SEPAK bola Indonesia kini memang benar-benar tontonan komplet. Bukan cuma permainan sepak bola saja yang bisa ditonton, tapi juga sering adu tinju atau adu kungfu. Malah kalau beruntung, penonton pun bisa ikut "berpartisipasi": menyerbu salah satu pihak yang dijagoi. Suguhan lain: dagelan di lapangan hijau. Ini bukan berarti pelawak Jojon atau Basuki yang main sepak bola, tapi pemain sungguhan -- termasuk yang kaliber nasional -- yang "bermain-main" mengecoh penonton, seakan-akan bermain serius. Salah satu penggalan "drama" itu terjadi ketika tim PSMS menghadapi Persib dalam kompetisi perserikatan PSSI 1987-88, yang berakhir April lalu. Jojon, sebutlah begitu nama pemain Bandung yang menggiring bola memasuki daerah penalti lawannya. Dia dihadang bek PSMS, Basuki (bukan nama sebenarnya). Jojon kemudian berbisik. "Ayo, longgarkan pertahananmu." Tapi Basuki tak mengerti aba-aba itu. Ia tetap saja ngotot merebut bola. Dan berbarengan dengan perebutan bola itulah kedua pemain "berunding" di tengah lapangan. Menurut Jojon, sebelum pertandingan dia sudah menyerahkan uang Rp 2 juta kepada salah seorang penyerang PSMS. Uang itu berasal dari pengurus Persib, dan diberikan dengan imbalan agar anak-anak Medan bermain kalah. "Ah, kenapa saya bisa tidak kebagian?" kata Basuki mengeluh. Segera Basuki berlari mendekati rekannya. Ia merengek meminta bagiannya. Maka, pertandingan pun diwarnai dengan keributan tuntut-menuntut soal pembagian uang suap. Hal di atas terungkap lewat pengakuan beberapa pemain PSMS, yang sejak akhir pekan lalu diperiksa oleh sebuah tim Polda Sum-Ut. Menurut Amran Ys., wakil manajer tim waktu itu, permainan anak asuhnya ketika itu kehilangan kendali. "Saya tak tahu kenapa mereka bermain buruk," kata Amran Ys. kepada TEMPO. Akhirnya, menurut penjelasan yang diterima tim Polda Sum-Ut itu, diketahui bahwa penampilan PSMS jelek karena segelintir pemain lainnya menerima "balas jasa" dari perserikatan lainnya, asal tidak kalah menghadapi Persib. Karena itu, pantas anak-anak Medan bermain tak keruan. Tapi -- ini anehnya -- sebagian pemain Bandung ternyata tampil loyo dan tak bernafsu mencetak gol. Padahal, itulah pertandinan yang sangat menentukan untuk Persib. Pertandingan itu berakhir 0-0. Persib pun tersisih. Buntutnya, pengurus Persib ribut dan menuduh 5 pemainnya kena suap. Kasus ini sampai sekarang tak jelas juntrungannya. Mamek Sudiono -- ini nama yang sebenarnya -- penyerang PSMS yang biasanya diturunkan pada babak ke-2 PSMS, ternyata pernah melakukan "pengkhianatan". Ia membobolkan gawang Persija dalam kompetisi 1986-87. Padahal, sebelum pertandingan, 11 pemain Medan -- tak termasuk Mamek -- sudah diatur Alien, seorang cukong suap asal Medan yang kini buron, supaya kalah 0-2. Skenario itu berantakan gara-gara Mamek masuk hanya 15 menit menjelang pertandingan usai. Seorang pernain PSMS secara tak terduga mengirimkan bola lambung ke gawang lawan. Terjadi perebutan bola, dan Mamek menang. Dia mengekop dan bola masuk. Kontan Mamek melonjak-lonjak kegirangan di tengah lapangan. Sendirian. Tak ada teman-temannya yang datang memberi selamat dengan memeluknya. "Saya sedih dan bingung melihat teman-teman tak ada yang gembira setelah saya bikin gol," kata Mamek kepada TEMPO. Di kamar ganti pakaian, seorang pemain Medan tampak sedih. Banyak pengurus PSMS membujuk pemain tersebut melupakan peristiwa kekalahan 1-2 dari Persija itu. Ternyata, dalam pemeriksan yang dilakukan tim Polda Sum-Ut, pemain yang berwajah duka itu didamprat pemain lainnya. Soalnya, dialah yang memberi umpan matang kepada Mamek yang berakhir dengan gol. "Gara-gara kau, kita tak dapat duit lagi," kata para pemain tersebut. Pemeriksaan terhadap para pemain itu berlangsung atas permintaan PSSI. Ketua Tim Penanggulangan dan Pemberantasan Masalah Suap (TPPMS), Acub Zainal, sampai harus terbang ke Medan. Dan pada Sabtu 20 Agustus lalu, ia sendiri yang melaporkan pengaduan kepada Brigjen. Kunarto, Kapolda Sum-Ut. Dalam pengaduannya, terlampir laporan Amran Ys., yang disampaikan kepada TPPMS pertengahan Agustus lalu (TEMPO, 20 Agustus 1988). Laporan tersebut membeberkan pengalaman Amran sebagai pengurus PSMS sejak 1982 sampai awal 1987, yang mengikuti lika-liku suap. Di situ juga tercantum nama-nama cukong suap yang sudah membelit para pemain. Selain Alien ada Indra (Medan), Dayat, Marihot Nainggolan, Fachrizal (Bandung), Yumin, Leo Away, Herman Sugandi, Oui Jakarta). Dan nama-nama itu ternyata tak asing di kuping TPPMS. "Kami sudah lama tahu peranan mereka," kata Acub. Menurut dia, selama ini PSSI tak berdaya menyeret para cukong itu ke pengadilan, karena tak cukup bukti. Kini laporan Amran Ys. yang disertai bukti-bukti, "merangsang saya bikin pengaduan kepada Pak Kunarto," ujar Acub. Bukti-bukti itu di antaranya 7 lembar cek BRI Cabang Medan beserta 2 kaset rekaman pengakuan para pemain yang menerima suap. Bukti itu ternyata mengejutkan banyak pihak. Satu di antara yang kaget itu ialah Syarif Siregar. Dia seorang pengacara beken asal Medan yang disebut-sebut pernah menjanjikan Rp 37,5 juta kepada para pemain PSMS yang berlaga di turnamen Marah Halim Cup 1988. Janji itu diucapkan di restoran Alor Star Medan, kepada 4 pemain PSMS. Sebagai persekot, ia memberi Rp 500 ribu. Tahap berikutnya, Syarif, yang pernah menjadi ketua PSMS pada tahun 1982, akan menambahkan Rp 10,5 juta. Amran ternyata berhasil membujuk pemain untuk menyerahkan uang haram itu kepadanya. Lalu ia memasukkan uang itu ke rekeningnya di BRI. Belakangan, uang itu dicairkan para pemain dengan cek yang ditandatangni Amran Ys. Itulah bukti tadi. Syarif membantah tuduhan itu. "Saya terkejut dituduh macam-macam," katanya kepada TEMPO. Ia sampai akhir pekan lalu memang belum ikut diperiksa. Namun, yang menggembirakan adalah janji Kunarto. Dia akan memeriksa kasus suap itu sampai tuntas daiam tempo sebulan. Tekad itu dilontarkannya karena, seperti disebut Acub, Kunarto kecewa dengan penanganan kasus suap yang pernah dltangani pihak berwajib. Dan Kunarto tampaknya tidak main-main. Untuk menjaga jangan sampai ada pemain yang menarik keterangannya di pengadilan nanti, maka mereka diminta menuliskan pengakuannya sendiri. "Mudah-mudahan, penjelasan para pemain dari Medan itu bisa membongkar kasus suap secara nasional," kata Acub. Ini memang tantangan panjang. MS (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini