Siap Tempur dengan Bonus dan Pangkat Atlet Muangthai siap tempur di SEA Games Manila. Bonus jutaan dan kenaikan pangkat dijanjikan untuk mengatrol emas. Akankah nasib Indonesia terancam? KONI Pusat boleh saja mencanangkan gelar juara umum di SEA Games Manila 1991. Namun, Negeri Gajah Putih Muangthai punya kekuatan tersembunyi. Ia pernah "mencuri" gelar juara umum SEA Games 1985, menggeser Indonesia. Waktu itu, sebagai tuan rumah, Muangthai mengumpulkan 93 emas, sedang Indonesia 62 emas. Kekuatan Muangthai di SEA Games Manila (24 November-5 Desember) mendatang tentu tak bisa dianggap enteng walau dua kali SEA Games berikutnya Indonesia tetap unggul. Apalagi negeri itu sudah mengeluarkan dana sekitar Rp 3 milyar untuk persiapan pesta olahraga itu. Mereka mendatangkan 25 pelatih asing. Belum lagi iming-iming bonus jutaan rupiah dan kenaikan pangkat kepada atlet pendulang emas. "Doping" itu jelas untuk mendongkrak juara. Betulkah Muangthai siap tempur? Ketua Sports Authority of Thailand (KONI di sana), Dr. Somchai Prasertsiripan, dengan rendah hati mengatakan, "Tim kami masih lemah dalam persiapan dan latihan." Waktu pelatnas katanya, terlalu pendek. Somchai memberi contoh Korea Selatan bisa melejit di Asian Games 1986 karena program latihan 300 hari. Atletnya hanya diberi waktu 90 hari. "Latihan yang sempurna itu bukan hanya membentuk kekuatan fisik, tapi juga mengembangkan kondisi mental dan temperamen yang tepat. Ini memerlukan banyak waktu," kata Somchai. Maka, belum lama ini, ia mengusulkan pada pemerintahnya agar pada persiapan kejuaraan-kejuaraan mendatang pelatnas diperpanjang menjadi 150 hari. Dana Rp 3 milyar ternyata tak membuat semua masalah mulus. Tetap saja ada halangan. Sebagai contoh, para atlet tetap menggunakan peralatan lama untuk latihan karena peralatan baru ditahan pihak bea cukai di lapangan terbang Don Muang, Bangkok. Belum lagi hambatan manusianya. Seperti yang menimpa tim sepak bola yang membuat frustrasi ketua tim pelatih sepak bola, Carlos Roberto Carvalho dari Brasil. Masalahnya, tim ini sering gagal latihan karena pemainnya tak hadir dengan alasan sedang ujian, atau ikut lomba lain. Padahal SEA Games tinggal sebulan lagi. "Tim itu kan harus kerja sama. Kemampuan perorangan atau pelatih terbaik tak menjamin kemenangan," kata Carvalho. Tim tenis sama saja. Beberapa pemain putri mengundurkan diri sehingga dibuat tim baru tanpa seleksi. Namun, di cabang lain, persiapan itu lancar. Menembak, misalnya. "Kami punya target melebihi perolehan medali SEA Games Kuala Lumpur 1989," kata Ketua National Shooting Sports Association of Thailand, Dussade Thiraphan. Dalam SEA Games lalu tim ini menyabet 15 emas. Mereka digembleng dua pelatih asing asal Soviet, Smirnov Pavel dan Klimenko. "Saya belajar teknik pernapasan untuk mengatasi kegugupan," kata penembak wanita, Ladamas Sarisut. Ia yakin bahwa timnya masih yang terbaik walau mungkin ada ancaman dari Vietnam. Namun, pelatih Smirnov tak melihat ancaman itu. Soalnya, atlet terbaik di Vietnam belum tentu diikutkan di dalam tim. Maklum, "Olahraga tak lepas dari politik," kata Smirnov. Tinju juga siap tanding. Petinju Thai rata-rata punya stamina tangguh dan tahan pukul. Pelatih Diogenes Sagarra Caron dari Kuba telah membuat mereka prima. Penampilan petinju kelas bulu Raiman Boonthom -- peraih emas di Asian Games Beijing -- sangat mengesankan Sekjen Panitia Nasional Olimpiade Muangthai, Mayor Jenderal Charouck Arirachakaran. "Tapi jangan membuat sombong," sarannya. Atletik pun siap tempur. Di tangan pelatih Amerika, Fred Mintz, 34 orang atlet Thai siap berjuang di Manila. Pelari jarak pendek dan menengah menargetkan 12 medali emas. Harapan, antara lain, tertumpu pada pelari wanita Raevadee Srithao di nomor 400 meter dan 400 meter gawang. Ada pula atlet Sukanya Saeng-Ngern yang catatan waktunya 59,06 detik di nomor 400 meter -- - masih di bawah rekor Ester Sumah asal Jawa Timur yang 58,21 detik. Di nomor l00 meter Muangthai akan menerjunkan pelari Ratjai Sripetch. Cewek ini punya catatan waktu 23,60 detik di nomor 200 meter. Untuk estafet putri 4 x 400 meter tim mereka mencatat 3 menit 40,31 detik. Sebagai perbandingan, atlet Indonesia Rita Pattipeilohy di nomor 200 meter mencatat waktu 25,10 detik dalam kejurnas atletik di Jakarta, dua pekan lalu. Pelari pria yang tak bisa dipandang enteng adalah Visut Wattanasin. Pada nomor 100 meter, Visut, 27 tahun, yang telah menjadi atlet nasional sejak 1984, mempunyai catatan waktu 10,5 detik. Prestasi yang sama juga dibuat sprinter Indonesia, Mardi Lestari, dua pekan lalu. Namun, perlu juga diingat, dua tahun lalu Mardi pernah mengukir waktu 10,2 detik untuk 100 meter. Pelari lain yang dijagokan adalah Pongsak Wacharakup di nomor 200 meter. Nomor lompat jauh, loncat tinggi, dan dekatlon ditangani pelatih asal Soviet. Di bidang atletik inilah Muangthai sangat optimistis. "Berilah kami waktu 4-5 tahun lagi. Muangthai akan sebaik Jepang, Cina, dan kedua negara di Korea," kata Ketua Tim Pelatih Atletik, Surapong Ariyamongkol. Setelah melihat kemajuan itu, Ketua Perkumpulan Atletik Amatir Muangthai, Marsekal Udara Kaset Rojananil, menjanjikan pada anak-anak asuhnya yang menggondol emas diberi bonus menawan, melebihi cabang olahraga lain. Di cabang yang lain itu, menurut sumber TEMPO, bonus sekitar Rp 15 juta untuk perseorangan, dan Rp 23 juta bagi pemain tim. "Mereka yang bekerja di angkatan bersenjata dan lembaga pemerintah akan diberi kenaikan pangkat," kata Kaset. Widi Yarmanto dan Yuli Ismartono (Bangkok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini