DI hari-hari mendatang ini, PSSI tampaknya bakal lebih banyak berkutat soal suap, ketimbang membahas sepak bola Indonesia yang makin tenggelam prestasinya. Setelah pemain, kini giliran wasit yang dituding melakukan perbuatan cela itu. Kali ini yang menggebrak adalah Andi Darussalam manajer PSSI senior yang Rabu pekan lalu mendapat teguran dari PSSI berupa peringatan keras. Pasalnya, Andi mencaci maki wasit berpredikat FIFA, Soetojo Hartosardjono, yang memimpin partai PSSI A vs Australia di turnamen Piala Kemerdekaan IV dan berakhir dengan ricuh di Senayan, Agustus lalu. Pertandingan yang menentukan itu berakhir 1-0 untuk kemenangan tim Australia. Dengan hasil ini, tim tuan rumah gagal maju ke babak final. Usai pertandingan, diwarnai pula dengan pelemparan botol aqua oleh kiper cadangan Ponirin Mekka, yang tak puas melihat kepemimpinan wasit Soetojo yang dianggapnya tak becus sehingga PSSI A harus kalah. Maka, Andi Darussalam pun meradang. "Saya di kerjain. Dan saya punya bukti wasit menerima suap," tutur Andi sambil menunjukkan sebuah surat dari seseorang yang mengaku bernama Abun, yang bertempat tinggal di Jakarta Kota, Beos. Surat yang ditujukan kepada manajer PSSI A itu bertanggal 16 Agustus 1988 -- tiga hari setelah terjadinya insiden yang mencoreng wajah PSSI itu. Pada sampul surat itu tertempel prangko Rp 350 dengan stempel pos tertanggal 18 Agustus 1988. Isinya, antara lain, orang yang bernama Abun itu mengaku bahwa dia seorang petaruh. Dan dia mendapat informasi bahwa seorang petaruh asal Semarang sudah menyuap wasit. Betulkah wasit sudah menerima suap? "Semua tuduhan suap itu tidak benar. Semua orang memang gampang menuduh. Kalau hanya menuduh, semua orang bisa melakukannya," jawab Soetojo, yang sudah menjadi wasit sejak tahun 9969. Pegawai Kanwil Departemen P & K Kodya Semarang itu-yang juga menjabat ketua Komisi Wasit Komda PSSI Ja-Teng -- memang mengakui pernah dihubungi cukong suap untuk mengatur skor. "Saya sudah 10 kali dihubungi bandar judi. Tapi semua saya tolak," katanya lagi Soetojo -- pernah terpilih menjadi wasit di putaran final kejuaraan dunia yunior Coca-Cola di Chili 1987 -- akhirnya memulangkan pcrsoalan ini kepada PSSI. "Biarlah PSSI yang, menilainya. Saya memimpin sesuai dengan aturan pertandingan dan perwasitan" kata pria berusia 40 tahun itu. Ketua Komisi Wasit PSSI Jopie de Fretes jelas-jelas mendukung sikap anak buahnya itu. "Mereka sebenarnya awam dalam sepak bola dan cuma mencari kambing hitamnya pada wasit," kata Jopie dengan nada jengkel. Ia sendiri sudah memberikan instruksi kepada Soetojo agar bersikap jujur dan adil. "Sebab, kalau kita membela tim Indonesia, wasit akan dicoret dari daftar FIFA. Pengawasnya 'kan dari FIFA," ujarnya lagi. Karena itu, ia melihat tak ada alasan untuk menindak wasit Soetojo. "Pertandingan itu bcrsih dan tak ada apa-apa di baliknya. Sayalah yang ahli melihat suatu pertandingan. Bila Soetojo dihukum, saya akan menentangnya," tutur Jopie bersemangat. Semuanya ini memang masih gelap. Siapa si Abun sebenarnya, misalnya. Juga belum jelas, mengapa Andi Darussalam begitu saja mempercayai informasi lewat surat, yang siapa pun bisa melakukannya. Namun, bahwa saat ini kondisi perwasitan Indonesia memang pantas mendapat kartu kuning, diakui banyak pihak. Berbagai kericuhan dalam beberapa pertandingan Piala Liga yang kini berlangsung -- karena kurang tegasnya wasit -- membuktikan kerunyaman itu. AKS, Bachtiar Abdullah (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini