KA Bulog Bustanil Arifin benar. Peristiwa Budiadji, seperti
dikatakannya merupakan soal kecil bila dibandingkan dengan
bisnis Bulog yang raksasa (lihat TEMPO, 18 Desember). Selain
mengurus masalah pengadaan dan penyaluran beras, gandum, gula
dan pendirian puluhan gudang beras modern, badan yang
dipimpinnya juga mengurusi soal ternak dan pengadaan daging
untuk Jakarta. Yang terakhir ini dimulai tak begitu lama setelah
terjadinya peristiwa pembakaran Proyek Senen di awal 1974, yang
mengakibatkan terganggunya penyaluran bahan pangan termasuk
daging.
Maka Presiden menginstruksikan Bulog agar bisa menjaga
kestabilan harga daging sapi, terutama untuk memenuhi kebutuhan
di hari-hari Lebaran. Di tahun 1974 itu juga timbul sengketa di
antara pengusaha Amerika pemilik modal ranch PT United
Livesstock yang letaknya sekitar 60 Km dari Pare-Pare di
Sulawesi Selatan. Karena sengketa tak bisa diatasi, maka ranch
yang memiliki tanah konsesi seluas 120 Ha itupun ditawarkan pada
yang berminat seharga Rp 110 juta. "Ini murah sekali", kata
Bustanil Arifin. "Sebelum diambil orang lain, buru-buru Bulog
membelinya".
Padang ternak milik Bulog itu sehari-harinya diurus oleh
pengusaha ternak Gunawan, pemilik PT Bumi Tirta yang tergolong
top dalam perdagangan ternak saat ini. Kini, menurut seorang di
Bulog, ada sekitar 4.000 sapi di sana, yang setiap waktu siap
untuk diangkut ke Jakarta kalau harga daging melompat naik.
Menurutnya, ketika ranch itu dibeli sapinya belum sebanyak itu.
Usaha bersapi-sapi itu kemudian bertambah, ketika PT Andini
Sakti -- milik yayasan karyawan Bulog 'Kekal' membeli tanah
seluas 30 Ha di kecamatan Cibitung, Bekasi. Menurut Brigjen
Hartono yang berhenti menjadi direktur Andini Sakti sejak bulan
Juni lalu, harga yang diterimanya "bersih 300 juta rupiah".
Termasuk dalam biaya itu adalah kandang dari kayu yang bisa
menampung 1.000 ekor ternak, sebuah karantina hewan untuk 15
ekor sapi, bangunan kantor dan perumahan karyawan sederhana.
Kabarnya hingga sekarang baru 5 Ha yang digunakan, termasuk 3 Ha
untuk penanaman rumput gajah. Selebihnya masih berujud sawah dan
kebun rambutan.
Mengingat jaraknya yang dekat, Andini Sakti juga memasukkan
ternaknya ke Jakarta ketika kebutuhan daging menjelang Lebaran
Haji meningkat lebih dari 2 kali. Sekarang usaha karyawan Bulog
itu kabarnya baru bisa memasukkan sapi 500 ekor dari Kupang.
Sedangkan kebutuhan untuk Jakarta ketika itu sekitar 5.000 sapi.
Losmen
Suplai terbesar untuk mengisi kebutuhan Jakarta datang dari PT
Bumi Tirta, perusahaan ternak Nusa Indah dan anggota Pepehani
(Persatuan Pedagang/Peternak Hewan Nasional Indonesia) partner
Bulog dalam pengamanan harga daging untuk Jakarta. Khusus
selama 3 hari Lebaran, para pedagang ternak itu juga memperoleh
kredit ringan dengan bunga setengah persen untuk sebulan saja
dari Bank Duta Ekonomi."Sayangnya kredit itu hanya Rp 50 juta
yang harus dibagi antara sekian banyak pedagang hewan", kata
seorang pengurus Pepehani pada TEMPO. Pengurus Pepehani itu juga
menyayangkan "Bumi Tirta yang sudah kuat itu juga pernah
kebagian kredit Rp 20 juta", katanya. "Ini pernah diprotes para
anggota Pepehani".
Bicara soal stabilisasi harga daging untuk Jakarta, orang
Pepehani itu beranggapan Bulog belum banyak berperan. amun
begitu Hartono yang pensiunan ABRI itu berpendapat lain.
"Mungkin Bulog berhasil dalam stabilisasi harga", katanya. "Tapi
tugasnya untuk membina pedagang ternak yang masih kecil belum
tercapai". Mengambil contoh Andini Sakti, Hartono mengatakan
perusaham ternak yang pernah dipimpinnya itu "justru didirikan
untuk mengkoordinir para pedagang ternak kecil agar bisa
mengimbangi Bumi Tirta".
Memang menurut observasi wartawan TEMPO yang hingga kini mampu
memanfaatkan 'losmen sapi" di Bekasi itu juga baru terbatas
pada juragan sapi yang termasuk besar. Sedang yang kecil
biasanya langsung melever sapinya yang tak banyak itu ke rumah
potong milik DKI Jaya. Itupun kebanyakan tanpa bisa
mengembalikan bobot sapinya yang turun selama dalam perjalanan
naik kapal atau kereta-api dari Surabaya.
Adapun perusahaan ternak Bumi Tirta sendiri makin berkembang.
Selain bekerjasama dengan Bulog, perusahaan itu juga melakukan
usaha patungan dengan penyalur daging PT Kem Foods di Kebayoran,
Jakarta, PT Bumi Tirta telah membangun sebuah rumah potong yang
modern di Bekasi juga. Bernama PT Sampico Adhi Abattoir, rumah
potong itu setiap harinya memotong 10 sampai 15 sapi untuk
dilever dengan truk pendingin ke toko Kem Foods.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini