Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

STE jadi ketat

Turnamen sarung tinju emas vi di lampung. hanya 47 lolos kualifikasi. syamsul anwar tak bisa naik ring gara-gara sakit perut. charles yeri setouw, irian jaya terpilih sebagai petinju terbaik. (or)

16 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SYAMSUL Anwar berharap menjuarai turnamen Sarung Tinju Emas (STE) kelima kalinya. Ia ternyata rubuh pekan lalu di wisma atlet, bukan di ring. Sehari sebelum final ia terserang diarhee - buang air besar dan muntah sebanyak 15 kali. "Heran saya kok muntah pepaya. Padahal saya tak memakannya," ujarnya. Guna-guna? Syamsul menduga begitu. Ketika ia dan pelatih Frans von Bronchkorst main bilyar seorang penggemarnya menyuguhkan teh pada mereka. Tawaran itu tak ditampiknya. Tak lama kemudian perutnya terasa melilit. Lalu muntah-muntah. Dokter menyuruh Syamsul diopname di rumah sakit. Tapi ia menolak. Saya kecewa sekali tak bisa naik ring," lanjut Syamsul. Sekitar 5.000 penonton yang memadati gedung olahraga Saburai, Tanjungkarang pada malam final STE, 9 Mei, tampak juga kecewa. Spesialis KO lainnya, Adi Suwandana dari Sasana Garuda Agung, Bali, naik ring tanpa lawan. "Hooo," ejek penonton sewaktu panitia mengumumkan pembatalan pertandingan partai kelas welter ringan itu. Syamsul yang malam itu seharusnya berada di ring tampak duduk bersama penonton lainnya, dan tak membuka mulut. Suwandana juga kesal. "Menang WO (walk-over) itu paling malu," katanya. "Mau senyum pun tak bisa " Syamsul pun malu rupanya, hingga tak muncul dalam upacara pemberian medali. Ia diwakili oleh rekannya dari Sasana Benteng AMI/ASMI Jakarta. Dari 11 partai yang dipertandingkan hanya sembilan partai yang berlangsung. Di kelas menengah dan berat ternyata tak ada peserta yang memenuhi syarat sama sekali. Mengapa? "Kami ingin mengembalikan kemurnian STE sebagai arena prestasi," kata Sekjen Yertina Tranggono SH. Untuk dapat mengikuti STE seorang petinju harus pernah mendapat medali di arena kejuaraan nasional, PON, STE, atau turnamen di luar negeri. Itulah sebabnya dari 103 petinju yang datang ke Tanjungkarang hanya 47 yang lolos kualifikasi. "Sedang itu pun, yang saya lihat fit cuma Frans Batuwael dan Winarto," komentar bekas juara STE (1978 dan 1979) Ferry Moaniaga. Pelatih nasional Benny Tandiono mengakui bahwa petinju STE yang turun kali ini masih lamban. "Soalnya penampilan puncak mereka diarahkan untuk PON dan SEA Games," katanya. PON X akan berlangsung September di Jakarta, sedang SEA Games di Manila dalam Desember. Bagi petinju yang tak lolos kualifikasi Ketua Penyelenggara STE VI Dhamita Harry menyediakan partai ekstra. Tapi cuma diikuti oleh 26 petinju. Sisanya jadi penonton tok. "Saya tahu keputusan ini mengecewakan banyak petinju," kata Dhamita. Citra STE, menurut Tranggono, jadi "rusak" sejak turnamennya di Jayapura (1979) dan Medan (1980). Pada kedua penyelenggaraan ini STE memang berubah menjadi gelanggang tinju "pasar malam" -- tanpa pembatasan peserta. Padahal STE bukan arena pembibitan, tapi prestasi. Di STE seorang petinju bertanding empat ronde. Sedang dalam kejuaraan biasa tiga ronde saja. STE VI baru hanya berhasil mengembalikan citra di kalangan atlet peserta. Belum sampai ke kalangan wasit dan hakim tinju. Wasit Pieter Gedoan, misalnya, dikritik karena dinilai cenderung menguntungkan petinju tuan rumah Winarto ketika melawan finalis Rahman Boga dari Sasana Rencong Aceh. "Saya kecewa terhadap pimpinan perlombaan," kata manajer tim Maluku Yan Nanuleta. Ia menjagoi Rahman sebagai pemenang. Dari STE VI terpilih Petinju Terbaik Charles Yerisetouw dari Irian Jaya. Petinju Harapan Frans Batuwael dari Jawa Barat, dan Petinju Favorit Winarto. STE VII (1982) ditetapkan diselenggarakan di Yogyakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus