Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Daging sapi bulog

Bulog membeli peternakan sapi di pare-pare, sulawesi selatan. pt andiri sakti, memperluas tanah ternaknya di cibitung. pt bumi tirta pensuplai daging untuk jakarta. perlu pembinaan pedagang ternak kecil.

1 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KA Bulog Bustanil Arifin benar. Peristiwa Budiadji, seperti dikatakannya merupakan soal kecil bila dibandingkan dengan bisnis Bulog yang raksasa (lihat TEMPO, 18 Desember). Selain mengurus masalah pengadaan dan penyaluran beras, gandum, gula dan pendirian puluhan gudang beras modern, badan yang dipimpinnya juga mengurusi soal ternak dan pengadaan daging untuk Jakarta. Yang terakhir ini dimulai tak begitu lama setelah terjadinya peristiwa pembakaran Proyek Senen di awal 1974, yang mengakibatkan terganggunya penyaluran bahan pangan termasuk daging. Maka Presiden menginstruksikan Bulog agar bisa menjaga kestabilan harga daging sapi, terutama untuk memenuhi kebutuhan di hari-hari Lebaran. Di tahun 1974 itu juga timbul sengketa di antara pengusaha Amerika pemilik modal ranch PT United Livesstock yang letaknya sekitar 60 Km dari Pare-Pare di Sulawesi Selatan. Karena sengketa tak bisa diatasi, maka ranch yang memiliki tanah konsesi seluas 120 Ha itupun ditawarkan pada yang berminat seharga Rp 110 juta. "Ini murah sekali", kata Bustanil Arifin. "Sebelum diambil orang lain, buru-buru Bulog membelinya". Padang ternak milik Bulog itu sehari-harinya diurus oleh pengusaha ternak Gunawan, pemilik PT Bumi Tirta yang tergolong top dalam perdagangan ternak saat ini. Kini, menurut seorang di Bulog, ada sekitar 4.000 sapi di sana, yang setiap waktu siap untuk diangkut ke Jakarta kalau harga daging melompat naik. Menurutnya, ketika ranch itu dibeli sapinya belum sebanyak itu. Usaha bersapi-sapi itu kemudian bertambah, ketika PT Andini Sakti -- milik yayasan karyawan Bulog 'Kekal' membeli tanah seluas 30 Ha di kecamatan Cibitung, Bekasi. Menurut Brigjen Hartono yang berhenti menjadi direktur Andini Sakti sejak bulan Juni lalu, harga yang diterimanya "bersih 300 juta rupiah". Termasuk dalam biaya itu adalah kandang dari kayu yang bisa menampung 1.000 ekor ternak, sebuah karantina hewan untuk 15 ekor sapi, bangunan kantor dan perumahan karyawan sederhana. Kabarnya hingga sekarang baru 5 Ha yang digunakan, termasuk 3 Ha untuk penanaman rumput gajah. Selebihnya masih berujud sawah dan kebun rambutan. Mengingat jaraknya yang dekat, Andini Sakti juga memasukkan ternaknya ke Jakarta ketika kebutuhan daging menjelang Lebaran Haji meningkat lebih dari 2 kali. Sekarang usaha karyawan Bulog itu kabarnya baru bisa memasukkan sapi 500 ekor dari Kupang. Sedangkan kebutuhan untuk Jakarta ketika itu sekitar 5.000 sapi. Losmen Suplai terbesar untuk mengisi kebutuhan Jakarta datang dari PT Bumi Tirta, perusahaan ternak Nusa Indah dan anggota Pepehani (Persatuan Pedagang/Peternak Hewan Nasional Indonesia) partner Bulog dalam pengamanan harga daging untuk Jakarta. Khusus selama 3 hari Lebaran, para pedagang ternak itu juga memperoleh kredit ringan dengan bunga setengah persen untuk sebulan saja dari Bank Duta Ekonomi."Sayangnya kredit itu hanya Rp 50 juta yang harus dibagi antara sekian banyak pedagang hewan", kata seorang pengurus Pepehani pada TEMPO. Pengurus Pepehani itu juga menyayangkan "Bumi Tirta yang sudah kuat itu juga pernah kebagian kredit Rp 20 juta", katanya. "Ini pernah diprotes para anggota Pepehani". Bicara soal stabilisasi harga daging untuk Jakarta, orang Pepehani itu beranggapan Bulog belum banyak berperan. amun begitu Hartono yang pensiunan ABRI itu berpendapat lain. "Mungkin Bulog berhasil dalam stabilisasi harga", katanya. "Tapi tugasnya untuk membina pedagang ternak yang masih kecil belum tercapai". Mengambil contoh Andini Sakti, Hartono mengatakan perusaham ternak yang pernah dipimpinnya itu "justru didirikan untuk mengkoordinir para pedagang ternak kecil agar bisa mengimbangi Bumi Tirta". Memang menurut observasi wartawan TEMPO yang hingga kini mampu memanfaatkan 'losmen sapi" di Bekasi itu juga baru terbatas pada juragan sapi yang termasuk besar. Sedang yang kecil biasanya langsung melever sapinya yang tak banyak itu ke rumah potong milik DKI Jaya. Itupun kebanyakan tanpa bisa mengembalikan bobot sapinya yang turun selama dalam perjalanan naik kapal atau kereta-api dari Surabaya. Adapun perusahaan ternak Bumi Tirta sendiri makin berkembang. Selain bekerjasama dengan Bulog, perusahaan itu juga melakukan usaha patungan dengan penyalur daging PT Kem Foods di Kebayoran, Jakarta, PT Bumi Tirta telah membangun sebuah rumah potong yang modern di Bekasi juga. Bernama PT Sampico Adhi Abattoir, rumah potong itu setiap harinya memotong 10 sampai 15 sapi untuk dilever dengan truk pendingin ke toko Kem Foods.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus