Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Merebut porsi kayu

Prospek bisnis aluminium diramalkan cerah. banyak kantor & rumah mulai memakai kusen aluminium. para pengusaha kayu tak khawatir aluminium akan bisa menggeser peranan kayu. (eb)

16 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNYI denyit mengilukan terdengar ketika mesin pemotong di pabrik PT Intalan Works (IW) di daerah Ancol Barat, Jakarta, menggilas tumpukan batang logam berwarna perak. Hanya dalam beberapa detik batangan aluminium itu terpotong dan dua karyawan dengan sigap mengumpulkannya. Itulah aluminium ekstrusi, logam yang kini banyak dipergunakan untuk kusen pintu, jendela, penyekat ruangan, pelindung matahari, langit-langit dan aneka ragam keperluan arsitektur bangunan rumah dan kantor. Perusahaan pertama yang merintis usaha ini (1971) PT IW, 4 Mei lalu mensponsori sebuah seminar yang membahas masa depan aluminium ekstrusi. Sambutan terhadap seminar datang dari para pengusaha dan pejabat-pejabat pemerintah. Antara lain, Menmud Urusan Perumahan Rakyat, dan Dirjen Aneka Industri, Departemen Perindustrian. "Penggunaan aluminium dalam industri perumahan nampaknya makin berkembang dan prospeknya cerah," kata - Ir. Kusudiarso Hadinoto, Dirjen Aneka Industri dalam seminar tersebut. Ucapan itu dibenarkan oleh para pengusaha aluminium. "Setiap tahun kami menghasilkan 18.000 ton, dilempar ke pengolah dan proyek-proyek bangunan yang kami tangani," kata Iwan Valiant Joesoef, wakil direktur utama PT IW. Dalam jumlah itu pula perusahaan yang mempunyai karyawan 220 orang itu mengimpor bahan baku dari Kaiser Aluminium di Oakland, California. Ia mengatakan logam ekstrusi kini semakin menarik karena sudah bisa dibuat aneka warna terutama cokelat dan hitam. Logam ini, katanya, kini sudah digunakan di sekitar 50 proyek yang mereka tangani seperti Hotel Hilton di Jakarta. Begitu pula beberapa departemen dan proyek perumahan. Apakah aluminium ini akan menggeser kayu? "Untuk sekarang belum. Tetapi, mungkin 10 atau 20 tahun lagi," kata S. Rifni SH, Manajer PT Alcan Indonesia, perusahaan patungan Kanada-Pemda DKI, yang juga bergerak di bidang pembuatan aluminium ekstrusi. Menurut Rifani yang sudah jelas "diambil" oleh aluminium adalah bangunan yang menggunakan teknologi tinggi. Tiap tahun memproduksi sekitar 6900 ton aluminium ekstrusi dan untuk atap rumah perusahaan yang berdiri sejak 1973 ini juga masih mengimpor bahan baku. Mereka banyak menangani proyek-proyek bangunan dan perumahan yang ditangani secara khusus oleh PT Jaya Aluminium, anak perusahaan PT Pembangunan Jaya. Rifani mengatakan prospek bisnis aluminium memang teramat cerah. Yang kini sedang melonjak adalah di bidang transportasi dan telekomunikasi. "Bakbak truk dan badan mobil lebih efisien pakai aluminium," ujarnya. "Belum lagi kabel-kabel telekomunikasi." Karena itu Rifani menyarankan agar para pengusaha kayu mulai bersiap-siap mengupayakan jenis usaha lain, terutama nanti setelah proyek PT Inalum di Asahan mulai berproduksi pertengaban tahun depan. "Bisa diupayakan usaha lain yang punya nilai tambah yang lebih tinggi, misalnya mebel," ucapnya. Kayu Vs Aluminium Tetapi, saran itu ditanggapi dengan tenang oleh para pengusaha kayu. "Kami memang kehilangan porsi dari kantor-kantor. Untuk perumahan belum. Aluminium kan untuk yang mewah-mewah dan harganya mahal. Harga kayu tetap tak akan bisa mereka lawan," ujar Andang Suryono, Sekjen Asosiasi Podusen Hasil Kayu Indonesia (APHKI). Ia tak khawatir aluminium akan bisa menggeser peranan kayu di bidang perumahan. Tapi para pembuat kusen di daerah Manggarai Utara nampaknya takut pada serbuan aluminium ini. "Sekarang memang belum terlihat, karena tak semua aluminium bisa dibentuk atau diukir. Kalau mereka nanti punya alat cetak seperti itu, kami akan kelabakan," kata M. Thohir, 33 tahun, pemilik PD Ichtiar, perusahaan kusen kayu di Jalan Manggarai Utara, Jakarta. Pengusaha muda itu mengatakan salah satu kelebihan kayu, terutama jati, adalah keaslian dan keindahannya kalau diukir. Sekitar 20 pembuat kusen bekerja di situ dan mereka semua masih satu keluarga. "Kami ingin juga punya asosiasi, tapi susah karena semua mau maju sendiri," ucapnya. Harga kusen dari bahan aluminium dan kayu jati memang berbeda. Harga kayu jati permeter sekitar Rp 5500. Sedangkan aluminium Rp 4000. Tapi kebanyakan konsumen lebih banyak menggunakan kayu jenis lain sepert meranti dan borneo yang harganya sepertiga kali lebih murah dibandingkan aluminium.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus