Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sisa Yang Kurang Memuaskan

Persija minus pemain inti kalah melawan Hjuk Split (Yugo) dan Brno (Ceko). Barisan belakang lemah, tak mampu membangun serangan.

1 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEUTUHAN team dan ketrampilan perorangan yang tersisa bagi Persija - minus pemain inti yang masuk pelatnas Pre World Cup -- memang tak lebih daripada rimah. Mendapat kesempatan menguji kebolehan pemain sisa itu lawan kesebelasan Hajduk Split, Yugoslavia, dan Brno, Cekoslowakia di stadion utama, Senayan pekan lalu, keduanya berakhir dengan kemurungan. Lawan Hajduk Split kalah 3-2. Lawan Brno kalah 5-0. Ketimpangan langgam permainan Persija di semua lini dalam menghadapi kedua lawan berpengalaman itu, sudah bisa diduga dari semula, memang. Mengingat kwalitas perorangan yang dipadu dalam tempo yang pendek saling terpaut dalam jarak. Baik dari segi teknik maupun pengalaman. Di barisan penyerang tugas yang dibebankan pada Suhanta, Taufik Saleh, dan Abdul Manaf atau Junius Seba masih tampak kurang terjalin rapi. Masing-masing ingin memperlihatkan kebiasaan perorangan ketimbang melakukan gebrakan di area pertahanan musuh dalam suatu keutuhan kerjasama. Sering ujung tombak Taufik Saleh atau Chaerul lepas dari penjagaan lawan dan mendapat posisi yang baik untuk menyelesaikan suatu serangan. Tapi lantaran bola yang digiring dari rusuk kiri maupun kanan langsung dikirimkan tanpa membaca situasi, akibatnya operan tersebut hampir selalu tak mencapai tujuan. Kalau pun ada yang mengena sasaran, namun itu sudah tak memungkinkan kawan untuk berbuat banyak. Pemain belakang musuh sudah menutup semua kebocoran. Kerjasama musuh yang rapi itu adalah cermin permainan team Brno. Tidak jarang mereka mengurung Persija dalam ruang gerak ' separoh lapangan. Akan Hajduk Split, ternyata tidak begitu merisaukan. Terutama bila permainan sudah meningkat babak kedua. Dibandingkan pemain Brno, mereka kelihatan kurang cepat menyesuaikan diri dengan suhu Jakarta - sebelum mereka berangkat ke Indonesia, suhu di Yugoslavia menunjukkan angka 10 derajat Celcius di bawah 0 Sementara di Jakarta sekalipun hujan mulai mengguyur, namun temperatur tetap berkisar antara 27 derajat sampai 30 derajat Celcius. Tapi untuk babak pertama, Hajduk Split tampaknya bukan tandingan bagi Brno dalam merobek pertahanan Persija. Tak ada gerakan mereka yang tidak merepotkan kiper A.A Rake. Lemah Tapi kerepotan A.A Rake tidak terlepas dari gambaran permainan barisan belakang Persija yang dipikul oleh kwartet Dananjaya atau Aun Harhara, Ramli Laming, Matui, dan Makmun. Dari empat serangkai ini yang agak terpuji cuma permainan poros halang, Makmun. Ia tampak melakukan tugas dengan baik dalam menambal kebocoran yang ditinggalkan back kiri atau kanan. Ia juga seorang yang lugas dalam mematikan serangan lawan. Tapi tidak kasar. Agak berbeda dengan Matui atau Ramli Laming yang sedikit bertemperamen 'panas', dan lamban dalam gerak. Cegatan mereka memang sering merepotkan musuh. Namun bila lawan berhasil meloloskan diri, mereka kelihatan repot dalam membuntuti dan menghadang kembali. "Barisan belakang Persija lemah dan kurang terkordinir", komentar pelatih Brno, Masopust. "Sehingga kiper yang terbaik pun akan kewalahan menyelamatkan gawang dari serangan yang bertubi-tubi". Jika lawan mampu membangun serangan bertubi-tubi, sebaliknya Persija. Karena tugas penghubung yang ditangani oleh Rachman Halim dan Sumirta kurang memotori gerak penyerangan. Hingga tidak jarang pemain depan terpaksa menjemput bola jauh ke belakang. Akibatnya, serangan baru tersusun separoh jalan, lawan sudah berhasil mematahkannya. Pelatih Persija, Bob Hippy bukan tak membaca kelemahan itu. Tapi materi pemain dengan teknik yang belum saling mendekati - apalagi bila dibandingkan dengan pemain inti, seperti Iswadi dkk -- cukup merepotkannya untuk menutupi lobang kelemahan. Kekurangan ini tampaknya tak terlepas dari cermin kompetisi masa lalu yang kurang teratur. Pengurus baru Persija di bawah pimpinan Urip Widodo patut memahami pelajaran ini. Jika ingin melihat Persija dengan atau tanpa Iswadi dkk tetap merupakan kesebelasan yang disegani. 20 Desember - 15 Desember lalu, Asosiasi Pabrik Besi-beton Seluruh Indonesia (APBESI) menyelenggarakan rapat di Jakarta. Hasilnya: 29 pabrik besi-beton seluruh Indonesia mulai 22 Desember menghentikan produksinya - 20 pabrik dalam rangka PMD dengan investasi Rp 57,270 milyar dan 8 pabrik PMA dengan investasi Rp 30.660 milyar. Satu lagi: Krakatau Steel. Di luar Krakatau Steel, 28 pabrik mempekerjakan 7.000 tenaga kerja. Menurut beberapa pimpinan APBESl, penghentian produksi secara sukarela itu yang diambil dengan aklamasi itu adalah karena terpaksa oleh keadaan dan belum diketahui sampai kapan akan berlangsung. Yang jelas penjualan hasil produksi masih dilakukan sampai habisnya persediaan besi-beton yang kini tertumpuk di pabrik-pabrik. Sekitar 70.000 ton besi-beton kini tertumpuk tak terjual lantaran terbatasnya pemasaran dan harga jual di pasaran yang jauh di bawah harga pokok pabrik. 21 Desember - Presiden Soeharto menyarankan agar rencana peningkatan wisatawan asing sebanyak 600.000 orang tahun 1977 dapat dilaksanakan bertahap. Harapan itu disampaikan ketika menerima hasil seminar "Pengembangan Industri Pariwisata Indonesia" yang dilaporkan oleh Menteri Perhubungan Emil Salim. Kata Menteri Emil Salim Badan Pengembangan Pariwisata Nasional (Bapparnas) yang dulu dipimpin Dirjen Pariwisata Prajogo kini sudah direorganisasi dan langsung dipimpinnya sendiri. Ia juga menegaskan, "kebijaksanaan satu pintu" (one gate policy) kini tidak ada lagi. Itu berarti "wisatawan bisa langsung masuk lewat Jakarta, Medan atau Denpasar" - tidak lagi harus melalui Jakarta sebagai satu-satunya pintu. Ini berarti mengubah kebijaksanaan semula. 23 Desember - Berlaku sejak 1 Januari tahun 1977, pemerintah menetapkan pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal, PT Dana Reksa dan prosedur kerja Pasar Modal. PT Dana Reksa oleh Presiden ditugasi membeli saham-saham di bursa tersebut untuk dijual kepada umum dalam bentuk pecahan sahamsaham kecil yang bernilai nominal Rp 10.000. Untuk itu Dana Reksa dimodali Rp 10 milyar yang secara bertahap akan ditingkatkan menjadi Rp 50 milyar. Sehubungan dengan itu, perusahaan-perusahaan swasta yang bonafide akan didorong menjual sahamnya di bursa tersebut, dengan mendapat keringanan pajak (tax holiday) bila menjual saham sampai jumlah tertentu. Untuk menilai keadaan perusahaan yang akan menjual saham-sahamnya, akan dibentuk Pelaksana Pasar Modal.  - Berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 449 bekas-bekas anggota DI/TII dan PRRI Permesta dinyatakan mendapat hak pilih dan dipilih dalam Pemilu tahun depan. Sementara bekas tapol G30S/PKI golongan C (yang semuanya telah dilepas) hanya mendapat hak pilih tanpa hak dipilih, golongan B sama sekali tak mendapat kedua hak tersebut DI/TII - singkatan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia - berkembang tahun 50-an di Jawa Barat, Jawa Tengah Sulawesi Selatan dan Aceh, yang tahun 1949 memproklamirkan "Negara Islam Indonesia". Mereka membelot terhadap kekuasaan pemerintah yang sah sebagaimana PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera Barat dan Permesta (Perjuangan Semesta) di Sulawesi Utara (1956).  - Untuk melindungi produksi dalam negeri, mulai 1 Januari 1977 pemerintah akan membatasi kegiatan para importir, terutama yang mengimpor tekstil jadi, dan kemungkinan (setelah diteliti) juga bahan baku tekstil sintetis serta besi beton. Menurut Menteri Sekneg Sudharmono, ini bukan berarti larangan impor, melainkan menambah beban para importir. Maksudnya: kalau harga produksi dalam negeri karena sesuatu sebab sangat tinggi, atau kebutuhan tidak mencukupi, maka beban impor tersebut dapat dikurangi secara bertahap sampai hasil produksi dalam negeri mencukupi, atau harganya menurun. Kalau sudah demikian, maka pemerintah akan menaikkan lagi beban impor. Untuk pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, barang-barang akan diikuti terus-menerus (dan mempertimbangkannya dari segi penawaran, permintaan maupun harga) sehingga bukan hanya produsen yang dilindungi tapi juga konsumen. Dalam hal ini pemerintah mengharapkan agar pengusaha dalam negeri menekan biaya produksi sehingga harganya tidak terlalu tinggi dibanding harga barang Impor yang sejenis. 24 Desember - Sejak minggu pertama Desember, kegiatan perkumpulan keagamaan Kristen "Siswa-siswa Alkitab/Saksi Yehovah" telah dinyatakan terlarang di seluruh Indonesia, karena dianggap ajaran-ajarannya bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Pertimbangan lain: sikap dan kegiatan para pengikutnya menyimpang dari kebijaksanaan dan politik pemerintah. Pelarangan tersebut termaktub dalam Surat Keputusan Jaksa Agung No. Kep. 129/JA/12/1976

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus