Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Stadion utama pun cedera

Pertandingan antara persib dan pelita jaya dalam kejuaraan piala utama siwo-pssi berakhir dengan ke rusuhan. suporter persib mengamuk dan merusak barang yang ada. wasit dianggap biang kesalahan.

1 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSERIKATAN punya teknik pas-pasan, tapi semangatnya tinggi dan pendukungnya amat fanatik. Karena itu, lapangan lebih ramai jika tim perserikatan berlaga. Galatama punya teknik lebih tinggi, tetapi semangatnya pas-pasan, pendukung fanatiknya tak ada. Stadion hampir lengang, apalagi pertandingan Galatama belakangan ini dicurigai bisa diatur. Bagaimana kalau tim perserikatan diadu dengan klub Galatama? Hasilnya, seperti yang terjadi Ahad malam lalu, adalah kursikursi Stadion Utama Senayan dibakar, kaca VIP Barat dipecah, mobil PSSI dijungkirkan dan dibakar, kaca-kaca mobil lain yang parkir di depan pintu utama dihancurkan. Kaca kantor PSSI compang-camping. Inilah ulah sebagian dari sekitar 50 ribu penonton yang beringas. Padahal, ini kejuaraan bergengsi yang disebut Piala Utama -- diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia dan PSSI. Kejuaraan yang baru pertama kali diadakan ini, selain memperbanyak jumlah pertandingan, sebenarnya bisa jadi ajang evaluasi untuk Galatama dan perserikatan, cara pembinaan mana yang terbaik. Piala Utama ini diikuti empat tim terbaik dari dua kubu sepak bola itu. Ternyata, perserikatan mampu mengimbangi Galatama -- universitasnya sepak bola Indonesia. Di babak penyisihan di Surabaya, misalnya, klub Galatama seperti Pupuk Kal-Tim dihajar habis Persebaya Surabaya dengan 0-3. Dan di Bandung, Arema Malang kena pukul 0-3 oleh Persija Jakarta. Bahkan Persebaya yang diperkuat tujuh pemain muda yang belum kenal lampu Stadion Utama Senayan pun mampu menggilas Krama Yudha Tiga Berlian dengan 3-1. Tapi harus diakui bahwa juara bertahan Galatama, Pelita Jaya, memang punya gigi dengan menaklukkan juara Perserikatan Persib dengan 2-3. Pada pertandingan inilah cacat itu muncul. Sejak peluit dibunyikan wasit I Wayan Sukardja, hujan batu, botol, dan benda apa saja sudah menyerbu lapangan. Di babak pertama, Alexander Saununu (Pelita Jaya), yang sedang berancang-ancang mengambil tendangan sudut, terpaksa lari ke tengah lapangan dan minta pertolongan petugas keamanan. Alex dihujani "benda-benda terbang" oleh pendukung Persib. Masih di lapangan, setelah akhir pertandingan, pemain Persib Ade Mulyono sempat memukul wasit. Jajang Nurjaman, Adjat Sudrajat, dan rekannya juga tampak mengejar wasit Sukardja. Wasit dinilai bersalah meloloskan gol ketiga Pelita Jaya lewat Bambang Nurdiansyah, yang menurut kubu Persib offside. Manajer Persib, Wardaya, sempat berteriak keras, "Apa itu Galatama, wasit disuap segala." Syukur, tak ada pemain cedera di Minggu malam itu. Pemain Pelita Jaya yang terkurung akhirnya bisa lolos dengan berbagai cara. Kapten Rully Nere terpaksa masuk dalam ambulans yang mengangkut beberapa penonton yang luka kena lemparan batu. Persib mengancam mogok untuk memperebutkan tempat ketiga. Namun, Senin pekan ini, ketika ditemui Gindo Tampubolon dari TEMPO, Wardaya menegaskan timnya tetap akan turun ke lapangan. Walau, "Protes kami ditolak". Inilah runyamnya sepak bola kita. Kalau kesebelasannya kalah, pendukung fanatiknya mencari-cari kesalahan. Dan biasanya wasit jadi sasaran. Ofisial dan pemain, celakanya, tak juga bisa bersikap kesatria dalam menerima kekalahan itu. Menjaga kericuhan di lapangan saja bukan main sulitnya. Dan kini, ditamhah lagi kerepotan baru: menertibkan penonton. Sudah begitu, kenyataan pahit lainnya adalah prestasi yang tak pernah lumayan. Akhirnya, siapa pun pemenang kejuaraan ini, entah itu tim perserikatan atau klub Galatama, agaknya tak lagi penting. Stadion Utama Senayan sudah cedera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus