Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Membantai sirup diare

Obat diare yang mengandung loperamid hcl dicabut ijin produksinya, karena dapat menimbulkan kematian pada bayi. dari evaluasi ylki, merek obat tersebut tidak mencantumkan batas usia penggunaan pada label.

1 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA jenis obat antidiare yang mengandung loperamid hidroklorida dicabut izin produksinya. Obat keras yang dibeli harus dengan resep dokter ini beredar dalam dua bentuk: tablet dan sirup. Yang dilarang sirup -- bentuk khas untuk anak-anak. Dalam waktu tiga bulan, terhitung sejak 14 November lalu, semua produk harus sudah ditarik dari peredaran. Tindakan ini, menurut Drs. Slamet Soesilo, Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, untuk pengamanan, bukan karena ada penelitian baru yang menunjukkan bahaya. "Nggak ditarik juga nggak apa-apa, tapi kita kan lebih baik hati-hati," katanya. Salah satu pertimbangan penarikan setelah meluasnya berita di Pakistan yang menyebutkan obat tersebut menimbulkan kematian pada bayi. "Tentang berita ini kita tidak mendapat informasi dari WHO," kata Slamet Soesilo. Dirjen yang setiap bulan mendapat data dari WHO (organisasi kesehatan sedunia) tentang penggunaan obat ini tak menerima konfirmasi tentang peristiwa di Pakistan. Akhir Oktober lalu YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) mengeluarkan siaran pers: obat diare loperamid HCl berbahaya bagi anak-anak. Siaran inilah yang mendasari pemberitaan di media massa. YLKI mengemukakan pengamatan dr. Tahir Bhutta dari Pakistan. Pada sebuah evaluasi, ia menemukan 21 bayi mengalami kelainan akibat loperamid HCl. Dan tujuh dari mereka itu meninggal dunia. Lalu ia menyimpulkan, antara lain loperamid HCl bisa mematikan saraf penggerak otot usus. Penemuan Bhutta sebenarnya sama sekali tidak baru. Loperamid HCl sudah lama diketahui berbahaya bagi bayi. Menurut ketetapan WHO, yang sudah lama beredar loperamid HCl tidak boleh diberikan pada bayi. Maka, di hampir semua negara termasuk di Indonesia, loperamid HCl dalam bentuk drop (tetes) untuk bayi tidak diproduksi. Kasus di Pakistan itu seluruhnya akibat loperamid HCl dalam bentuk drop -- yang agaknya boleh beredar diberikan pada bayi. Pernyataan Bhutta bahwa loperamid HCl bisa melumpuhkan saraf penggerak otot-otot usus juga tidak baru, bahkan ini meragukan. Konsepsi loperamid dalam mencegah diare: memblokir gerakan perilstatis usus (mekanisme buang air) dengan membius (bukan mematikan) saraf penggeraknya. Dengan begitu, buang air yang terus-menerus segera berhenti. Loperamid, derivat difenoksilat, dan turunan opium, memang tergolong obat saraf. Pada bayi serta anak-anak balita, susunan saraf yang mengatur mekanisme buang air belum lengkap. Indikasinya: mereka tak bisa menahan kencing dan berak. Karena itu, anak-anak balita masih mengompol dan berak di celana. Sulit dipastikan pada usia berapa anak-anak mampu menahan berak dan kencing. Biasanya, variasi usia itu antara dua dan lima tahun. Dan kemampuan ini melibatkan faktor-faktor psikis serta daya mengkoordinasikan gerakan otot-otot. Maka, sulit pula memastikan pada usia berapa susunan saraf pengatur mekanisme buang air itu sudah lengkap pada anak-anak. Memberikan loperamid pada bayi dan anak-anak balita, dengan sendirinya, jadi mengganggu pertumbuhan susunan saraf yang mengatur gerakan motorik saluran cerna. Karena itu, semua dokter tahu, obat saraf ini tak boleh diberikan pada bayi. Seperti obat saraf lainnya, termasuk obat penenang, loperamid juga tidak boleh diminum oleh ibu hamil karena membahayakan kandungannya. Pada anak-anak di atas lima tahun, dan orang dewasa, loperamid HCl bersifat menghentikan diare untuk sementara. Bukan untuk menyembuhkan. Dan itu diberikan tidak boleh lebih dari 48 jam. Tujuannya menghindari dehidrasi, yaitu tubuh kekurangan air, nutrisi, dan elektrolit -- akibat paling buruk adalah renjatan atau shock. Juga untuk menghindari komplikasi dan stres yang bisa memperhebat diare. Dehidrasi akibat diare adalah ancaman kematian paling utama pada bayi dan balita, karena tak bisa dicegah walau sementara. Untuk menghindari dehidrasi, pada bayi yang mengalami diare harus diberikan larutan garam oralit untuk menggantikan cairan tubuh. Ini satu-satunya cara. Diare, menurut penelitian mutakhir, memang belum ada obatnya. Penyebabnya adalah bakteri dan virus, bukan jenis yang bisa ditaklukkan dengan antibiotik. Maka, selama tidak menimbulkan komplikasi, diare dibiarkan. Biasanya, paling lama tiga hari berhenti sendiri, setelah penyebabnya terbuang justru melalui diare. Sementara ini, loperamid HCl satu-satunya media pencegah diare dalam menghindari dehidrasi dan komplikasi. Karena itu, tak aneh bila YLKI menemukan 70% dokter menggunakan loperamid HCl untuk mencegah diare. Hal ini terlihat dari 2.000 resep -- tak semua resep itu untuk diare -- yang diteliti YLKI. "Sebetulnya yang diminta YLKI bukan sampai penarikan," kata Zaim Saidi dari YLKI ketika dihubungi Sabtu pekan lalu. "Yang kami inginkan supaya obat itu digunakan untuk usia di atas lima tahun". Dasar usul itu adalah hasil evaluasi YLKI yang menunjukkan 16 dari 18 merek antidiare loperamid HCl yang beredar hanya dua yang mencantumkan batas usia penggunaan pada label dan kemasan obat. Dua menetapkan kontra-indikasi batas usia satu tahun. Dari tujuh sirup antidiare itu, hanya tiga yang mencantumkan batas dua tahun. Evaluasi YLKI memang berharga. Tidak dicantumkannya batas usia pada kemasan, menurut Slamet Soesilo, bisa membuat sirup salah digunakan untuk bayi. "Batas formalnya memang dua tahun. Namun, di banyak negara batas itu bervariasi antara dua dan lima tahun," katanya. Karena itu, ia merencanakan penetapan batas usia agar keamanannya mendekati limit. Dari sisi lain, menyusutkan jumlah jenis obat belum tentu jelek. Sudah lama sejak banyak jenis obat menimbulkan berbagai masalah. Apalagi timbul kompetisi tak sehat, justru itu menaikkan harga obat. Jim Supangkat dan G. Sugrahetty Dyan K.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus