RAMBUTNYA gondrong, rapi. Juga cambang dan kumisnya lebat.
Wajahnya ganteng, simpatik, dan suka tersenyum. Tubuhnya tak
begitu besar, tapi atletis. Ia dengan cepat mengingatkan orang
pada wajah seorang bintang film daripada petinju. Dialah:
Gerardo Ferrat, 28 tahun, petinju prof asal Mexico yang
menduduki urutan ke-9 dalam daftar pentang juara dunia tinju
kelas Welter Ringan, gelar mana kini dipegang oleh petinju
Muangthai, Sansak Muangsurin. Berlainan dengan kebiasaan
petinju prof yang lain, Ferrat pun tak suka sesumbar dalam
menghadapi lawan. Ketika ditanya oleh wartawan olahraga Jakarta
dalam pertemuan pers di Hotel Sabang, pekan lalu, apakah ia akan
menjatuhkan Juara OBF, Wongsosuseno, 29 tahun dengan KO, Ferrat
menjawab: "Saya bertanding tidak khusus untuk itu. Pukulan KO
itu lebih banyak tergantung dari situasi pertandingan".
Sombrero
Naik ring di Istora Senayan, Kamis 15 Januari malam lampau
Ferrat dalam awal penampilan tak ayal mengundang simpati publik.
Memakai jubah tinju hitam ia tak lupa mengenakan sombrero
berwarna sama untuk kemudian dihadiahkannya kepada Wongsosuseno.
Sebaliknya, ia pun mendapat bingkisan dari manager lawannya,
Setyadi Laksono. Tapi, sikap Ferrat yang menawan itu ternyata
bukan jaminan dari prestasinya -- 52 kali bertanding, 42 kali
manang (31 di antaranya KO), 2 kali seri, dan 8 kali kalah.
Sebab lawannya. Wongso -- 28 kali bertanding, 26 kali menang,
dan 2 kali kalah (lawan Freddy Ramchie dan Chanakiat) -- cukup
ulet, meskipun kalah gesit.
Mengumpulkan angka untuk ronde pertama, dalam babak berikutnya
Ferrat mengalami kenyataan yang setimpal. Wongso mulai merangsek
wajahnya dengan pukulan. Silih berganti memegang kendali
pertandingan -- Ferrat untuk ronde 1, 4, 5, dan 9 Wongso dalam
ronde 2, 3, 7, dan 10. Dua ronde berakhir seri -- apa yang
disuguhkan kedua petinju itu tak ada yang terlalu memukau.
Ferrat, 63,8 kg yang semula diharapkan penonton akan menampilkan
seni tinju yang apik sesuai dengan prestasinya. Tapi ternyata
ketrampilannya tak begitu terpaut jauh dari Wongso. Kelebihannya
cuma terletak pada kelincahan kedua kakinya dan cara memasukkan
pukulan ke dalam pertahanan lawan yang rapat. Akan Wongso. 62,2
kg masih tetap mengandalkan pukulan tangan kirinya yang ampuh.
ertolak dari penilaian permainan yang imbang itu, hakim Rainier
Manoch (48-46), dan Kid Darlin (49-47) tak pelak lagi
memberikan kelebihan angka buat Wongsosuseno. Sementara Jorghi
menilai seri (49-49). "Seharusnya pertandingan tadi berakhir
seri", ucap Abdel Rojas, manager Gerardo Ferrat seusai
pertarungan. "Itu penilaian saya". Dan penilaian itu memang
sesuai dengan pendapat sementara penonton. Tapi sayang,
penilaian Rojas dan Jorghi ternyata tak mampu menolong diri
Ferrat. Sebab putusan terakhir terletak di tangan juri. Meski
kemenangan Wongsosuseno dengan bayaran 2.500 dollar AS atas
Gerardo Ferrat (6.000 dollar AS) dalam angka tipis, tapi
keberhasilannya itu telah mengangkat wajah tinju prof Indonesia
ke tempat terhormat. Sedang untuk dirinya sendiri, jalan buat
menantang juara dunia tinju versi World Boxing Council,
Muangsurin pun kian licin. "Mungkin pertandingan non-title
antara Wongso dan Muangsurin akan diadakan Maret depan", ucap
Sekretaris Komisi Tinju Indonesia (IBC). Rainier Manoch.
Terlarang
Partai lain dari seri pertandingan yang diselenggarakan IBC,
yang boleh dikatakan menarik adalah antara Rudy Siregar lawan
Alberto Cruz dari Pilipina. Rudy yang dipecundangi oleh Cruz,
tahun lalu pada malam yang sama berhasil menuntut balas. Meski
penampilan Rudy Siregar yang kini diasuh oleh Nyonya Her
Darmadi, tidak lagi serancak permainannya dengan Kid Bellel, 4
tahun lampau tapi ia jelas lebih baik dari pemunculannya
pertengahan 1975 silam. Kekurangan yang masih tampak pada
dirinya adalah dalam cara melontarkan jab kiri. Pukulannya tetap
tak berobah dari dulu: pukulan dengan punggung tangan. Suatu
cara terlarang dalam pertandingan. Anehnya, wasit Schneider
tidak pernah melakukan teguran mengenai cara yang dilakukan Rudy
itu.
Lepas dari sukses dan kekurangan-kekurangan petinju prof
Indonesia, IBC patut segera untuk mawas diri atas kelemahan
tersebut. Sebab hal itu akan merupakan promosi buruk di mata
lawan. Paling tidak bagi mereka yang dirugikan, tentunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini