sebuah bus umum berlangsung dan mengakibatkan banyak warga tewas dan luka-luka. Aparat keamanan Amerika Serikat juga memburu Hambali karena ia diduga pernah membantu kegiatan para pelaku aksi 11 September di New York. Polisi Malaysia serta Singapura mengejarnya untuk mengungkap berbagai kegiatan Jamaah Islamiyah di kedua negara jiran tersebut, termasuk rencana meledakkan instalasi militer AS di Singapura. Bagaimana Hambali dapat melakukan semua hal itu? Thomas Friedman punya hipotesis menarik mengenai hal ini. Kolumnis harian The New York Times ini menyebut sosok seperti Usamah bin Ladin sebagai super-empowered individual (individu teberdayakan istimewa), yaitu manusia yang mampu memanfaatkan jejaring global untuk menyebarkan pengaruh dirinya ke seluruh penjuru dunia. Tak semua super-empowered individual menjadi penyebar bala. Banyak yang justru melakukannya untuk berbuat kebajikan. Salah satu contoh positif itu adalah Jody Williams. Perempuan pemenang Nobel Perdamaian tahun 1997 ini berhasil meyakinkan hampir 120 negara di dunia untuk mendukung perjanjian mengharamkan senjata ranjau darat kendati dilawan oleh pemerintah AS, RRC, dan Rusia. Ketika ditanya bagaimana ia dapat menggerakkan lebih dari seribu organisasi di lima benua untuk mendesak pemerintah mereka agar mendukung perjanjian internasional itu, Jody Williams menjawab dengan singkat: "E-mail." E-mail alias surat elektronik memang telah membuat komunikasi dunia tak lagi mengenal jarak. Hambali diketahui sebagai pemanfaat jaringan Internet yang giat. Imam Samudra, tokoh lapangan aksi bom Bali, dikenal tak pernah melepas komputer jinjingnya dan rajin ke warung Internet ketika masih jadi buron. Dunia maya memang telah membuat Hambali dan kawan-kawannya di seluruh pelosok dunia mampu terus-menerus mempertahankan komunikasi dan koordinasi aksi mereka. Kombinasi kesamaan tujuan, kemampuan membuat bom, pengalaman perang di Afganistan, dan keberadaan jaringan Internet telah memberdayakan Hambali secara istimewa hingga membuatnya menjadi dalang teror yang diburu aparat keamanan berbagai negeri. Namun perang Afganistan telah lama usai. Maka pertanyaannya sekarang: akankah penangkapan Hambali dan kawan-kawannya melemahkan jaringan Jamaah Islamiyah dan Al-Qaidah, ataukah akan muncul generasi baru yang sama atau bahkan lebih hebat keampuhannya? Jawabannya bergantung pada banyak faktor, terutama tersedianya wilayah konflik pengganti medan laga Afganistan. Bila Indonesia tak mampu meredam konflik di Aceh, Maluku, Papua, dan Poso, kemampuan regenerasi pengganti Hambali akan tetap terjaga. Kalaupun semua wilayah konflik itu dapat didamaikan, bukan berarti keadaan lantas otomatis aman. Jika Filipina Selatan tetap bergolak, kawasan itu akan menjadi pengganti Afganistan bagi jaringan teroris di Asia Tenggara. Jika perang di Irak ataupun di Palestina tak berakhir, jangan harapkan Hambali baru tak muncul lagi. Mengharapkan semua konflik itu segera berakhir tentu terlalu muluk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menjadikan sebanyak mungkin super-empowered individual yang baik, yang mampu menetralisasi semua pengaruh jahat yang menyebar melalui jaringan komunikasi global. Ini bukan hal yang sulit. Memanfaatkan surat elektronik Anda bisa jadi awal yang penting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus