Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Perempuan-perempuan

Pengarang: nh dini jakarta: dunia pustaka jaya, 1975 resensi oleh: goenawan mohamad.

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LA BARKA, Novel Nh. Dini, Penerbit: Dunia Pustaka Jaya, 205 halaman, Jakarta, 1975. *** RUMAH batu putih di tengah kebun cemara dan zautin itu disebut La Barka. Letaknya di desa Trans, di pantai Perancis Selatan. Pada suatu hari musim panas, datanglah ke sana Rina. Ia membawa anaknya yang masih kecil. Ia wanita Indonesia, asal Jawa, bersuamikan seorang insinyur Perancis. Ia ingin berlibur di rumah yang didiami Monique, sahabatnya itu. Perkawinannya tak berbahagia. Rina sedang dalam persiapan perceraian, sementara hatinya sudah tertambat oleh laki-laki lain.... Siapa yang telah membaca Pada Sebuah Kapal, novel Dini sebelum ini, dengan segera akan mengenali sesuatu yang berulang. Rina dalam La Barka nampak seperti wajah lain dari Sri dalam Sebuah Kapal. Suaminya yang insinyur Perancis juga wajah lain dari suami Sri, diplomat Vincent. Seperti namaya Sri, Rina mencerca suaminya ini. "Dua tahun aku berbahagia. Pada tahun ketiga, anak yang lahir, yang sebetulnya malahan menjadi pengikat halus antara suami dan isteri, justru selalu menjadi alasan bagi suamiku untuk mencetuskan kemarahan dan ketidaksenangan hatinya". Suaminya tak tahan tangis bayi. Kalimat-kalimatnya menyakitkan hati. Hubungan badan mereka terbatas dan menyebabkan Rina hanya merasa jadi alat. "Ataukah itu semua hanya bersifat alasan yang dibikin-bikin? Dicari-cari untuk menutupi sesuatu yang sesungguhnya?", tanya Rina melihat sikap suaminya. Tapi seperti halnya Sri -- Rina nampaknya tak berusaha melihat kemungkinan cacat di pihaknya sendiri. Ketika kemudian ternyata bahwa tokoh laki-laki lain yang dicintainya (kali ini wartawan, bukan pelaut) meninggalkannya, oleh Rina juga tak terfikir, mungkin ada sesuatu yang kurang pada dirinya -- atau pada perhubungan mereka. "Aku juga memiliki harga diri yang dengan perasaan hancur pun masih dapat kupertahankan", katanya, membantah setiap alasan yang bisa dipakai oleh sang kekasih. Sulitnya, harga diri biasanya kursnya ditentukan secara sefihak. Mungkin kesefihakan inilah yang menyebabkan tokoh Rina tak begitu simpatik. Ia nampaknya menarik garis-batas antara "aku" dengan "dia" orang lain, siapa saja secara tegas sekali. Dan wilayah terbesar adalah buat sang "aku". Tentu saja tak semua tokoh novel harus ditampilkan simpatik oleh penulisnya. Tapi setidaknya ia harus tidak menjemukan. Rina, sebaliknya, agak mencapekkan untuk diikuti terus-menerus. Merangsang Sebab yang terutama menyebabkan novel ini tak begitu memikat ialah karena kesefihakan Rina ternyata telah membuat cerita tak bergerak, luwes dan merangsang. Tokoh-tokoh banyak. Ada Monique, isteri Daniel. Ada Francine, isteri Rene. Ada Yvone, yang hidup bersama Guy, lelaki yang disebutnya sebagai "suami". Ada Christine, janda dari sebuah perceraian. Ada Sophie, wanita muda yang bebas dengan banyak lelaki. Mereka saling bertemu atau tinggal dalam La Barka. Mereka punya banyak persamaan: berputar, terantuk-antuk, pada lembaga perkawinan. Mereka berteman, bercakap panjang, bercinta atau cemburu-mencemburui. Tapi baik persamaan situasi, persahabatan, maupun konflik. ternyata tidak punya tindak-lanjut dalam perkembangan novel ini. Plot-nya statis. Dini hanya menjadikan perempuan-perempuan itu satu himpunan, di suatu tempat, di suatu waktu, dengan potongan-potongan biografi yang terpisah-pisah. Setidaknya tokohnya Rina, tak berhasil jadi tokoh yang memadukan perempuan-perempuan itu melalui satu sinthesis dalam posisinya sebagai pengamat peserta dan pelaku. Tokoh ini terlalu sibuk dengan dirinya. Rina misalnya menyatakan diri sebagai sahabat Monique, tapi ia tak terasa punya perasaan yang cukup kepada temannya itu. Tokoh Monique tak berdiri sendiri, tak memikat. Direbutnya kekasih Rina oleh Sophie juga cuma disebut menjelang akhir cerita, dan bagaikan sayup-sayup terdengar dari kejauhan: tak ada benturan yang melahirkan suatu perkembangan baru bagi cerita. Bahkan tak ada pemikiran kembali. Tak ada penyesalan. Rina tampak begitu yakin pada penilaiannya sendiri, hingga novel berakhir. Tapi ia tak berhasil meyakinkan kita, sebagaimana banyak orang yang memiliki kepercayaan tanpa pergulatan. Ia misalnya menampilkan diri sebagai ibu yang baik, namun tak terasa ada pertanyaan dalam dirinya tentang kehilangan apa bagi anaknya bila si ibu bercerai dari si bapak. Anak itu bahkan terasa hadir baginya bukan sebagai pribadi yang berdiri sendiri. Rina bukan saja tak pernah menyebut nama si anak sepanjang cerita ini, (melainkan selalu dengan "anakku"), tapi anak itu juga seolah bagaikan sekedar bayang-bayang ibunya. Padahal, sekecil apapun bocah cinta yang tulen akan membikinnya "hadir" tersendiri. Tapi itulah kesefihakan Rina. Sebagaimana ia mengecam suaminya, kecuali dalam hal menepati janji mengirim uang. Sebagaimana ia menyenangi La Barka, namun bisa menyesali Monique -- si empunya rumah -- yang gemar memasak, karena Rina ikut menanggung ongkos dapur. Otomat Yang agak meyakinkan mungkin cuma pendirian Rina ini: "Dari pengalaman kutahu, perkawinan bagiku tidak lagi merupakan tanda percintaan yang disatukan". Setelah perceraian, "aku akan hidup bersama dengan seorang laki-laki tetapi tidak untuk kawin lagi". Kalimat-kalimat itu agak meyakinkan, sebab itulah bagian riwayat Rina. Dan begitulah ia melihat krisis perkawinan di antara kenalan-kenalannya. Cuma khas tokoh ini pula untuk tidak bertanya: adakah lembaga perkawinan itulah yang tak tepat, bila sepasang laki-wanita kemudian hidup bagai "dua otomat yang tanpa berpikir maupun berkehendak"? Hidup bersama di luar perkawinan pun bisa begitu akhirnya. Mungkin waktu yang salah. Mungkin pula kesatu-fihakan manusia juga yang salah, hingga ia cuma mau menerima, tak memberi. Seperti Rina. Goenawan Mohamad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus