Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pameran, Ya. Ekspor, Tidak Pameran, Ya. Ekspor, Tidak Pameran, Ya. Ekspor, Tidak

Untuk menggalakkan produksi dan ekspor pemerintah berkali-kali mengadakan pameran. Terakhir pameran di Jeddah Palace Hotel, Arab Saudi. Tapi untuk ekspor kekurangan modal. kredit masih seret.

1 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKAN hanya industri besi beton dan tekstil yang sedang senin-kemis. Suasana tidak menentu sudah merembet pula ke petani dan pengekspor anggrek. "Dari empat eksportir besar anggrek, tidak satu pun yang masih aktif sekarang ini", begitu diakui Sunarto, Kepala Divisi Ekspor Koperasi Anggrek Jakarta. Sementara itu banyak pula petani anggrek telah pindah usaha menjadi tukang batu, dagang sate dan berdagang sayur-mayur. "Ini akibat petani tidak percaya lagi atas promosi yang dilakukan pemerintah, karena kesulitan pemasarannya", begitu Sunarto menambahkan. Untuk menggalakkan produksi dan ekspor anggrek, pemerintah memang telah berkali-kali mengadakan pameran. April lalu, misalnya, di Jakarta diadakan Pekan Anggrek Nasional yang menghabiskan biaya Rp 86 juta. Sedang BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional) yang bernaung di bawah Menteri Perdagangan, beberapa waktu yang lalu juga mengadakan pameran di Jeddah Palace Hotel, Arab Saudi, bekerjasama dengan DKI Jaya dan Garuda. Meskipun pamerannya tidak sukses, namun khusus terhadap anggrek perhatian pengunjung sungguh luar biasa. Maklumlah, "anggrek baru pertama kali itu masuk ke Arab Saudi", kata seorang pengusaha anggrek yang ikut ke Jeddah. Bahkan pada waktu pameran dibuka ada seorang sheik yang kontan mau memborong semua anggrek yang dipamerkan. 2000 Seminggu Tawaran sheik itu terang saja tidak dapat dilayani oleh panitia. Kendati begitu, pameran dagang di Jeddah itu ternyata mendatangkan order yang lumayan besarnya bagi para pengekspor anggrek. "Ada perusahaan yang minta dikirimi 2000 tangkai anggrek seminggu", kata Sunarto. Harga tidak jadi soal. Malah kalau ada kesanggupan fihak Indonesia, perusahaan Trust Agency itu - yang berpusat di Jeddah - berminat membuka cabang di Ryadh, yang khusus melayani impor anggrek dari sini. Pasarannya adalah orang-orang asing di samping bangsawan-bangsawan Arab Saudi. Untuk tahap pertama, tawaran Trust Agency itu saja sudah cukup. Sebab jumlah yang diminta kira-kira sama dengan seluruh kemampuan produksi anggota koperasi anggrek Jakarta. Pokoknya, kata Sunarto, "pasaran Arab Saudi ini harus kita rebut". Penerbangan langsung Jakarta-Jeddah dengan pesawat Garuda memungkinkan ekspor anggrek yang cepat ke sana. Pesaing-pesaing yang kuat seperti Singapura dan Bangkok, sampai kini belum punya izin penerbangan langsung ke Arab Saudi. Menurut pengamatan wartawan TEMPO, Yunus Kasim, Arab Saudi kini memang kehausan kembang. Dengan biaya yang besar rumah-rumah di sekitar kota Jeddah-Baru mulai banyak ditanami rupa-rupa kembang. Di Jeddah, hanya terdapat satu toko bunga hidup milik seorang usahawan Libanon yang menjual kembang atau tanaman hias yang diimpor dari Negeri Belanda, seperti gladiol, chysant, mawar dan kembang basah lainnya. Anggrek, sampai kini belum tampak. Tapi meskipun sudah datang permintaan dari Jeddah, pelaksanaan ekspornya tampaknya masih sulit. Alasan para pengusaha anggrek Jakarta, kedengarannya memang klasik: kesulitan modal. Seperti dituturkan Sunarto, untuk minta kredit kepada bank swasta terbentur persyaratan teknis perbankan. Sementara bank pemerintah sendiri belum ada yang bersedia membantu. Padahal untuk mulai mengekspor diperlukan modal minimal Rp 25 juta sebagai modal kerja, biaya pengemasan, transpor dan ekspedisi. Makanya dengan nada jengkel, sang ketua koperasi anggrek itu berkata: "Anggrek hanya dipromosikan, tapi mana fasilitasnya? Kredit Rp 25 juta untuk eksportir lemah yang dijanjikan dalam paket ekspor 1 April lalu belum ada yang kecipratan ke pengusaha anggrek". "Tampaknya kita baru senang show saja", tukas seorang pengurus koperasi yang lain. Sebagai perbandingan dikemukakannya bahwa untuk pameran-pameran anggrek itu pemerintah tak segan-segan mengeluarkan biaya jutaan rupiah, tapi untuk ekspor sepeser pun belum ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus